Matahari menyengat paginya, gadis itu menguap, matanya sedikit terbuka dan ia lupa. Gadis itu lupa bahwa dalam kamar tidurnya juga ada 3 orang disana.
Nila mendapati Adnan yang sedang tertidur pulas, Adrian yang tengah tertidur di atas dada Adnan, serta Adiba yang menggigiti jempol mungilnya.
Nila mulai mencoba duduk seraya mengusap matanya, suaranya masih sedikit lelah dan serak.
"Adiba? Udah bangun?" Nila sumringah memandang Adiba yang tersenyum manis karena dengan polosnya anak itu menatap wajah Nila yang baru bangun. Ya, seakan meledek.
"Adiba sejak kapan disitu?" Nila bertanya lagi.
Anak itu hanya mengendikkan bahunya dan semakin mengembang senyuman manisnya yang menjadi tawa ala anak kecil, "engaaa.." Adiba sedikit menahan tawa.
Nila menyipitkan matanya, menatapnya penuh selidik, "hmm.. Ya udah." Nila beranjak dari ranjang dan segera turun ke bawah.
"Mom, mau kemana???" tawa Adiba beralih menjadi tanda tanya.
Nila membuat guratan senyum jahil, "rahasia!" tekannya.
Nila berjalan cepat ke bawah, Adiba pun mengikutinya. Seperti ibu dan anaknya yang sedang bermain kejar-kejaran.
Sesampainya di dapur, Nila dan Adiba bersiap untuk membuat sarapan.
Dalam lemari es, hanya ada susu stroberi, roti dan telur. Hmm, Nila pun bingung akan memasak apa pagi ini. Mengingat ada Adnan yang menginap semalaman di rumahnya.
Yap, keputusan Nila sudah bulat. Ia akan membuat roti telur sebagai sarapan bersama Adiba.
Selang beberapa lama, diselingi tawa khas anak kecil milik Adiba yang mengisi ruangan dapur.
Yah, mungkin karena aroma lezat yang tercium hingga lantai dua. Dua orang yang semula tertidur pulas menjadi terpaksa berjalan menuju ruang makan. Dengan kondisi mata masih tertutup, dan wajah khas tidur milik mereka.
Siapa lagi kalau bukan Adnan dan Adrian? Si duo licik yang dapat julukan 'like father like son'.
Tanpa disuruh pun, mereka sudah duduk di meja makan. Terpaksa, Nila dan Adiba kembali membuat dua helai roti telur lagi.
Setelahnya, mereka duduk seraya menikmati sarapan pagi.
"eh! Buka matanya!" Nila berseru. Langsung ditanggapi dua orang tukang tidur itu.
Mata mereka sedikit terbuka.
Nila menghembuskan napasnya perlahan, "inget tugas bu Nada, Nan!" peringatnya lembut.
Meski lembut, itu pun membuat Adnan tercengang.
Ia langsung membuka matanya, menggebrak meja makan, dan berlari terbirit menuju kamar mandi.
Nila pun menggelengkan kepalanya, dan melanjutkan aktivitasnya.
"oh iya, nanti mama kalian mau dateng lho jemput kalian.." seru Nila lagi.
Adiba mengukir raut sedih di wajahnya, "ga ah! Kita ga seneng sama mama! Mama ga pernah ajak jalan-jalan, alesannya pasti karena kerjaan!"
"nah iya tuh, mendingan kita disini sama mommy-daddy.. Ngapain kita sama mama? Kapok aku disuruh-suruh terus!" sambung Adrian.
Nila menghela napas dan tersenyum, "Adrian, Adiba, kalian ga boleh kayak gitu dong.. Itu mama kalian, kalau aku kan bukan."
"jadi mommy ga anggap kita anak mommy?!" kesal Adiba sembari bersidekap.
Nila memengang kepalanya, "ya ampun, gimana sih ini...!!" batinnya.
Tak lama, Adnan keluar dari kamar mandi. Apa yang Nila pertama perhatikan?
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT - destiny
Novela JuvenilAntara cinta dan kebutuhan. Mana yang harus dipenuhi? Murni cinta, atau membutuhkan "cinta"? Mengenal cinta, mengapa begitu sulit? Di satu sisi, Nila sangat mencintai seseorang yang sudah lama menjadi sahabatnya, dan Nila memerlukan cinta itu. Di...