revery

212 19 0
                                    


Duduk berhadapan—meski keduanya tidak saling beradu padang—di meja makan dilakukan sejak lima belas menit yang lalu. Namun, baik Cara maupun Chanwoo tidak juga saling bertukar suara. Chanwoo masih betah menatap televisi di ruang keluarga yang tidak menampilkan apa-apa, sedangkan Cara memilih untuk memainkan tangkai mawar yang masih ia pegang.

Begitu Chanwoo melihat Cara masuk rumah sembari membawa setangkai bunga mawar, pria itu segera menarik lengan istrinya—dengan kekuatan yang tidak pernah Cara bayangkan sebelumnya—dan mendudukkannya di ruang makan. Cara kira Chanwoo akan segera meledak, tetapi tidak, lelaki itu justru terdiam, yang membuat Cara merasa bingung dan juga takut.

And after another awkwardly five minutes, Chanwoo finally speaks up.

"Dahyun itu sahabat lama gue dan Moonbin..."

Cara mengangkat wajah, melihat bahwa Chanwoo masih belum mengalihkan pandangannya dari televisi ruang keluarga, namun sudah melunakkan ekspresinya.

"Udah lama banget gue dan Moonbin nggak ketemu sama dia, dan karena kebetulan hari ini dia bisa ditemui, jadilah gue memutuskan untuk ketemuan sama Dahyun. Anaknya seru, asyik diajak ngobrol. Lain kalo kalo ketemu dia lagi, gue bakal ajak lo, biar lo tau seperti apa si Dahyun itu dan seperti apa hubungan kita berdua."

Sekarang setelah kepalanya jernih, Cara jadi merasa malu sendiri sudah marah-marah tidak jelas pagi ini. Ia menatap Chanwoo dengan perasaan bersalah.

"Tenang aja, meski gue punya banyak teman cewek, meski gue ngobrol panjang lebar dengan mbak-mbak toko sepatu, mata gue hanya dan tetap akan hanya tertuju kepada lo," kali ini Chanwoo akhirnya menatap Cara—yang masih sibuk memperhatikan wajah tampan sang suami hingga tak sempat mengelak dari tatapan Chanwoo yang seolah menjeratnya.

Dalam satu tahun pernikahan mereka, baru dua kali Cara mendengar Chanwoo mengungkapkan perasaannya. Yang pertama adalah beberapa hari yang lalu—ketika orangtua Cara memergoki mereka tengah, err, berciuman—dan yang kedua adalah hari ini.

"Sebenarnya hari ini gue nggak berniat ketemu siapa-siapa, cuma sekedar mau nyari buku di book fair bareng Lisa. Sampai akhirnya gue nggak sengaja ketemu dengan Kak Hanbin," Cara dapat melihat Chanwoo sedikit tegang ketika ia menyebutkan nama sang mantan. Chanwoo tahu siapa itu Kim Hanbin, pria yang sudah meninggalkan Cara tanpa kabar apapun setahun yang lalu, beberapa bulan sebelum pernikahan mereka.

Jauh di dalam hatinya, Chanwoo tahu Cara tidak akan mungkin meninggalkannya hanya demi Hanbin. Cara nggak bego, ia tahu apa yang terbaik untuk dirinya. Tetapi Chanwoo tidak bisa menahan rasa cemburu yang perlahan menyelusup ke ke dalam relung hati.

Cara tahu apa yang dipikirkan suaminya, namun ia memutuskan untuk meneruskan ceritanya. Chanwoo bisa salah sangka bila ia berhenti berbicara.

"Kak Hanbin cerita kenapa dia mendadak hilang tanpa kabar. Ternyata ia nggak mau kuliah di jurusan kedokteran, tapi orangtuanya memaksa dia buat kuliah di jurusan itu. Kak Hanbin nggak suka dikekang, dan dia akhinya kabur ke rumah tantenya di Inggris, dan memulai kehidupan baru di sana. Ia ke sini cuma sebentar, lusa dia bakal balik lagi ke Inggris."

