BISMILLAH❤
Ana menatap mata abinya tidak percaya, seolah olah ia ingin membatahnya tapi itu tidak akan pernah terjadi. Tanpa di sadari buliran air mata sudah numpuk di mata Ana yang sebentar lagi akan keluar. "Bi.. Ana kan masih sekolah, apa tidak tunggu Ana selesai sekolah baru Ana taaruf?" Ujar Ana gemetaran, air mata yang sudah ia tahan susah susah akhirnya keluar dari mata coklat terang miliknya.
"Sayang, abi tau kalau Ana masih sekolah malah itu lebih bagus bukan? Ana bisa terhindar dari perzinaan juga kan?" Ana hanya bisa mengangguk pasrah, Ana bukan anak yang bisa membantah ucapan abinya, karena hanya abinya yang merawat Ana sampai sekarang, yang menjadi abi serta umi Ana.
"Masa puteri kecil abi nangis sih." Ujar abi yang melihat Ana meneteskan air mata yang tidak berhenti, dengan lembut abi memeluk Ana agar Ana lebih tenang.
"Tapi abi, kalau Ana nikah nanti abi sendiri, gak ada yang temenin abi nanti. Ana gak mau abi sendirian." Ujar Ana disela tangisannya.
"Ana takut kalau abi sendiri?" Ana langsung mengangguk cepat dan tangisan Ana semakin keras, pelukan yang Ana berikan juga semakin erat seolah olah ini akan menjadi pelukan terakhir Ana dengan abi." Tapi itu udah tanggung jawab abi sayang, melepaskan Ana pada waktu yang tepat, dan Ana akan nemui orang yang sama kayak abi, yang sayang sama Ana yang perhatian sama Ana yang selalu ada buat Ana, tapi bukan abi nantinya sayang, jodoh kamu. Laki laki yang akan bawa kamu ke surga."
"Ana sayang abi." Ujar Ana.
***
Suara detingan mangkok kaca nyaring jatuh menjadi pusat perhatian di tengah kantin yang sedang ramai oleh para siswa.
Tangannya gemeteran, kuah bakso yang jatuh mengenai seragam yang ia pakai sekarang, matanya memerah tidak sanggup lagi untuk melihat ke arah orang orang yang sedang memperhatikan dirinya, apalagi lari dari kerumunan saat ini.
Tangan kanan wanita dihadapannya memegang dagu miliknya seolah olah memaksa dirinya untuk melihat ke arahnya, mata coklat terang yang sudah dibasahi air menatap mata hitam wanita dihadapannya. "Gak usah sok alim kayak gini deh lu." Ujarnya yang langsung mendorong dagu miliknya ke belakang.
"Gara gara lu yang caper ke kepsek gua sama temen temen gua di skors, gua tau lu anak pintar yang menjadi idaman para semua guru, yang buat mereka percaya sama omongan yang lu lontarin ke mereka semua, emang lu gak puas udah buat kita di SP sampai kedua kalinya?." Ujarnya tenang dan tajam.
Dirinya hanya bisa diam dan meneteskan air mata." Heh, jawab bangs*t." Teriaknya agar semua orang di kantin memperhatikan aksi mereka berdua. Lagi lagi dirinya hanya bisa diam, tidak tau apa yang harus ia lontarkan, berkata jujur ataupun tidak wanita di hadapannya akan melakukan dirinya sama saja.
"Astaga, lu punya mulut ga sih?" Ujarnya yang langsung mendorong tubuh Ana sampai terjatuh dihadapan segerombolan anak laki laki yang sedang nikmat menyantap makanan di piringnya tanpa peduli melihat drama di kantin saat ini.
"Udah selesai belum dramanya?" Ujar laki laki berslayer hitam yang sengaja diikat di lengan kanannya menandakan dirinya leader dari gerombolan itu. Yang menjadi suasana kantin menjadi hening hanya suara yang dilontarkan oleh laki laki tersebut.
Dirinya yang benar benar di dekat sana, langsung berdiri dan menghapus air matanya kasar, dirinya tidak suka seperti ini menjadi pusat perhatian, dan dirinya merasa di rendahkan seperti ini.
"Drama mulu hidupnya, pantes aja pengen dapat perhatian dari orang orang. Mending jangan disini, ganggu." Timpalnya lagi, mata biru milik laki laki itu menatap mata coklat terang miliknya, dan laki laki dihadapannya melepaskan seragam kebanggaan sekolah miliknya dan memberi kepada wanita dihadapannya. "Pakai, nutupin pakain lu yang basah." Ujar laki laki tersebut.
"Wenda, Ana. Ikut ibu ke ruang bk sekarang." Teriak guru bk, saat memasuki area kantin yang sedang sibuk memperhatikan mereka berdua. Ana langsung memakai seragam milik laki laki tersebut untuk menutupi pakaian depan miliknya, dan berjalan ke arah ruang bk tanpa mengucapkan 'trimakasih' ke laki laki tersebut.
***
Ana baru saja menceritakan kejadian lusa kemarin ke Rissa dan Dafynta, sahabat Ana yang tidak masuk lusa kemarin.
"Lu gmn sih na? Trus gak ada orang gitu yang bantuin lu na?" Ujar Rissa khawatir saat mendangar cerita Ana, Ana hanya menggelang.
"Na, gimana sih kalau bukan lu yang salah lu bilang lah siapa yang ngelakuin itu semua. Lu bilang ajalah yang ngelakuin si Rora biar cepet juga si Wenda bacotin lu na." Timpal Dfynta.
"Gak bisa kayak gitu fyn, kita harus punya bukti kalau Rora yang ngelakuin, ini kan cuman feeling kita doang fyn." Balas Ana.
"Trus gmn sama seragam Kivan? Lu udah kembaliin?" Tanya Rissa penasaran. Ana hanya menggeleng.
"Aku gak tau, gimana cara ngembaliinnya." Ujar Ana bingung. Dfynta dan Rissa kompak menepuk jidat mereka karena wanita dihadapannya benar benar bego dengan hal seperti ini.
"Ya lu kembaliin ajalah na, ga enak loh sama Kivan kan mau di pake lagi." Ujar Dfynta.
"Ya iya makannya aku minta bantuin kalian buat balikin." Ujar Ana.
"Na, gua tau lu pinter banget, nama lu selalu di sebut jadi siswa berprestasi dan menang lomba dimanapun, nama lu juga di pajang di spanduk. Tapi kenapa soal yang anak sd tau lu gak bisa na." Geram Rissa. "Kenapa harus minta bantuan kita? Lu kan bisa langsung kasih ke orangnya."
"Gak berani." Ujar Ana dengan senyuman manisnya yang ia berikan pada kedua sahabatnya. Rissa dan Dfynta hanya menghela nafas pasrah dengan kelakuan Ana saat ini.
Jangan lupa votenya💦
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LITTLE WIFE
Teen Fiction"Kenapa om menikahi Ana?" Tanya gadis cantik yang dibaluti hijab putih yang di hiasi pernak pernik mendominasi hijab putihnya itu. "Karena dijodohin." Jawabnya singkat, tanpa menoleh sedikitpun pada dirinya. "Ouh karena itu doang." Ujar Ana kecewa d...