Bagian 9

8.6K 1.1K 63
                                    

Hiqab tak henti tertawa ketika di mandikan. Zein tentu saja sedikit kewalahan dengan tingkah anaknya dan baru kali ini juga memandikannya. Selama ini ia hanya sibuk bekerja dan keluar kota untuk mengurus proyeknya.

"Papah, kenapa Hiqab mandi lagi? Kan tadi sudah mandi sendiri." Kata Hiqab.

"Kamu gak mandi tapi mainan air jadi papah mandikan, lagian kamu salah memakai sabun. Sabun itu milik mamah dan hanya mamah yang bisa pakai." Kata Zein sambil menyabuni anaknya dengan sabun yang Zee beli barusan.

"Gitu ya pah..." jawab Hiqab dan Zein berdehem.

"Ada- ada si Zee masa sabun begituan di  letakan sembarangan." Gumam Zein.

Setelah menyabuni Hiqab ia berdiri dan menyalakan shower lalu membersihkannya dari sabun.

Setelah selesai Zein mengambil handuk kering lalu membungkus anaknya dan mengangkatnya bak supermen.

"Supermen mau lewat." Kata Zein dan Hiqab tertawa saat di letakan kursi sofa yang empuk. Zee duduk disamping Hiqab sambil membawa bedak dan minyak kayu putih.

"Pakaikan anakmu baju setelah itu kamu yang mandi baru makan." Kata Zee.

"Aku capek Zee, dia terlalu aktif." Kata Zein.

"Resiko punya anak. Pakaikan dia mau ke kamar mandi." Kata Zee lalu berdiri. Zein pasrah ia segera mengeringkan tubuh Hiqab dan membalurnya dengan minyak kayu putih dan bedak bayi.

"Habis ini tidur." Kata Zein dan Hiqab menggeleng.

"No, papah." Tolak Hiqab.

"Kenapa gak mau tidur?" Tanya Zein sambil memakaian baju.

"Mau nonton (kokos) kartun." Jawab Hiqab sambil melompat- lompat diatas sofa lalu matanya melihat layar tv yang lebar.

"Ya ya ya, terserahlah." Zein memeluk Hiqab setelah berpakaian lalu menciumnya walaupun aroma sabun kewanitaan masih sedikit melekat di kepalanya.

"Papah." Kesal Hiqab sambil meronta dan terlepas dari pelukan Zein.

"Nontonlah, papah mau mandi." Kata Zein sambil melepas anaknya dan berdiri.

**

"Zee, aku mau mandi lalu pulang ke rumah." Zein menarik tuas pintu dan tidak terkunci. Lelaki itu langsung masuk dan menutupnya dengan rapat. Kucuran air terdengar di balik tirai pelastik lalu siluet gelap terlihat tengah membasih dirinya dengan pelan. Zein melepas kemejanya setelah itu celana kain hingga mengisakan dalaman pendek ketat bewarna hitam dengan pelan Zein menyingkai tirai itu dan melihat Zee tengah mandi dan sesenggukan terdengar.

"Kau menangis?" Tanya Zein. Zee menengok dan menutup dadanya.

"Keluar." Kata Zee. Zein menyingkirkan Zee lalu ia masuk ke dalam kucuran shower, rasa segar langsung menyambutnya membuat Zein merasa lega.

"Zein aku masih mandi." Kata Zee sambil mengambil handuk dan melilitkannya di dada.

"Terus? Biasanya juga mandi berdua kan. Malu apa? Aku sudah pernah melihat tubuhmu." Jawab Zein sambil mengambil sabun cair lalu di mengusap tubuhnya.

"Zein, ah!." Zee segera keluar dari kamar mandi tapi tiba- tiba saja Zein menghentakan handuk yang di pakai hingga membuat Zee ingin jatuh ke belakang tapi Zein menangkap tubuhnya dengan sigap.

"Zein!." Bentak Zee.

"Pelankan suaramu nanti Hiqab dengar." Kata Zein.

"Apa yang kau lakukan hah! Aku bukan istrimu lagi jadi jaga sikapmu! Kau pikir dirimu siapa!" Kata Zee sambil melepaskan dirinya dari Zein.

Mantan suamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang