Tiga Empat

62.5K 3.1K 33
                                    

Dan setelah apa yang terjadi semalam mereka hanya membiarkan nya begitu saja, tidak perlu di ambil pusing karna di pagi yang indah ini mereka berenam sangat sibuk mengemasi barang-barang bawaan mereka, karna seperti yang di janjikan Gafrel. dia akan datang menjemput sekitar sepuluh siang, dan ini sudah setengah delapan. nenek Rao hanya memerhatikan gerak-gerik mereka.

kekanan dan kekiri.

"Fan daleman gue lo kemanain?!" Tanpa rasa malunya Khei berteriak dari dalam kamar, wajah Fano sedikit kemerahan dengan pertanyaan itu. memandang kan Raina berada disamping nya saat ini.

"Gua salah apa sampe punya temen sebodoh Khei? dia nggak liat apa gue lagi sama Raina." Makinya di dalam hati.

"Fano lu peka apa gimana sih?" Fano mendengus sebal.

"Gue nggak tau bego! yang pake kan elu. ngapain nanya ke gua?"Ucapnya bernada dingin, tidak perduli dengan apa yang akan dikatakan nenek Rao karna dia memarahi cucu kesayangan nya itu.

"Oh iya juga ya Fan. ngapain nanya ke lu, kan yang pake gue.." Khei nyengir membuat Fano naik darah, sementara itu Raina hanya tertawa kecil.

"Muka lo kenceng amat Fan. kek lagi nahan sesuatu, pengen boker emang ?" Raina tertawa mendengar pertanyaan Verant waktu melewati mereka berdua, dan saat itu juga Raina memukul belakang pundak Fano karna menurutnya Fano terlihat lucu saat sedang menahan malu, dan meskipun Fano diselimuti rasa malu. entah kenapa rasa malu itu hilang saat melihat wajah Raina yang dihiasi dengan tawa. dia benar-benar terhibur

"Muka kamu tu lucu tau pas lagi nahan malu, bener kata Verant kek lagi pengen bo...hmph !!" cepat saja Fano menutup mulut Raina menggunakan tangan kanan nya, kalau tidak pasti dia akan bertambah malu.

"Ah!" Fano meringis karna gadis mungil itu menggigit daging yang ada ditelapak tangan nya, dan menghasil kan bekas berwarna kemerahan disitu.

"Maafin aku Rasd, aku nggak sengaja." Raina mulai merasa bersalah, ingin dia capau tangan sasa Fano. tapi cepat di tepis oleh laki-laki itu.

"Lo bukan anak kecil Rai! " bentak nya kuat sehingga Raina terkaget, seolah-olah mengerti dengan kode yang diberi oleh Fano, nenek Rao langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

"Aku minta ma.."

"Lo pikir dengan maaf lo itu bisa hilangin rasa sakit di tangan gua? begitu?!" Raina yang posisi nya tepat di hadapan Fano itu hanya bisa diam dan menatap kebawah bersama kedua bola mata nya yang berkaca.

mungkin kalau dia melakukan satu gerakan saja, air jernih itu akan jatuh membasahi pipi mulusnya.

Fano menatap Raina yang sudah diam tak berkutik di hadapan nya itu, dia masih menunggu apa balasan cewek ini terhadap nya, tapi apa yang dia dapatkan hanyalah isakkan kecil dari tubuh mungil itu membuat nya sedikit kaget.

"Hei, aku bercanda Rai.." dan saat itu juga tangisan Raina pecah, Fano membawanya masuk kedalam pelukan hangat nya lalu tubuh nya diusap lembut, alhasil ruangan itu dihiasi dengan tangisan seorang Raina Clarissa.

"Isk.. kamu jahat ih ! suka bikin aku nangis isk.. Fano jahat !" bentak nya sambil memukul dada Fano, Fano hanya bisa menahan sakit didada nya. dia tidak bisa berbuat apa-apa toh ini salahnya juga. siapa suruh bentak si kecebong, udah tau tu anak kek gimana kalo dibentak-bentak.

Dan setelah beberapa menit, tangisan nya sudah tidak kedengaran lagi.

"Oke. aku minta maaf, aku janji nggak bakalan bentak kamu lagi oke?" Hanya dengkuran halus Raina yang menjawab pertanyaan Fano, laki-laki itu menoleh melihat Raina yang tertidur di dalam pelukan hangat nya.

"Pantes aja diem." Fano mengubah posisi duduk nya agar gadis mungilnya itu tidur dengan nyaman di dalam pelukan nya, untung saja dia sudah mandi pagi tadi, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

wangi?

Itu sudah pasti. karna seorang Refano tidak bisa hidup nyaman tanpa wangian parfum ditubuh nya, dan yang pasti semua parfum yang dia miliki berbau manly, seperti yang di katakan Marcel

Meskipun muka lo kurang tampan, setidaknya badan loh harus wangi. gimana? cukup menginspirasi kan kata-kata nya?

Setelah itu Fano kembali melipat baju dan celana nya, lalu dimasukkan kedalam tas berwarna hitam. dia sedikit susah untuk bergerak karna Raina yang ada di pangkuan nya.

"Hrmm.." Raina bergerak sedikit membuat Fano bingung, apa yang harus dia lakukan?

"Ush.. ush.. tidur ya" Fano menepuk lengan kecil Raina, agar dia kembali kealam mimpinya.

"Wuidih! kenapa tu anak?" tanya Marcel yang baru masuk keruang tamu.

"Tidur, habis nangis gara-gara gue bentak tadi." Marcel langsung menjitak kepala Fano.

"Hanjenk lu! kan lu sendiri juga tau ni anak nggak bisa di kasarin! " Marcel duduk di atas sofa empuk nya nenek Rao.

"Gue bercanda doang, ni liat nih. habis di gigit sama dia." Fano membuka telapak tangan nya yang berwarna merah keunguan itu.

"Buset dah! kalian habis ngapain pake acara gigit-gigit segala?" Marcel membuka ponsel nya dan camera nya di tujukan kepada Fano dan Raina.

"Nggak ngapa-ngapain, ini juga dia nggak senga--BANGSAT LU NGAPAIN FOTOIN GUE! " Fano ingin bangkit tapi tidur si mungil sedikit terganggu akibat tergeser kebawah.

"Romatis sekali.." Marcel menatap layar ponselnya yang dihiasi tubuh Fano bersama Raina yang tidur di pangkuan nya.

"Hapus nyet!"

"Gamao!"

"Lo udah nyimpen ratusan foto Fano sama Raina? serius? mau di apain emang?" Ben yang sudah bersiap datang menghampiri mereka bertiga lalu duduk di sebelah Marcel.

"Biasa, buat kenangan terindah Fano sebelum gue nikah sama Raina." Marcel tersenyum bangga, Ben menjitak kepala nya

"MIMPI LU! BISA NIKAH SAMA RAINA. DIRI SENDIRI AJA BELUM BISA KEURUS, APALAGI ANAK ORANG !!" Cerocos nya bersama air liur membasahi wajah Marcel.

"Jika engkau ambil nyawa nya hari ini, hamba ikhlas ya Allah." kata batin Marcel sambil mengusap wajah nya yang telah dibasahi air liur Ben.

[TO BE CONTINUE]
SPECIAL WOMAN

Special Woman [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang