Kamu tidak berubah, kamu hanya menunjukkan sifat aslimu, dan aku baru tau itu.
________________________________
Memilih diam daripada harus berbicara yang tidak tidak. Itulah yang di putuskan Wilda saat berkendara satu motor dengan Alden. Ini kali pertama dalam hidupnya, merasakan hal sedikit aneh, sedikit saja, sampai sampai hampir tak menyadarinya.
Motor biru Alden melaju dengan kecepatan penuh, membuat Wilda terpaksa mengeratkan peganganya pada besi belakang motor. Dia sudah meminta berkali kali agar Alden menurunkan kecepatanya, namun Alden tak mengindahkanya.
"Alden, motornya kecepeten. Pelanin dikit" Wilda berusaha sekali lagi. Lelaki itu hanya melirik melalui kaca spion yang sangat Wilda tau bahwa selain melirik dari spion dia juga tersenyum remeh.
"Mau ujan, jadi harus ngebut" kecepatan di naikkan lagi, membuat Rambut Wilda berterbangan kesana kemari. Dengan hati hati, satu tangan gadis itu terulur ke depan, merapikan rambut depanya yang mengganggu oengelihatan dan tangan satuny lagi masih berpegang erat di besi belakang. Sebelum ia memposisikan tanganya lagi untuk berpegangan pada besi, Alden menghentikan gerakan tanganya dan mengarahkanya untuk berpegangan pada jaket kulitnya saja.
"Nanti tangan lo sakit terus terusan pegang besi" Ucapnya kemudian kembali fokus menyetir. Begini kira kira posisi Wilda. Tangan kananya memegang besi belakang motor, dan tangan kirinya sudah berpegang erat pada jaket kulit milik Alden. Dan tak butuh waktu lama karena yang di ucapkan Alden barusan memang benar. Sekarang ia merasakan sakit di tanganaya.
Ia melepaskan pegangan, beralih ke jaket kulit beraroma musk yang menusuk penciumanya.
Mendung sudah berada di atas kepala dan tak butuh lama untuk mengerti bahwa hujan deras sebentar lagi turun, untung saja mereka sampai tepat waktu di cafe bergaya unik yang berada di sudut kota. Setelah turun, Alden berjalan mendahului sedangkan Wilda di belakang mengikuti.
Pertama masuk mereka di sambut oleh satu pelayan menggunakan seragam biru muda dan rok pendek senada, merekomendasikan agar Keduanya menggunakan tempat di sisi kanan cafe yang terlihat mempesona.
Tembok menggunkan batu bata yang di cat putih dengan beberapa hiasan besar yang menambah daya tarik pengunjung untuk melihat. Belum lagi desain dapur terbuka yang simple dan elegan, perpaduan warna putih dari lampu menggantung dan warna kayu membuat tampilan menjadi flawless dan menenangkan.
Mereka duduk di salah satu kursi yang terletak persis di samping jendela kaca besar, bisa mengamati keadaan di luar yang sedang gerimis.
Salah satu oelayan dengan seragam seperti oenjaga tadi datang, membawakan menu andalan cafe tersebut. Alden membacanya, mencari cari minuman apa yang cocok untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kara
Teen FictionNafasnya yang tak beraturan mungkin cukup menjadi bukti dimana hatinya sedang tak karuan. Alden semakin mendekatkan Wajahnya ke arah wilda, lebih tepanya berada di samping telinga gadis itu. Tak segan segan membuat nafas gadis yang di depannya semak...