Terungkap

6.6K 374 25
                                    

"Haduuh, kenapa mereka secepat ini menyadari ketidak beradaan Nisa. Bisa gagal rencana kita," bisik salah seorang diantara ketiga temannya.

"Halah tenang aja, kalo misalnya bisa ditemukan pun pasti di akhir acara, sedang mereka kan tampil diawal. Jadi sudah pasti mereka bakal gagal mengikuti lomba," jawab enteng dari temannya dengan nada lirih

"Ta-tapi kalo nanti kita ketahuan gimana?" ucap temannya yang terakhir dengan wajah yang mengisyaratkan kecemasan dan ketakutan.

"Halah nggak bakal juga." Perempuan dengan wajah licik itu mampu menenangkan kedua temannya yang selalu mematuhi perintahnya.

*****

Peserta pertama dari kelompok putra tampil sangat mengesankan. Dengan kegokilan khas mereka, mampu menghibur penonton dan menjadi peserta pembuka yang memberi semangat bagi peserta setelahnya. Judul yang mereka angkat adalah "bela negera ala santri". MSQ tahun ini bertema "semangat kebangsaan".

"Terima kasih kami haturkan untuk peserta pertama yang mengingatkan kita akan pentingnya membela negara dengan cara menjadi santri yang selalu semangat dalam belajar. Untuk selanjutnya peserta dengan nomor urut kosong dua perwakilan dari pondok pesantren putra. Yang tergabung dalam kelompok yang bernama Al Faruq. Dengan judul "menumbuhkan jiwa patriotik santri" waktu dan tempat kami persilahkan."

Suara tepuk tangan kembali bergemuruh saat peserta maju di atas panggung.

"Kang Yusuf, untuk peserta nomor tiga dari putri kelompoknya Mbak Nadia diundur jadi peserta terakhir," ucap Fatoni, ketua seksi pendidikan yang sekaligus panitia lomba.

"Lo kenapa kok gitu, Kang?"

"Ada sedikit kendala, salah satu peserta kelompok itu tiba-tiba hilang."

"Lo kok bisa?"

"Nggak tau juga, Kang. Ini pengurus keamanan juga lagi mencarinya."

"Ada apa, Kang? Siapa yang hilang?" celetuk Fahmi tiba-tiba yang tak sengaja mendengar obrolan Yusuf dan Fatoni.

"Anu, Kang, itu lo, kelompoknya Mbak Nadia ada yang hilang. Katanya yang bagian qiro'at."

"Bentar-bentar, liat nama pesertanya Kang Yusuf." Fahmi meraih kertas list nama peserta dari tangan Yusuf. Tertera kelompok Nadia itu anggotanya Fitria dan Nisa. Jika Fitria yang jadi qori' sepertinya tidak mungkin, karena faknya dalam bidang khat. Jika Nadia yang bagian qiro'at juga tidak mungkin, jelas-jelas Fatoni menyebutkan Nadia lagi ikut mencari. Apa jangan-jangan Nisa yang hilang? Fahmi berkecamuk sendiri dengan fikirannya.

"Mbak Nisa berati yang hilang?"

"Ia kayaknya ... ya sudah saya lanjut tugas dulu, Kang." Fatoni meninggalkan dua orang pemuda yang otaknya terpenuhi tanda tanya.

"Sabar, Kang, do'akan Mbak Nisa segera ditemukan." Yusuf menepuk-nepuk pundak Fahmi untuk menenangkan sahabatnya itu. Fahmi kini merasa cemas, pikirannya pecah. Ingin sekali ia ikut mencari tapi masih ada tugas yang kini ia emban.

****

Nadia dan Fitria menyusuri setiap tempat yang ada di area pesantren, mulai dari lokasi madrasah sampai ke asrama. Gedung-gedung madrasah, setiap kamar-kamar santri, tiap kamar mandi, dapur, dan jemuran pun juga tak luput dari pencarian. Para keamanan pun juga ikut membantu di tambah beberapa santri lainnya. Mereka mencari tanpa membuat kecurigaan dari santri lain, supaya acara tetap berjalan dengan kondusif. Nadia segera berlari ke kantor bagian depan untuk mengorek informasi dari petugas jaga. Tapi lagi-lagi nihil. Ia pun keluar bersama Fitria dari area pondok putri, mencoba bertanya ke petugas jaga putra. Tapi hasilnya kembali mengecewakan.

MAHLIGAI CINTA SANTRI NDALEM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang