Bertahan pada suatu pilihan adalah keharusan demi terciptanya suatu hubungan yang memungkinkan. Untuk itu, aku bertahan seperti gelap yang merindukan bulan, dan kembali terang bersama bintang.
___________________________________
Yang ia rasakan bukanlah dingin karena gerimis yang mengguyurnya, namun hal aneh yang belum ia rasakan sebelumnya. Wilda menarik diri, menjauhkan beberapa senti badanya dari Alden. Menyimpan pasokan udara agar tidak terus terusan terpompa.
Lelaki itu menarik jari telunjuk dari rambut rambut Wilda. "Udah mau deres, sana masuk"
Wilda mundur, dan Alden menghidupkan mesin motornya kemudian melesat sampai hilang di pertigaan jalan.
Masih tak menyangka sikap Alden yang berubah drastis, ia menaikkan bahu dan kembali kedalam dengan baju yang basah kuyup. Setelah sampai ke kamar, ia mandi kemudian mengeringkan rambutnya. Tak lupa ia melaksanakan rutinitasnya yaitu mengerjakan tugas sekolah di malam hari.
Setelah semuanya di rasa selesai, Wilda beranjak menuju tempat tidur, memposisikn badanya senyaman mungkin agar dirinya bisa tidur lelap.
Untung Wilda kemarin segera mandi setelah hujan hujanan. Kalau tidak dia bisa demam hari ini.
Ada perbedaan yang ia rasakan ketika pertama kali datang ke sekolah. Salah satunya adalah ia tidak melihat Alden. Harusnya ia bersyukur karena Alden tidak merecoki hari sabtunya yang sudah ia susun semenarik mungkin. Tapi belum sempat ia menghela nafas, Wilda menggerutu karena lelaki yang ia pikirkan tadi nampak jalan kearahnya.
Buku
Dia butuh buku, atau segala sesuatu yang bisa menutupi wajahnya agar tak terlihat oleh Alden. Dengan cepat, dia mengambil buku paket sejarah dan menempatnkanya di depan agar wajahnya tertutupi.
Alden masih sedikit jauh disana, dan sialnya lagi kelasnya berada di ujung lorong sehingga mau tidak mau ia harus berjalan melewati Alden. Dengan buku yang masih di depan wajah. Ia berjalan pelan, mengindik agar tak tersandung.
Di menit pertama ia sukses, menit keduapun begitu. Tapi tak selang lama, ia merasa buku paketnya terangkat. Menampakkan seseorang yang sedang melihatnya sambil tertawa.
"Pas banget, gue nanti ada ujian Sejarah"
Wilda menyengir. "Tumben dah dateng"
"Gausah ngalihin gitu dong Wil, eh. Betewe lo gak masuk angin?"
Gadis itu mengerutkan kening. "Hah, maksudnya?"
"Ck, kan kemaren habis ujan ujanan"
Oo
"Buru buru nih. Gue mau ke kelas"
Wilda ambil langkah. Yang ada ia akan di tahan oleh Alden jika terus terusan bersamanya. Lagian setelah melihat tatapan tatapan siswi lainya yang memandang mereka tak suka. Salah, memandangnya saja, membuat Wilda ingin cepat cepat pergi dari lingkaran yang Alden buat.
Berapa kali ia memohon agar Tuhan berbaik hati kepadanya dan menghilangkan Alden dari kehidupanya. Tapi nihil. Yang ada Alden tambah menghantui pikiranya di setiap malam.
Tunggu, Wilda baru saja menyadari dan mengakuinya. Bahwa Alden memang menjadi topik utama pemikiranya.
Sial.
**********
"Apa gue bilang, Alden beneran suka sama lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kara
Teen FictionNafasnya yang tak beraturan mungkin cukup menjadi bukti dimana hatinya sedang tak karuan. Alden semakin mendekatkan Wajahnya ke arah wilda, lebih tepanya berada di samping telinga gadis itu. Tak segan segan membuat nafas gadis yang di depannya semak...