Tangannya mengangkat bunga mawar yang sedari tadi ia pegang. "Ini hanya sekedar hadiah perpisahan, kok. Kak Hanbin tau gue udah punya suami, dan dia bilang dia nggak berniat merebut istri orang, let alone me who love her husband more than anyone could ever be," dan Cara puas sekali melihat wajah terkejut seorang Jung Chanwoo—yang biasanya lebih sering membuat orang terkejut.

Guess that they're okay already?

"Cara..."

Jemari Chanwoo perlahan terangkat, membelai pipi istrinya. Cara tidak perlu diberitahu lagi apa yang akan terjadi saat Chanwoo perlahan maju dan memiringkan kepalanya. Perempuan itu menutup matanya, dan tidak kuasa menahan senyum ketika bibir merah mudanya menyambut bibir tipis Chanwoo.

How could he think that Cara would leave him alone? Damn, she'll be doomed if she let this man go. Jung Chanwoo is a good kisser, and no one can take him away from her.

Entah sudah berapa lama mereka berciuman, dan Cara merasa tubuhnya mulai pegal akibat membungkuk terlalu lama. Memang jodoh, Chanwoo tahu apa yang ada di pikiran istrinya. Kedua tangannya yang sebelumnya merangkum wajah sang istri kini berpindah ke kedua sisi pinggang Cara. And Chanwoo is always be the unpredictable ones, ketika ia mengangkat tubuh Cara dan menarik gadis itu ke sisi meja yang lain.

Cara refleks berteriak kaget. Ia menatap sisi meja yang sedetik yang lalu masih menjadi tempat bertumpunya, dan sekarang tahu-tahu ia sudah duduk di sisi lainnya, dengan dua lengan kokoh yang mengapit di kanan dan kiri.

Finally, inilah saatnya. Chanwoo tahu ia terdengar sangat tidak bermoral, tapi ia sudah menunggu momen ini sejak beberapa bulan yang lalu, ketika ia sadar bahwa memang Tuhan sudah menakdirkannya dan Cara untuk hidup berdampingan.

Ia menyeringai. Cara mengira lelaki itu akan kembali menciumnya, tetapi ketika bibirnya malah bertemu puncak kepala Chanwoo, tahulah Cara bahwa pria itu mengincar lehernya.

Tapi Tuhan memang selalu punya rencananya sendiri. Tepukan keras di bahu membuat Chanwoo mundur dan menatap Cara dengan tatapan 'jangan-ganggu-gue-lagi-sibuk' yang biasanya ia gunakan jika Cara menegurnya karena terlalu lama bermain game.

"Kenapa? Kan nanti lo juga yang enak," astaga, Chanwoo sepertinya tidak sadar kalau pilihan katanya membuat wajah Cara memerah malu.

"Ngg, Chan... Gue nggak bisa melakukan itu sekarang," masih dengan wajah memerah, Cara mengatupkan kedua tangan tepat di depan wajah suaminya.

Chanwoo menatap heran. "Kenapa?"

"Itu lho, gue lagi dapet, hehe..." tawa garing Cara adalah satu-satunya suara di ruang makan yang hening itu.

Chanwoo facepalm. Dengan langkah berat ia meninggalkan ruang makan.

Cara mengejar suaminya sambil tertawa pelan, setengah karena ia malu dan setengahnya karena ia geli. Ia memeluk lengan Chanwoo.

Poor him.

.

.

.

Besoknya Jaehyun heran melihat wajah kusut Chanwoo ketika mereka bertemu di lift perusahaan, sama-sama hendak menghadap ayah Chanwoo.

"Kenapa muka lo? Belum disetrika sama Cara, hah?" Jaehyun menoyor pelan kepala sepupunya.

Chanwoo menekan keras-keras tombol lift dengan tangannya yang tidak memegang gelas kopi, sampai Jaehyun merasa tenaga Chanwoo sanggup merusak tombol malang tersebut. Dengan kaki yang perlahan bergeser sedikit menjauh, ia kembali bertanya, "Ada apa sih? Berantem?"

Lima detik kemudian Chanwoo menoleh ke samping, menatap sepupunya dengan pandangan nelangsa. "Gue nggak jadi gitu dong sama Cara, dianya lagi berhalangan," lalu menghirup kopinya dengan suara keras.

Jaehyun tidak kuasa menahan tawa. Mampus kan lo, batinnya jahat.

husband | jung chanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang