Lea menghentakkan kopernya dengan kencang. Ginting yang melihatnya pun terkekeh dan segera merangkul Lea.
"Kenapa? Masih kesel hm?"
Lea mendelik. "Jelas kesel, woy indonesia ke inggris tuh gak kaya jakarta ke bandung! Aku sama sekali ga ada persiapan apapun, untung aku di birmingham ada rumah orang tua aku, kalau gak ada gimana? Kan repot jadinya, untung juga disana lagi gak musim dingin!"
Ginting kembali terkekeh mendengar celotehan Lea yang panjang, menurutnya itu membuat Lea semakin menggemaskan.
"Hahaha maaf ya sayang."
Lea mendengus. "Huh! Sayang sayang pala lo peyang! Au ah bete dedek."
Lea kemudian berjalan mendahului Ginting dan menghampiri Agnes, istri dari Marcus.
Sedangkan Ginting, dia berjalan menuju teman temannya.
"Istri lo masih bete? Hahaha Gak jago kasih surprise sih lo." Ucap Marcus.
Ginting menghela nafasnya. "Gapapa lah koh, biarin aja hahaha, ngomong ngomong emang anak lo gak diajak?"
Marcus menggeleng. "Belum boleh lah, dia sama neneknya, asalnya agnes juga gak akan ikut, tapi dipaksa sama neneknya junior."
Ginting membulatkan mulutnya.
"Hem yang sudah berumah tangga mah beda ya Jom pembahasannya?" Sarkas Fajar.
Rian mengangguk. "Beda lah beda."
"Makanya pada nikah, lagian lo udah pada mateng juga." Ucap Marcus.
"Apalah daya aku yang mau nikah tapi susah gara gara ada dinding tebal perbedaan sama yangbeb?" Ujar Kevin.
Fajar tertawa. "Mau Gue nyanyiin peri cintaku?"
Kevin mendengus. "Selalu itu mulu, bosen gue dengernya!"
"Eits tenang, masih ada yang lain! Bentar Gue gugling dulu."
Fajar mengeluarkan ponselnya, kemudian dengan lincah jarinya menari diatas layar ponselnya.
"Nah, ini pin Gue dapet banyak."
Fajar memperlihatkan layar ponselnya pada Kevin.
"Sialan lo Jar!" Jawab Kevin.
"Segabut itu kah Jar sampe niat gugling gituan doang?" Tanya Ginting.
Fajar terkekeh. "Si kevin kesel mah jadi hiburan buat Gue."
Tak lama kemudian terdengar suara pemberitahuan untuk pesawat yang akan para atlet dan staff pbsi pakai sudah siap.
Lalu mereka pun masuk kedalam pesawat.
"Mau makan apa sayang?""Lotek."
Ginting mengusap wajahnya Gusar. "Sejak kapan di birmingham ada lotek?"
"Yaudah batagor kuah."
"Le, yang bener dong, kamu harus makan, mau makan apa?"
"Gue bukan pak Le lo Ginting."
Ginting menghela nafasnya. "Oke, Gabrilea Natha Praja, kamu mau makan apa sayang?"
Lea berpikir sejenak."Mau ayam goreng aja, tapi yang banyak."
Ginting tersenyum, lalu ia mengusap puncak kepala Lea. "Yaudah sebentar ya aku pesenin dulu, kamu tunggu disini sama mbak Wid sama ci Agnes ya."
Lea mengangguk, kemudian pergi untuk memesan pesanan Lea.
"Masih ngambek sama Ginting gara gara dia ngedadak ngajak kamu ke sini? Udahlah Lea jangan kaya anak kecil deh." Ucap Agnes.
"Iya nih kaya anak banget sih lo jadi orang, kalau Gue jadi lo, Gue mah seneng banget malah." Lanjut Widya.
Lea terkekeh, lalu ia mencondongkan sedikit badannya ke arah mereka berdua. "Ssst , aku cuma pura pura ngambek aja hehehe."
"Astaga Lea, lo pura pura kesel doang?" Tanya Agnes
Lea mengangguk.
"Sumpah Le, lo ga liat wajah si kumis tipis udah memelas gitu apa?"
Lea kembali terkekeh. "Awalnya sih aku kesel, cuma lama lama aku jadi seneng hehe co cuit banget dia, tapi aku pura pura kesel abisnya muka dia lucu mbak kalau lagi gitu."
"Ekhm"
Mendengar suara orang yang berdehem membuat mereka bertiga Refleks menoleh kebelakang.
"Ginting?" Ucap Lea.
"Ayamnya udah aku bungkus, kita makan di kamar aja." Ucap Ginting ketus.
"Lah? Kok? Gamakan disini?"
"Gak. Ayo." Ginting lalu menarik tangan Lea.
"Eh kalem dong! Mbak aku ke kamar dulu ya."
Kemudian Lea pergi meninggalkan Widya dan Agnes.
"Si Ginting bisa ngedenger kali ya? Langsung ketus gitu sama si Lea." Tanya Widya.
Agnes menggedikkan bahunya. "Gatau, tapi kayanya iya deh si Ginting ngambek."
------
"Ih Ginting kok judes amat sih ah! Mana siniin ayam aku!"
Ginting menarik bungkusan yang berisi ayam, dan menaruhnya diatas lemari pakaian. "Gak sebelum kamu jawab dengan jujur pertanyaan aku."
"Apa?"
"Kamu cuma pura pura kesel sama aku?"
"Iya, emang kenapa?"
Ginting mengusap wajahnya dengan gusar. "Kamu ga ngerti apa segimana khawatirnya aku sama kamu?!"
Lea merasa bersalah, ia menundukan wajahnya lalu berjalan menuju kasur lalu duduk disisinya.
"Maaf, aku ga maksud."
"Lain kali jangan gitu Lea, sumpah aku khawatir sama kamu tau gak?"
"Maafin aku"
Mendengar suara isakan, Ginting langsung menghampiri Lea dan duduk disampingnya.
"Iya aku maafin, udah ya jangan nangis?" Ginting lalu memeluk Lea.
Namun Lea masih terisak saat Ginting sudah memeluknya.
"Kenapa masih nangis? Kan udah aku maafin." Tanya Ginting
"Bukan itu."
Ginting mengernyitkan dahinya. "Terus kenapa?"
Lea menengadahkan kepalanya.
"Aku laper, ayam aku jangan di taro diatas lemari dong."
Ginting terkekeh, ia lalu mengacak rambut Lea dan beranjak untuk mengambil ayamnya yang Ginting taruh diatas lemari.
"Le, Le. Bener bener unik kamu tuh." Gumamnya pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rankle
RomanceEntah apa yang dimimpikannya semalam hingga kedua orangtuanya tega menikahkan anaknya dengan seorang perempuan---berbadan dua. "Udah bunting duluan, gesrek pula" -ASG