"Karena kamu itu seperti tanah yang paling subur, yang sudah kupilih diantara banyaknya tanah lain" kata lelaki yang mengenakan hoodie berwarna army pada gadis yang berada disebelahnya.
"Tanah?" Tanya gadis itu dengan kening yang mengerut.
"Iyaa, tempatku menanam benih-benih cinta. Kelak, jika sudah waktunya." Lelaki itu menatap dalam mata gadis yang disebelahnya.
Gadis itu kini bangkit dari tidurnya, wajah putihnya kini berubah warna menjadi seperti tomat matang segar yang baru dipetik.
"Janji?" dia menyodorkan jari kelingkingnya tepat didepan wajah lelaki tadi.
Lelaki itu pun tersenyum dan menyambut kelingking gadis itu. Kini jari kelingking mereka saling berpelukan."Terimakasih sudah membantuku" ucap gadis itu dengan gumpalan air dipelupuk matanya.
"Membantu apa?" tanya lelaki yang disebelahnya itu.
"Membantuku bahagia setiap bersamamu, dan melupakan setiap hal buruk yang terjadi" jawab gadis itu dengan dan tulus.
"Larut malam sepertinya membuat jiwa ke melow-an mu jadi muncul yaa" ledek lelaki berhoodie army itu seraya menarik hidung mancung gadis yang berada disebelahnya.
"Heyy! Sudah malam, toko ku akan tutup. Cepat turun kalian berdua!" terdengar suara teriakan dari arah bawah yang membuat mereka terkejut.
"Kau ini, selalu saja mengganggu kami yang sedang berpacaran" balas lelaki berhoodie army tadi
"Apa tidak ada tempat lain lagi untuk kalian berpacaran selain di atap toko ku ini?"
Mereka berdua tertawa renyah diatas atap.
KAMU SEDANG MEMBACA
"PATAH"
Teen FictionTeruntuk hati yang sedang patah. Tidak akan mudah merelakan kepergian, dan kehilangan tidak akan baik-baik saja. Tetapi kau harus percaya, bahwa di dunia ini ada hal yang tidak bisa dipaksakan. - Kalimantan Tengah, Juni 2019