Konon katanya menurut cerita, di Negeri Bagdad seekor unta yang bisa bicara layaknya manusia. Unta tersebut tidak lain adalah milik Abu Nawas. Unta tersebut juga merupakan salah satu kesayangan Abu Nawas.Pada suatu hari, Abu Nawas mengajak untanya untuk pergi mengembara. Setelah berpamitan kepada istrinya, berangkatkah ia dengan si unta lengkap dengan perbekalannya. Mulailah ia menyusuri gurun pasir yang gersang dan panas pada siang hari dan sangan dingin pada malam hari.
Perjalanan yang cukup jauh membuat Abu Nawas dan untanya merasa kelelahan. Ia dan untanya mencari tempat untuk berteduh sejenak melepas rasa capek. Mereka mendapatkan setumpuk pohon kaktus. Di bawah pohon kaktus itu Abu Nawas berdialog dengan untanya. Unta itu bertanya kepada Abu Nawas,
"Tuan! Jauhkah masih perjalanan kita?" Tanya unta
"Jauh..., kita harus melewati dua gurun pasir lagi. Setelah itu kita baru akan tiba di tempat tujuan, di sana kitan akan mendapat tempat dan penginapan yang nyaman." Jawab Abu Nawas
Beberapa saat kemudian selesai beristirahat, mereka kembali melanjutkan perjalanannya. Hari pun berubah menjadi gelap, tanda masuknya waktu malam. Abu Nawas menghentikan perjalanannya dan kemudian menyiapkan tenda untuknya bermalam dan beristirahat disana.
Setelah menyantap bekal bersama untanya, Abu Nawas di dalam tidur dengan nyenyaknya.api malang bagi si unta, ia tak diizinkan oleh majikannya tidur di dalam tenda karena tendanya memang kecil. Karena merasa sangat kedinginan. Ia mulai berpikir kalau terus begini pasti dia esok hari akan sakit dan tidak bisa melanjutkan perjalanan.
Tengah malam si unta membangunkan majikannya Abu Nawas dan berkata,
"Tuan, saya kedinginan. Izinkan saya menitipkan ujung kaki saya masuk ke dalam tenda tuan."
Abu Nawas pun merasa tidak berkeberatan karena ujung kaki itu tidak akan mengganggu tidurnya.
Setelah beberapa saat kemudian, si unta berkata lagi,
"Tuan, saya kedinginan. Izinkan saya memasukkan kaki depan saya ke dalam tenda agar besok saya kuat berjalan membawa tuan di atas punggung saya."
"Benar juga," pikir Abu Nawas. Ia pun mengizinkan.
Sesaatnya lagi si unta berkata,
"Tuan hidung saya mulai berair, besok saya akan sakit dan tidak bisa membawa tuan di atas punggung saya. Izinkan kepala saya berada di dalam tenda."
Demikianlah sesaat demi sesaat berlalu hingga akhirnya Abu Nawas tidak menyadari jika sekarang ia tidur di luar tenda. Ia pun merasa menggigil kedinginan.
Sampai paginya, ia baru menyadari jika dirinya tidur di luar. Melihat untanya masih nyenyak di dalam, Abu Nawas pun membangunkan dan menanyainya kenapa ia tidur di luar sementara si unta malah di dalam tenda.
Unta pun bangun. Sambil tersenyum ia menjawab pertanyaan tuannya tadi dengan santai,
"Saya kan tidak mengusir Tuan. Saya sudah meminta izin terlebih dahulu kepada Tuan. Tuan juga memperbolehkan anggota tubuh saya masuk ke dalam tenda. Ini saya lakukan agar hari ini saya kuat menggendong Tuan di atas punggung saya untuk melanjutkan perjalanan."
Sambil bersin-bersin, Abu Nawas berkata,
"Kau memang unta cerdik. Aku yang biasa dikenal orang paling cerdik ternyata masih bisa kau kalahkan."
Si unta pun menjawab dengan merendahkan diri,
"Saya begini kan karena berguru pada Tuan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah ABU NAWAS
HumorAbu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami, biasanya dikenal sebagai Abū-awās atau Abū-Nuwās, adalah seorang pujangga Arab. Dia dilahirkan di kota Ahvaz di negeri Persia, dengan darah Arab dan Persia mengalir di tubuhnya.