"woi yank, liat PR lo dong. Jangan pelit yah?"
Lelaki yang tengah duduk dimeja itu berkata kepada seorang perempuan berkacamata yang tengah menulis di bukunya sembari melihat ke arah kalkulator di hpnya.
"waduh parah lo yank! Pelit banget njir. Mati mau ngubur sendiri apa gimana se?"
"sabar dong! Gue kan lagi nyelesein tugas!"
"lah malah gue di bentak. Woi yank, lo itu lagi bikin tugas matematika, sedangkan gue minta contekan pr IPA. Bego dikuadratin yah?"
"terserah."
Perempuan yang malas berdebat itu kembali mengitung angka angka beranak dan melemparkan buku bersampul coklat bertuliskan 'IPA FISIKA' di cover sampulnya ke pangkuan Sagara.
Lelaki bernama Sagara Kevlar Malvino itu duduk dibangkunya dan mengeluarkan buku dari tasnya. Lalu melangsungkan kegiatan mencontek.
Seperti itulah kegiatan Sagara dipagi hari, menggombali seluruh perempuan di kelas untuk mendapat contekan PR. Karena Sagara tipe orang yang terlalu sibuk untuk mengerjakan PR.
Dan karena tidak ada kata belajar dirumah dalam kamus Sagara. Lelaki itu terlalu malas melihat buku dirumah. Hanya membuat pusing dan menimbulkan rasa ingin membakarnya.
Setelah selesai mencontek, Sagara pergi meninggalkan kelasnya.
---
Suasana dikelas bernuansa Cream itu sangat tegang. Semua siswa dan siswinya menghadap ke lembaran - lembaran berwarna putih yang berisi soal soal di dalamnya.
Hari ini dikelas Akina tengah diadakan UH MATEMATIKA mendadak.
Membuat semua murid yang berasal dari golongan Otak menengah kebawah memasang wajah panik karena belum menyiapkan contekan dan sebangsanya.
Tak terkecuali siswi bernama lengkap Akina Raeyn Alandra itu tengah menatap kosong kumpulan kumpulan soal Matematika yang hampir seluruhnya perempuan itu tidak tahu cara menyelesaikannya.
Matanya digunakan untuk melirik sebelah kanannya, teman sebangkunya pun memasang ekspresi yang sama dengan dirinya.
Akina mendesah pelan.
"psst! Kin, udah? Lo bisa?" tanya Elsana yang berbisik kepada Akina.
Akina hanya meliriknya.
"ck, gue udah dong" ucap akina.
"bagi woi, jangan medit"
"nih"Elsana hanya menatap nanar kertas berisi coretan tangan dari sahabatnya itu. Ia mengembalikan kertas itu dengan muka yang sulit didefinisikan.
"serius ini?"
"duarius palah" jawan Akina mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnyaElsana menatap Akina dengan tatapan curiga.
"gak yakin gue. Coba mana bukti itung itungan lo? Mana sini"
"gak perlu dan gak butuh"Elsana melirik Akina dari tatapan penuh curiga menjadi tatapan penuh iba. Alisnya saling bertautan melihat sahabatnya itu.
"lo. Jangan bilang, lo cuma nulis ulang soal matematikanya? Kaya dulu?"
Yang ditanya malah memasang wajah dengan senyuman penuh kemenangan. Elsana melempar tutup bolpoinnya ke meja.