Seorang cowok berpenampilan ala-ala bad boy merengek sedari tadi di sebelah seorang wanita yang lebih terlihat seperti ibunya. Sang wanita hanya menulikan anaknya itu dengan sibuk mengurus beberapa surat kepindahan anaknya ke sekolah baru.
Wanita lain yang tengah menjadi lawan bicara sang ibu hanya melirik heran. Pikirannya bertanya, benarkah ini baru yang akan masuk ke sekolah ini?
"Mi, jangan pindahin Raja ke sini dong," katanya seraya menarik-narik lengan baju sang ibu. "Kita balik ke Belanda aja. Raja gak mau di sini."
Wanita itu tak bicara. Ia diam dan lebih memedulikan pekerjaannya sekarang terhadap kepindahan sang putra. Satu kali ia mungkin bisa diamkan, tapi sepertinya cowok bernama lengkap Rajarsa Putra Mahendra tersebut mulai mengganggu.
"Raja!" sentaknya yang seketika membuat Raja bungkam. Dengan lototan tajam, cowok itu tak lagi merengek. Alhasil, sang ibu kembali pada kegiatannya.
Merasa kesal, namun tak berkeinginan merengek lagi atau ia akan dicakar oleh ibunya yang bak singa betina, akhirnya ia memilih pergi melenggang ke tempat lain yang masih dalam area sekolah barunya.
Jujur, dia benci harus dipindahkan ke Indonesia lagi sejak kejadian tujuh tahun lalu. Padahal, Belanda sudah menjadi tempat paling nyaman baginya. Walaupun ia sendiri berkebangsaan Indonesia. Kedua orangtuanya pun sama, kecuali pekerjaan yang menuntut.
Tapi, heran kini mengelilingi kepala Raja. Mengapa ia harus kembali ke Indonesia. Ada apa di Belanda? Rasanya semua baik-baik saja, sebelum akhirnya sang ibu minggu lalu tanpa berunding dengannya memaksa ia untuk pindah ke Indonesia.
Untuk pandangan pertama terhadap SMA Galaksi X lumayan bagus. Baik dari lapangan yang lebar, gedung sekolah yang lumayan tinggi, serta fasilitas umum yang ada di sekitarnya, semua lumayan. Tapi, belum sepenuhnya baik seperti di Belanda.
Sembari mengantungi kedua tangan ke saku jaket yang dikenakannya, ia berjalan menyusuri setiap bagian dari sekolah tersebut, sekadar untuk berkenalan dengan sekolah baru.
▪
"Bu, tugas saya sudah selesai. Saya boleh pulang sekarang, 'kan?" tanya seorang gadis yang tampak berkeringatan di depan seorang wanita.
Wanita tersebut tampak acuh tak acuh padanya. Ia baru merespon usai mengurusi nilai murid lainnya.
"Yakin sudah selesai?" tanyanya sinis.
"Sudah, kok, Bu," jawabnya dengan mimik gelisah. Dalam hati, ia sangat merutuki guru itu.
"Kalau gitu, kamu saya ijinkan pulang sekarang."
"Makasih, Bu." Belum sepenuhnya berbalik, guru itu melanjutkan kalimatnya.
"Tapi jangan harap lain kali kamu bisa lolos dari hukuman saya lebih awal dari ini."
Tanpa membalas, gadis itu berjalan dengan tergesa menuju gerbang sekolah. Jika saja ia tidak lupa membawa buku tugasnya, pasti tadi ia sudah pulang bersamaan dengan teman-teman lainnya di jam yang sama.
Sekarang ia harus mengejar waktu yang jahatnya tak mau menunggu sejenak di saat ia menyanggupi sebuah janji pada seseorang.
Ketika hendak berbelok, seseorang menabraknya dari arah berlawanan hingga ia tersungkur ke belakang dan jatuh dengan rasa sakit yang mulai menjalari bagian belakang tubuhnya.
Sedangkan yang menabraknya hanya melirik sekilas dan tanpa bersalah berlalu meninggalkan korbannya.
Gadis itu memicing tajam memerhatikan punggung seorang cowok yang semakin menjauh. Ia yang kesal karena telah dibikin celaka akhirnya berteriak.
"Woi!" Cowok itu mendadak berhenti melangkah. "Gue baru jatuh dan lo seenaknya kabur?"
Raja menoleh ke belakang, disusul seluruh badannya yang berbalik menghadap gadis itu.
Tampangnya di bikin sebiasa mungkin. Lalu, ia berjalan menghampiri si cewek.
Ia mendengus, kemudian tangannya merogoh sesuatu dari dalam saku celana dan tanpa basa-basi ia menyodorkan tiga lembar uang berwarna merah ke hadapan gadis itu.
Sungguh memuakkan! Beginikah caranya meminta maaf tanpa tahu sopan santun? Hei, ia hanya butuh bantuan dan maaf, bukan uang dari orang yang songong!
Mengejutkan, gadis itu langsung menepis uang yang disodorkan itu hingga berserakan ke lantai. Ia memandang Raja dengan sorot tajam.
Raja berjongkok, lalu tersenyum miring dengan wajah agak mendekat ke arah sang gadis. "Kenapa? Kurang ya?" Ia kemudian bangkit. "Sori, lo cuma jatoh, bukan ketabrak mobil. Jadi, gak usah malak gue!" ucapnya angkuh dan berbalik dengan cepat hendak pergi.
Cowok angkuh tanpa sopan santun itu membuat emosi gadis itu memuncak hingga ke ubun-ubun. Ia yang masih terduduk di lantai kontan menarik kaki cowok itu hingga menyebabkannya jatuh dengan posisi tengkurap.
Bugh!
Raja merasakan sakit luar biasa di bagian dadanya. Sialan! Cewek itu berani sekali padanya.
Raja bangkit disusul oleh gadis itu. Mereka saling menatap tajam dan sinis.
"Mau lo apa, huh?!" tanya Raja dengan nada membentak.
"Mau gue, lo bisa minta maaf dengan sopan, bukan dengan uang!" jawabnya tak kalah sengit.
"Untung lo cewek! Kalo nggak udah gue--"
"Apa? Lo mau pukul gue? Lo mau tampar gue? Silakan!" ucapnya dengan nada tinggi. "Tapi asal lo tau, cowok yang beraninya sama cewek itu banci!"
"Lo!" Tangannya hampir saja melayang ke gadis itu, sebelum akhirnya sebuah tangan menahan tangannya. Membuat Raja menoleh dan langsung menciut nyalinya.
"Raja! Apa-apaan kamu?" tanya sang ibu dengan lototan tajam.
Untung saja ia datang, kalau tidak gadis itu sudah jadi santapan Raja sekarang.
Sang ibu memandang gadis yang hampir saja Raja pukul.
"Atas nama anak saya, saya minta maaf."
"Mi, Mami ngapain minta maaf segala? Dia yang uda--"
Sekali tatapan bulat penuh dengan wajah galak, Raja berhasil dibuat bungkam lagi.
Gadis itu melirik wanita tersebut, lalu berganti melirik si Raja yang membuang wajah ke arah lain setelah dipelototi ibunya.
Tanpa menjawab, gadis itu langsung kabur dengan perasaan takut.
Sang ibu menyesal sebab anaknya yang bahkan belum benar-benar berstatus siswa baru di sekolah itu telah memberi kesan buruk atas kelakuannya pada siswi tadi.
Ia beralih pada sang anak. "Kita pulang sekarang," ucapnya datar, namun memberi kesan seram.
Raja segera menyusul sang ibu yang lebih dulu meninggalkannya menuju area parkiran.
▪
a.n. Hola! Bagaimana cerita!barunya? Semoga suka!
Btw, ini versi baru ya, bukan revisi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajarsa
Teen Fiction"Gue Raja, gue berhak ngelakuin apapun. Dan lo, mending jaga sikap atau nggak lo bakal nyesal karena udah berurusan sama gue!" Namanya Rajarsa Putra Mahendra. Dia itu pindahan dari Belanda. Sifatnya suka ngatur, nyebelin, dan pastinya selalu ngusik...