Sebelum baca, aku kasih tahu ya, kalau cerita ini sebagian sudah dihapus karena sudah terbit. Kalau mau langsung baca sampai selesai, silakan beli versi lengkapnya di 087881716912. Ada promosi besar-besaran lho. Kuy!
Bismillah dulu sebelum baca😘 Semoga suka ya😉 vote dan tanggapannya jangan lupa😘
💔💔💔
Dendam_Pernikahan
PROLOG💔💔💔
"Aku akan paksa kamu buat gugurin kandungan kalau kamu sampai hamil!"
Aira tercengang, ia berdiri menatap tak mengerti dengan pemikiran lelaki jangkung yang sah menjadi suaminya tiga hari lalu. Hatinya bagai teremas oleh ucapan singkat tapi tegas dan penuh ancaman itu. Hingga genangan tipis mulai muncul di pelupuk mata bulatnya.
"Kenapa Abang tega berbicara seperti itu? Ingat, Bang, ucapan adalah doa. Bagaimana kalau nanti Allah murka dan akhirnya tidak mempercayai kita untuk memiliki anak?"
"Mengertilah keadaanku, Ra. Aku belum siap memiliki anak."
"Kalau Abang belum siap punya anak, lalu kenapa menikah? Apa karena desakan usia?"
Daffa membuang napas gusar dan meraup wajah secara kasar. "Begini, Ra, dengarkan aku ... kita ini belum saling mengenal satu sama lain. Aku belum mengenal baik buruknya kamu, dan kamu belum mengenal baik buruknya aku. Bagaimana kalau nanti seandainya kita sudah punya anak, tapi akhirnya baru beberapa tahun ke depan, kita tidak ada kecocokan lagi? Lalu jalan satu-satunya adalah perceraian."
"Aku tidak mau bercerai, Bang!" tukas Aira cepat.
"Aku juga tidak mau, Ra. Tapi, segala kemungkinan itu bisa saja terjadi. Aku hanya tidak mau, saat kita bercerai, anak yang menjadi korban. Aku tidak mau itu sampai terjadi. Karena aku tau bagaimana rasanya menjadi anak dari orangtua yang gagal mempertahankan pernikahannya. Menderita, Ra! Paham?" tegas dan lugas ucapan Daffa dengan tatapan tajamnya.
Aira tertunduk dengan air yang mulai menetes ke pipi putihnya. "Kalau begitu, kita jangan melakukan hubungan suami istri terlebih dahulu, Bang. Aku akan tunggu sampai Abang sudah benar-benar siap memiliki anak."
"Aira!" sentak Daffa. Kini, ia yang tercengang oleh ucapan istrinya. Tiga hari sudah ia menahan gejolak hasrat yang menyeruak ingin segera tersalurkan. Namun, wanita berparas ayu itu justru membentengi diri dan menolak secara halus keinginannnya.
Aira mendongak, tangan kanan mengusap kasar sudut mata yang basah. "Aku gak mau minum pil KB, Bang. Aku takut rahimku jadi kering dan akhirnya susah untuk memiliki anak," ucapnya pelan memberi penjelasan.
Daffa menghela napas panjang dan membalikkan badan dengan tangan berkacak pinggang. "Tapi, bukankah menolak ajakan suami itu termasuk dosa besar? Kamu yang lebih paham agama, Ra. Aku rasa kamu paham itu."
"Aku tau, Bang. Tapi ...." Aira menggigit bibir, bingung mencari jawaban yang tepat.
"Aku heran sama kamu. Kenapa mau menerima lamaranku waktu itu? Sedangkan kamu tahu sendiri bahwa aku bukan lelaki lulusan pesantren, juga bukan lelaki yang paham banyak tentang agama. Lalu, apa yang menjadi dasar kamu menerima lamaran lelaki brengsek sepertiku?" Daffa menoleh, menatap lekat sang istri. "Aku tahu, untuk ukuran wanita sepertimu, seharusnya dasar utama menerima lamaran seorang lelaki adalah agamanya. Benar?"
Setetes air itu meluncur lagi dari sudut mata Aira. Ia tersenyum simpul sebelum menjawab, "Allah yang memberi keyakinan padaku, Bang. Aku sudah melakukan sholat Istikharah selama seminggu sebelum memutuskan menerima lamaran Abang. Ada keyakinan yang tidak bisa dijelaskan. Keyakinan bahwa Abang adalah lelaki baik, suami sekaligus ayah dari anak-anakku kelak."
Daffa mendengkus kasar. "Keyakinan macam apa itu, Ra? Dan sekarang, setelah kamu tahu bagaimana aku, apa kamu masih percaya dengan keyakinanmu itu?"
"Allah tidak mungkin salah memberikan petunjuk kepada hamba-Nya, Bang. Aku percaya, bahwa Abang adalah orang yang baik."
"Terserah kamu. Aku hanya mau kamu meminum pil KB yang aku kasih kemarin. Minum secara rutin, agar tidak hamil. Karena sewaktu-waktu, aku akan memintamu untuk melayaniku. Kalau sampai kamu hamil, aku akan paksa kamu untuk menggugurkan kandungan. Semoga kamu paham dengan semua penjelasanku tadi."
Tidak ada sentakan atau bentakan di setiap kata yang keluar dari bibir tipis Daffa, tapi sungguh, semua kata-kata itu bagaikan petir yang menyambar di kala panas terik mentari. Aira memegang dada seolah menahan sesak yang mampu mencekik pernapasannya. Ia jatuh terduduk di lantai saat langkah Daffa mulai menghilang di balik pintu kamar.
💔💔💔
Baru Bab pembuka, jadi gak banyak dulu, ya.
Baru mau nulis genre romance religi lagi😌 semoga tidak terlalu mengecewakan hasilnya.Daffa Reyhaan Shakiel😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Pernikahan (Selesai)
General FictionDaffa Rayhaan Shakeil, lelaki 30 tahun yang baru saja menikahi seorang gadis 24 tahun bernama Humaira Chandani. Kisah rumah tangga baru yang penuh lika-liku karena sang suami masih terjerat rasa oleh mantan kekasih yang meninggalkannya untuk menikah...