Maybe Like This: 4

17 1 1
                                    

Hari pertunangan telah tiba keluarga dari ali sudah hadir memenuhi ruang tamu tuan fahruq, meysa dengan gaun berwarna merah yang cantik membalut tubuh mungil yang putih itu,dengan ali yang tampak sedikit resah karna takut di tolak meysa.suasana mulai serius saat tuan fahruq mulai membicarakan pertunangannya

"Jadi saya ali Zendra berniat untuk menikahi putri anda tuan fahruq"

Ucap ali dengan wajahnya yang cukup tegang

"Jadi bagaimana meysa apa kau mau menerima ali?"

Tanya tuan fahruq pada meysa yang membuat gadis itu mati kutu sekarang.

"Mmm apapun yang terbaik menurut ayah juga ibu aku akan melakukannya yah"

Ali sedikit bisa bernafas lega karna gadis di hadapannya mau menerimanya.

Ali memberikan cincinnya pada meysa kedua belah pihak mulai membicarakan pernikahan mereka dari desain hingga baju pengantin.

Acara pernikahan ini memang tidak akan besar besaran yang datang hanya keluarga inti saja.

Tapi akan sangat ganjil jika tanpa makanan juga perlengkapan pernikahan pada umumnya bukan.

_____


Ali sangat bersemangat hari ini, hari ini ia akan menikahi gadis yang ia sukai.

Pernikahan sudah di mulai kini meysa dan ali sudah resmi menjadi suami istri.
Beberapa orang menyalami keduannya tak terkecuali anak buah ayahnya meysa juga anak buah ali.

Kini meysa sudah berada di rumah barunya ia akan tinggal bersama ali di sini berdua.

Rumahnya sangat besar,akan melelahkan jika membereskan rumah ini sendirian fikir meysa, ah ia lupa suaminya inikan kaya raya ia pasti memperkerjakan orang di rumah ini.

"Jadi mey kita akan menjalani hidup baru di sini".

Ucap ali dengan senyuman yang terus terukir di wajahnya.
Membuat kecanggungan semakin menjadi,meysa tak ingin cepat cepat berpapasan dengan ali ia masih malu,
Dari tadi pagi ia terus berusaha menghindari ali,eh malah malam ini langsung pindah ke rumah ali,ini memang sangat mengejutkan bagi meysa tadinya ia ingin tinggal di rumah orang tuanya seminggu baru pindah tapi kemauan ali tak bisa di ganggu gugat,menyebalkan memang.

"iya iya tuan ali,aku ingin ganti baju jadi di mana kamarnya?"

Tanya meysa yang mencoba mengakhiri perbincangan ini.

Ali gemas saat melihat wajah meysa yang tak henti hentinya memerah saat ia menatap matanya.

"Ayo my princess ikuti aku,aku akan mengantarkanmu ke kamar kita hmm"

'KE KAMAR KITA' deg tiba tiba kata kata ali membuat wajah meysa memanas rasanya tidak mungkin ia akan sekamar dengan laki laki secepat ini walau dia suaminya.
Akan sangat canggung sekali nantinya.

Ali mulai melangkah kan kakinya di ikuti meysa dari belakang
"Nah ini mey,kamar kita"

"Kok serem yah?"

Meysa terkejut saat melihat kamarnya yang bernuansa biru tua dan hitam.

"Haha aku suka warnanya jadi aku memilih untuk di pasangkan pada kamar kita"

"Oh iyaaya,udah sana aku mau ganti baju"

"Lah memangnya kenapa nona? Akukan suamimu sekarang aku berhak atas dirimu"

deg tiba tiba jantung maria berhenti,memang egois yah ali ia bahkan tak mengertikan meysa yang masih gugup saat bersama dirinya

"Tapi..."

"Tapi apa sayang?"

"Ah udah sana deh pokoknya kamu jangan masuk"

Meysa mendorong ali dari kamar tersebut dan langsung menutup pintu kamar tak lupa juga menguncinya.

"Hei dasar istri durhaka hahaaha"

30 menit ali sudah menunggu meysa di ruang tv ia bahkan membayangkan meysa tidur di bawah kungkungannya,

"Ah lama sekali anak itu, aku juga gatel kali pengen mandi"

Ali sudah tak sabar ia menyusul meysa ke kamarnya

'Tok..tok...tok'

"Mey buka dong,aku ga akan apa apain kamu kok"

"Iya iya bentar ngapa yak"

Meysa membukakan pintunya nampak lah suaminya dengan wajah cemberut yang menggemaskan.

Ali menatap lekat lekat wajah istrinya itu yang tanpa make up kecantikannya bahkan lebih terpancara tanpa make up hidung yang mancung bibir yang ranum

Dekheman meysa menghentikan sesi tatap tatapan ali dengan dirinya seketika rasa canggung menyeruak diantara mereka

Jam sudah menunjukan pukul 22:16 malam meysa dan ali tengah membicarakan persoalan tentang ranjang.

"Ah pokoknya kita tidur seranjang"

"Ih apa si,ngga ih kamu di kursi aja sana"

Tolak meysa pada ali yang tengah bersikukuh ingin tidur bersama meysa.

"Engga mey akukan suami kamu,lagian kitakan udah sah"

"Yaudah iya tapi jangan nempel nempel"

"Iya iya"

Meysa akhirnya pasrah dengan keputusan ali, ia meletakan guling bantal untuk memberikan jarak antar mereka.

Ali hanya memperhatikan tingkah meysa yang terus menolak dirinya anak ini memang keras kepala dan sulit di ajak kompromi fikir ali.

Tak lama mereka sudah tertidur dengan posisinya masing masing.

Maybe  Like ThisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang