11- Gedung Tinggi

30 25 2
                                    

"Fajar telah datang, semuanya akan kembali ke awal."


Pukul 06:28 WIB

"Ya Ampun. Lupa di charger lagi." Ia melihat benda pipih ditangannya yang menunjukan waktu sudah siang.

Raina setengah berlari demi mengejar angkot yang biasa mangkal di persimpangan jalan.

"Bang! Bentar bang." Firasat Raina benar, angkot tersebut akan berangkat.

Akhirnya Raina masuk ke dalam angkot. Raina sedikit bingung dimana ia harus duduk, mungkin karena sudah siang angkot pun mulai ramai.

Suasana di dalam angkot sangat panas. Raina duduk berdesak-desakan dengan ibu-ibu. Ia menguncir rambut nya agar tidak terlalu gerah.

"Lho, kok lewat sini." Pikir Raina.

Ia celingak-celinguk melihat kearah jendela. Ia sadar, ini bukan jalan menuju sekolahnya.

"Bang, kok angkotnya lewat sini. Sekolah saya kan lampu merah belok kanan tadi bang." Raina sedikit berteriak karena ada suara tangisan anak kecil.

"Lah, neng. Kan tujuan angkot saya Gunung sahari-Bungur besar. Neng nggak baca atau nggak tau?".

"Nggak bisa puter balik ya bang?" Tanya Raina sedikit berharap.

"Nggak neng."

Mampus!

Kali ini Raina pasrah. Ia sedikit merutuki kebodohannya. Mungkin karena ia buru-buru mengejar angkot jadi salah tujuan.

Raina menghela nafas gusar. Ia sangat merutuki kebodohannya.

***

"Jadi mau turun dimana neng?"

"Dimana aja terserah." Jawab Raina masa bodo.

Angkot yang Raina tumpangi berhenti di depan gedung tinggi.

"Ya ampun.. tega banget abangnya nurunin gue disini." Gumamnya.

Raina pun terpaksa turun.

Ia celingak-celinguk di pinggir jalan seperti anak ilang. Ia tidak tau harus kemana, walaupun Raina cari angkot lagi mungkin gerbang disekolah nya sudah tertutup rapat.

"Jalan-jalan aja nggak papa deh. Absen disekolah juga mungkin masih sakit." Sejenak ia berpikir ada baiknya bolos sekolah.

Kaki jenjang milik Raina pun menelusuri jalanan ibu kota.

****

"Mau kemana Lo?" Pertanyaan dari MM tak digubris oleh Eza. Ia tetap berjalan keluar tanpa menoleh atau pamit kepada sahabatnya.

"Pelajaran kedua ulangan bang! Gunakan waktu istirahat untuk belajar!" Teriak Iyan di depan pintu ingin mengejar Eza.

"Percuma ngomong sama batu maling kutang." Cerca Iyan setengah kesal.

"Maling Kundang, bego!" Jawab MM membenarkan.

"Lan, kantin yuk." Tanpa persetujuan dari sahabatnya. Iyan sudah berlari menuju kantin.

UNFAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang