PENDAHULUAN

18 0 0
                                    


Apakah anda seorang lulusan SMA yang tidak lagi melanjutkan studi di tingkat lebih tinggi, sehingga menjadi pengangguran? Apakah anda seorang mahasiswa yang membutuhkan tambahan uang saku sekaligus mau memikirkan masa depan yang lebih cerah? Apakah anda seorang sarjana yang bingung mau kerja apa? Apakah anda seorang karyawan yang membutuhkan penghasilan tambahan? Atau anda seorang pengangguran yang disebabkan oleh PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)?

Jika anda termasuk orang-orang dalam kondisi di atas, anda perlu membaca tulisan saya ini. Pun jika anda bukan termasuk dari orang-orang yang disebutkan di atas, anda bisa membacanya sebagai pemikiran dalam menatap masa depan. Bahkan jika anda yang merasa sudah mencapai kesuksesan di bidang anda, perlu juga membaca tulisan saya ini sebagai sarana berbagi pengalaman atau sebagai tolok ukur sejauh mana anda mencapai kesuksesan tersebut.

Inti dari permasalahan dalam tulisan saya ini nantinya hanyalah sekedar memberikan alternatif dalam mencapai kesuksesan di masa depan, selain sekolah dan sekolah kemudian melamar pekerjaan. Terbukti di masa sekarang sekolah tidak lagi memenuhi seratus persen lulusannya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Sudah banyak orangtua yang menuntut anak-anaknya untuk belajar demi mencapai nilai yang bagus di sekolah. Harapan mereka adalah anak-anak mereka kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak dan terhormat. Bahkan sebagian besar orangtua di lingkungan kita mengharapkan anak-anak mereka menjadi pegawai negeri atau bahkan pejabat negara. Setelah harapan itu diperoleh, anak-anak tersebut menjadi kebanggaan orangtua.

Tapi apa hasilnya? Kebanyakan dari mereka menjadi pegawai yang 'tumpul'. Sebagai pegawai negeri, mereka banyak yang bekerja terlalu santai, bahkan suka mencari-cari 'celah penghasilan' dengan cara yang dikenal sebagai korupsi. Demikian juga pejabat negara yang kebanyakan suka membuang-buang gaji mereka untuk hal-hal yang tidak senonoh dan tidak mapan. Padahal gaji mereka yang jumlahnya selangit itu sebenarnya uang rakyat.

Lain halnya dengan tipe pengusaha yang akan kita bahas di sini nanti. Uang yang diperoleh pengusaha seratus persen dari pemikiran dan jerih payah sendiri. 'Keringat' mereka adalah penghasilan mereka. Penghasilan per bulan tidak selalu tetap, tergantung seberapa banyak 'keringat' yang mereka keluarkan. Bahkan ada yang mengeluarkan 'keringat' sangat banyak, tapi hasilnya tidak lebih dari gaji orang yang baru diangkat jadi pegawai negeri.

Itulah kenapa banyak orang mengincar kedudukan sebagai pegawai negeri atau pejabat negara. Bekerja atau tidak bekerja masa bodoh. Yang penting setiap tanggal muda, uang mengalir tetap, tidak kurang, tapi seringkali lebih terus. Kalaupun ada kesalahan dalam bekerja atau bahkan ketahuan korupsi, asal tidak terlalu besar dan bisa me-lobby atasan dengan baik, paling cuma dimutasi.

Namun tidak selamanya seorang pegawai negeri atau pejabat negara seperti itu. Jika seorang pegawai negeri atau pejabat negara yang memiliki mental pengusaha seperti yang akan kita bahas pada bab-bab mendatang ini, negara akan dibawanya tanpa terseok-seok dan menatap masa depan negara lebih cerah. Akan tetapi yang dimaksud bukan mental pengusaha yang pintar memperoleh dan mengolah 'tender'. Seperti kebanyakan pejabat negara yang merasa berkuasa, seenaknya mencari-cari proyek dengan meraih keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan hasil. Yang demikian bukan mental pengusaha yang akan kita bahas di sini.

Manfaat apa nantinya yang bisa diperoleh dengan membaca tulisan ini?

Dengan membaca tulisan ini, anda diharapkan memiliki pemikiran baru dalam menghadapi kompetisi pencarian lowongan kerja. Lulusan-lulusan SMA dan perguruan tinggi di negara kita semakin melonjak tinggi jumlahnya. Ini bukan merupakan hal yang membanggakan. Ini lebih cenderung memprihatinkan, karena bersamaan dengan itu muncul perampingan sistem kerja di tiap perusahaan. PHK semakin meningkat. Sehingga perlu dicari alternatif lain guna menciptakan lapangan kerja baru. Bukannya menciptakan generasi yang "ngemis" atau "gresek" pekerjaan, melainkan generasi yang berorientasi bisnis.

Tulisan ini juga diharapkan mampu memberikan semangat berwirausaha, khususnya bagi para pengusaha kecil dan menengah, dan untuk para calon pengusaha pada umumnya.

Namun dari hasil pemantauan, selalu menjadi kendala bagi setiap pengusaha ataupun pengajar ilmu bisnis yang berbicara di hadapan orang yang lahir bukan dari kalangan usahawan, bahwa pertanyaan atau pernyataan yang sering muncul:

1. "Bagaimana saya bisa memulai usaha kalau tidak mempunyai modal?"

2. "Bagaimana saya dapat memperoleh modal untuk mengawali bisnis saya?"

3. "Saya tidak mempunyai jiwa atau mental bisnis, jadi saya tidak mungkin mampu melakukan bisnis apapun."

4. "Anda terlalu mudah bicara semacam itu, karena anda sudah berhasil!"

5. "Ah, saya sudah cukup senang menjadi karyawan."

6. "Maaf, saya tidak berani mengambil risiko dalam hidup. Bisnis itu seperti berjudi."

Jika anda memiliki ungkapan-ungkapan di atas, anda sangat perlu membaca mengikuti tulisan saya ini dari awal hingga tuntas. Memang pola pikir seorang pengusaha dengan bukan pengusaha seringkali berkebalikan. Satu contoh, seorang yang bukan pengusaha menganggap bahwa berhutang itu buruk. Sementara para pengusaha berlomba-lomba mencari hutangan demi kemajuan usaha mereka. Masih banyak pola pikir yang berkebalikan antara pengusaha dan bukan pengusaha.

Apakah anda berpola pikir seorang pengusaha?

Silakan baca dan resapi makna setiap kata dan kalimat dalam setiap bab tulisan saya ini nanti. Kalaupun anda tidak cocok dengan pola pikir seorang pengusaha, tidak ada yang memaksa anda untuk melakukannya. Sementara bagi anda yang menyukainya, tapi merasa sulit melaksanakannya, janganlah berputus asa. Wajar jika seorang bukan pengusaha merasa sulit mengikuti pola pikir seorang pengusaha. Pola pikir, mental atau jiwa, dan insting tidak datang begitu saja. Semua itu harus dipelajari, dan belajar membutuhkan proses. Tingkat kesulitan dan lamanya waktu proses belajar itu tergantung dari masing-masing individu. Yang penting jangan mudah menyerah. Itu adalah salah satu mental dari pengusaha. Berjuanglah, dan selamat membaca! Semoga tulisan sederhana ini memiliki nilai tambah yang besar dalam hidup kita, baik secara materiil maupun spirituil.

Menjadi sukses bukan berarti menjadi kaya-raya. Demikian juga dalam bisnis. Keberhasilan sebuah bisnis bukan semata diukur dari kekayaan orang yang menjalankan bisnis tersebut. Keberhasilan bisnis diukur dari sejauh mana si pelaku bisnis melayani orang di sekitarnya.


Buat kalian yang ingin berbagi cerita tentang bisnis, bisa memberi komentar atau hubungi saya via email: mr.dheriyanto@gmail.com

Follow IG saya @mr.dheriyanto

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 22, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Merancang Bisnis Tanpa ModalWhere stories live. Discover now