8 | Tanpa Disengaja

888 130 70
                                    

"Jadinya mau makan di mana?" Suara Koh Aryono, asisten pelatih tim ganda putra Indonesia mengheningkan suara ricuh dan ribut para anak didiknya.

"Terserah Koh Ar aja, kan Koh Ar yang mau bayarin" sahut Gideon yang akrab di panggil Koh Sinyo dengan suara cemprengnya. Namun sahutan tersebut langsung di timpal oleh Fajar.

"Eits… jangan terserah atuh. Nanti kalau terserah mah kita malah di bawa ke warteg yang harga perporsinya cuman ceban. Bener ga Pin?" Fajar meminta pendapat Kevin.

"Bener tuh! Yang mahalan bisa kali"

Semua orang langsung ricuh kembali. "Iya kan tadi saya juga nanya mau makan di mana?"

"Mau di mana?"

"Di mana?"

"Yang pasti mahal"

"Kudu enak plus kenyang pokonamah!"

"Hanamasa aja!"

"Jangan ah, bosen"

"Yang lain atuh"

"Sabhu Haci"

"PH aja"

"Shaburi Kintan!"

"Sushi Tei!"

Satu persatu mulai saling mengeluarkan pendapat  sesuai dengan preferensi masing-masing. Namun berbeda dengan Rian, dirinya tidak terlalu banyak berkomentar dan berpendapat tentang mana tempat yang enak dan bagus. Namanya juga di traktir ya terima aja di ajaknya ke mana. Kalau soal yang mahal dan enak, dasarnya aja Fajar yang terlalu heboh.

Akhirnya setelah melewati proses diskusi yang panjang dan alot, semua tim senior ganda putra dan juga pelatih pergi menuju ke Shabu Hachi, salah satu restoran Jepang yang mengusung konsep All You Can Eat yang berada di Cilandak.

Jauh memang jarak yang harus di tempuh, tapi itu lah yang mereka inginkan. Sekalian jalan-jalan karena mumpung ada waktu dan kesempatan untuk keluar di waktu latihan.

Tiga mobil yang berisikan murid dan pelatih itu membelah jalanan kota Jakarta yang padat secara beriringan. Kali ini Rian satu mobil dengan Kevin, Koh Sinyo, Koh Hendra dan Angga.

Setelah sampai di tujuan, semua orang yang berada di dalam mobil langsung ke luar. Rian dan yang lain cukup panik dan juga kaget karena begitu sampai tempat yang di rekomendasikan oleh Bang Ahsan ini sangat penuh sampai-sampai mereka harus menunggu giliran dulu atau secara istilahnya waiting list.

"Bang kumaha ieu, jauh-jauh ke sini harus nunggu sekitar sejam lebih kata petugasnya tadi" Fajar yang kebagian daftar mulai panik.

"Tenang, gak bakalan nyampe sejam lebih. Paling nunggu dua puluh menit juga kita semua udah bisa masuk" komentar Bang Ahsan yang sudah lebih dulu pernah mengunjungi tempat ini.

"Seriusan???" Kali ini Rian ikut menimpali karena rasanya melihat pengunjung yang berada di dalam juga di luar yang nasibnya sama seperti dirinya itu cukup membuat Rian was-was.

"Di bilangin juga, percaya deh. Sok pada tungguin di sini sebentar" jelas Bang Ahsan menenangkan semuanya.

_________

Hana dan sekeluarga komplitnya baru bisa mendapatkan tempat duduk setelah menunggu kurang lebih dua puluh menit lamanya.

Sebenarnya keinginan untuk makan di tempatnya sekarang ini adalah keinginan adiknya Hana yaitu Aban yang baru bisa dan di perbolehkan makan makanan yang sedikit berat pasca operasi usus buntunya dua minggu yang lalu. Kalau saja bukan karena adiknya, Hana sebenarnya tidak mau, melihat antrean yang sangat panjang dan sampai-sampai harus rela untuk waiting list saja Hana sudah enggan duluan. Tapi karena adik tersayangnya itu dia akhirnya menurunkan egonya.

Rendezvous | Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang