[Disarankan untuk membacanya dengan keadaan online karena beberapa isi cerita ada dalam format gambar-chat]
Taehyung menatap layar ponselnya dengan dahi berkerut. Ia merasa bahwa hidupnya terasa baik-baik saja beberapa menit yang lalu. Belum ada tiga menit Taehyung masuk ke kamar setelah nonton liga Inggris di ruang keluarga bersama penghuni Bangtan lain, bagaimana mungkin kini Taehyung merasa dunia yang dipijaknya terbelah dan langit yang menaunginya runtuh hanya dengan tiga kata tersebut.
Taehyung menekan tombol pemanggil. Taehyung bahkan tidak bisa mengetikkan sepatah katapun di kolom balasan karena Taehyung terlalu bingung dengan apa yang terjadi. Taehyung hilang arah.
"Nomor telepon yang anda tuju sedang tidak aktif, silahkan melakukan panggilan sesaat lagi."
Dengan tangan sedikit bergetar dan jantung berdegup keras, Taehyung mengetikkan pesan. Bukan balasan untuk pesan tersebut karena Taehyung sendiri merasa surreal dengan pesan tersebut.
Taehyung meletakkan ponselnya di atas nakas. Mencoba memberi sugesti pada diri sendiri kalau semua akan baik-baik saja. Mungkin Saras hanya salah kirim pesan atau ingin bercanda—meski kalau benar candaan itu sama sekali tidak lucu. Ya, Taehyung secara sadar sedang mencoba melakukan denial terhadap apa yang terjadi.
Kalau sekarang bukan jam dua pagi, mungkin kini Taehyung sudah dalam perjalanannya menuju kostan Saras.
Taehyung tidak bisa tidur sampai adzan subuh yang mulai berkumandang disusul ketukan di pintu kamarnya. Mas Seokjin muncul di ambang pintu, sudah siap dengan pakaiannya untuk shalat Subuh berjamaah di masjid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Bangtan | BTS Lokal
FanfictionSelamat datang di Rumah Bangtan! Tidak ada yang spesial dari rumah nomor 13 ini selain rumah yang dihuni oleh tujuh orang laki-laki di usia 20an mereka yang sedang menempuh pendidikan di universitas yang sama. Mereka datang dengan membawa tujuan dan...