Hari demi hari berlalu.
Sudah lima hari ini Soobin tidak lagi menyapa atau sekedar melihat Yeonjun.
Entah apa kabar pria itu sekarang.
Soobin merasa sedikit bersalah, namun apa perdulinya, toh bisa saja Yeonjun menemukan teman lain yang bisa membuatnya bahagia kan?
"Bin, masih jauhan?" Tanya Jaemin.
Jaemin duduk disamping Soobin.
"Biar kuhitung, sudah sepuluh kali kamu bertanya ini dalam lima hari terakhir"
Jaemin terkekeh mendengar penuturan Soobin.
"Aku tidak suka kalian jauhan, dan Soobin, apa kamu nggak nyadar kalo selama lima hari ini ada yang tersakiti karenamu"
"Heh?" Soobin menatap Jaemin dengan penuh tanda tanya.
"Siapa?"
"Kak Yeonjun, dia jadi pendiam dan sangat arogan, egois baik kepada orang lain maupun dirinya sendiri, dan aku yakin itu karenamu"
"Bagaimana bisa karena aku? Dia tak memiliki hubungan apapun denganku, dan..."
"Dan apa?"
"Dan aku juga tidak ehmm... Memiliki perasaan padanya, iyaaa tidak"
"Bohong jika kamu berkata seperti itu"
"Maksudmu?"
"Pikiran dan perasaanmu tidak sejalan, Soobin..."
"Ayolah, beri Kak Yeonjun kesempatan, apa hanya karena ancaman seseorang beberapa hari lalu membuatmu menjauhinya? Kamu bodoh kalo berfikir seperti itu, sama saja kamu egois dan membuat Kak Yeonjun sakit""Tapi..."
"Soobin, banyak yang membencimu, banyak juga yang menyayangimu, atau mungkin lebih banyak yang menyayangimu, jadi kenapa harus takut?"
"Jaem aku..."
"Ikuti kata hatimu, Bin"
"Mengikuti jalan pikiranmu adalah suatu keegoisan"Soobin masih agak menimang-nimang ucapan Jaemin.
Dalam hati Soobin berkata perkataan Jaemin tadi adalah benar.
Namun pikirannya berkata tidak.
Daripada berada dikelas, Soobin pikir ke Taman Belakang sekolah adalah tempat yang pas.
Untuk menenangkan pikiran.
"Gue dapat sesuatu, ini memperkuat bukti yang udah kita kumpulin dalam lima hari terakhir!" Ucap Yesy.
"Apa?"
"Lihat ini!" Yesy memperlihatkan kacamata hitam.
"Kacamata? Dapat dimana?"
"Dilorong tempat loker"
"Gue nemuin ini dibawah lantai, gak tau punya siapa, tapi gue yakin kayaknya ini punya si peneror itu, soalnya disekolah inikan gak boleh bawa barang kayak gini, kalaupun boleh ya paling kacamata minus, bukan kacamata kayak gini""Iyasih, tapi kenapa kacamata?"
"Soalnya Kak Soobin bilang kalau orang yang neror dia itu pake kacamata hitam dan masker hitam untuk nutupin wajahnya"
"Pintar banget"
"Tapi lebih pintar gue dong, btw udah dapat rekaman cctv beberapa hari lalu?"
"Kepala sekolah masih belum datang, staff TU bilang, rekaman cctv diperbolehkan untuk dilihat ketika mendapat izin dari kepala sekolah"
"Akan lama kalo gitu"
"Makanya, lebih baik kita bertindak diluar izin aja"
"Maksudnya?"
"Membobol ruang cctv"
"Oh my god!" Yesy membelalakkan matanya "Ide yang bagus"
"Yeonjun, kenapa murung seperti ini?" Tanya Yuna yang tengah duduk berhadapan dengan Yeonjun.
"Apa urusan lu?" Tanya Yeonjun dengan dingin.
"Eh? Aku hanya khawatir padamu Yeonjun"
"Mau apa lagi? Udah kemaren lu ninggalin gue sekarang lu datang lagi? Dengan drama lu yang sekarang sok-sok kasian ngeliat gue kayak gini? Mau apa lagi lu?"
"Yeonjun, aku nyesal..."
Yeonjun berdiri dan mencibik kesal lalu menatap Yuna dengan penuh kebencian.
"Nyesal? Setelah lu nyakitin gue dan pergi gitu aja sekarang lu balik dan bilang nyesal? Lucu sekali anda wahai Yuna!"
"Yeonjun, kasi aku satu kesempatan untuk berubah"
"Tidak akan!"
Suasana kantin memanas seketika, membuat Yeonjun muak dan pergi meninggalkan kantin.
Targetnya sekarang satu, Taman belakang sekolah.
Menjadi tempat yang paling adem untuk merilekskan pikirannya.
Ditambah dengan apa yang sekarang terpampang dihadapannya.
Soobin.
Ya, Soobin sekarang duduk dikursi taman.
Membelakangi Yeonjun.
Membuat senyum terukir begitu saja diwajah tampan itu.
Yeonjun menghampiri Soobin lalu menyentuh pundaknya.
Membuat Soobin kaget dan menghadap kebelakang.
Deg.
"K-kak Yeonjun?" Ucapnya tak percaya.
"Kembalilah, saya gak bisa lama-lama kayak gini" Yeonjun menyenderkan kepalanya ke pundak Soobin.
Membuat Soobin terdiam memandangi wajah Yeonjun dari samping.
Secara tak sadar memeluk Yeonjun.
"Lihat, bahkan kamu sendiri gak mau kan pisah dari saya"
Soobin tertohok.
"Saya akan berusaha ngebahagiain kamu dek, tapi tolong jangan menjauh dari saya, saya sakit kamu giniin" Yeonjun megang kedua pundak Soobin, menatap lekat-lekat manik Soobin.
"Jangan pergi dari saya lagi" Yeonjun meluk Soobin.
Soobin? Sekarang udah nangis kejar, bodoamat basah baju Yeonjun sekarang dia nangis aja pokoknya.
Mungkin karena... Kangen.
"Jangan nangis, Saya ada disini" Yeonjun natap Soobin lalu menghapus air mata yang melekat di manik indah Soobin.
Soobin ngangguk terus peluk lagi si Yeonjun.
Yeonjun mah kesenangan:)
"Dek"
Soobin menghadap Yeonjun.
Kesempatan, Yeonjun lalu mencium pipi Soobin.
Yang dicium? Membeku udah.
Pipinya memerah hebat.
Tubuhnya menghangat.
"Kayak kepiting rebus kamu gitu dek" Celetuk Yeonjun dengan rasa gak bersalah.
Gak salah kan nyium orang? Daripada nonjok orang HAHHAHAHAAHAHAHA.
SIALAN EMANG YANG NONJOK SOOBIN KEMAREN -NETIJEN MARAH
"KAK YEONJUN MAH!" Soobin mukul-mukul dada bidang Yeonjun.
Agak sakit sih, tapi kok Yeonjun malah kesenangan?
Apa ini efek bucin? Hnghh(♡˙︶˙♡)
"Baikan yaa?"
Soobin ngangguk terus meluk Yeonjun.
Gue gak bisa bikin soft moment, gimana dong:3