17

275 29 10
                                    

Selamat membaca~

"Papa mau bicara sama kamu"

Fiat menghentikan langkahnya dan berbalik arah manuju papanya. Fiat tidak tahu apa yang akan mereka bicarakan. Sedikit rasa takut, khawatir bercampur penasaran mulai ia rasakan. Ia menerka nerka apa yang menjadi topik perbincangan sang ayah. Masalah sekolah, lancar. Fiat anak baik jadi tidak perlu dikhawatirkan kelakuan nya. Lantas apa yang akan dibicarakan beliau kepada anak semata wayangnya itu.

Fiat dengan rasa penasaran sambil mendudukkan dirinya di sofa single disamping papanya.
"Papa mau biacara apa?"

Sangat ketara sekali, papa fiat terlihat menimbang nimbang apakah keputusannya menanyakan pada fiat atau tidak. Keraguan itu tercetak jelas hingga fiat pun kebingungan.

"Jika tidak ada yang papa sampaikan, fiat mau kembali ke kamar"

Baru saja fiat berdiri dari duduknya sang papa berkata "duduklah !" Menyuruh fiat untuk duduk dan mendengarkan apa yang akah dikatakannya.

"Papa mau bicara sama kamu. Papa tahu kalau kamu dan oaujun sedang berpacaran. Benarkan?. Papa rasa kamu harus hentikan perasaanmu karena papa berencana menjodohkanmu dengan anak teman papa. Tentu saja menunggu kamu kuliah dulu"

"......."

"Cinta antar sesama jenis itu tidak diperbolehkan. Mau ditaruh dimana muka papa kalau kalian sampai ketahuan oleh kolega papa"

"Lalu apa mau papa aku dan P Jun mengakhiri hubungan yang kami bangun ini? Jawabannya fiat tidak akan pernah mau pa. Maaf."

"Saya tau kamu anak saya. Saya tau kamu cinta dengannya. Tapi saya tidak mau hal gila itu terjadi. Saya sebagai papa kamu MALU jika melihat anak saya berorientasi menyimpang. "

Beberapa kata tampak sengaja ditekankan. Papa fiat mulai tersulut emosi. Fiatpun juga tak berbeda dengan papanya, ia sangat sedih, kecewa dan marah terhadap keputusan papanya. Apa iya hidupnya selalu terikat dengan segala aturan dari papanya. Apa iya ia rela meninggalkan kekasihnya demi permintaan papanya. Apa iya ia bisa ikhlas dan menuruti papanya.

"Pa.... SAYA ANAK PAPA!!,AKU FIAT PA!!!. Apa papa kurang puas?! Semua yang papa katakan dari dulu sampai sekarang fiat lakukan. Bahkan saat aku membenci papa sekalipun, aku tetap menghormati dan menuruti keinginan papa. Tapi untuk kali ini aku tidak mau menuruti papa. Aku cinta dengannya asal papa tau."

"Anda sudah buta dengan kata cinta!!!. Papa tau apa itu cinta. Saya juga tau kamu anak saya. Maka dari itu saya tidak mau anak saya memiliki masa depan yang buruk dengan seorang laki laki."

"Apa yang papa maksud cinta? Menyakiti hati mama? Menyakiti fisik mama? Sampai melukai hati anak papa sendiri apa papa namakan itu cinta?!"

Tak terbendung lagi air mata fiat. Ia sudah sangat sakit mengingat betapa buruk nya masa lalu yang ia punya. Jika saja papanya tidak mempermasalahkan hal ini, mungkin fiat sudah memaafkan kesalahan papanya dulu dan mulai menyayanginya. Tapi pada kenyataanya sangat berbanding terbalik.

Fiat berdiri dari duduknya dan sedikit berlari menuju kamarnya. Ia sudah tidak kuat berdebat dengan papanya. Jika papanya sudah berbicara dengan logat formal, fiat merasa bahwa ia bukan anaknya. Ada dinding tebal yang tercipta karena bahasa 'saya- anda' yang sengaja dipakai papanya. Ia risih dan tidak suka. Seperti tidak ada bedanya rekan kerja dan anaknya sendiri.

Disisi lain seseorang yang beberapa menit lalu sedang berdebat dengan anaknya, kini ia merenung. Yang pertama ia sangat merasa bersalah dengan anak semata wayangnya karena permasalahannya dengan mendiang istrinya menjadi beban berat untuk anaknya. Ia baru menyadari betapa bersalah dirinya terhadap keluarganya. Ia ingin meminta maaf kepada istrinya namun ia tahu ia sudah sangat terlambat. Jauh didalam hatinya ia sangat sayang terhadap fiat. Namun karena kekecewaannya yang terlalu dalam terhadap apa yang dilakukan istrinya membuatnya kalap dalam emosi.

PATNIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang