"Tidak semua yang hilang akan dicari."
Saat ini Raina sedang berada di rooftop ditemani oleh Iyan dan Lana.
"Eza kemana?" Tanya Raina dengan wajah santai.
"Nggak tau, tadi gue disuruh kesini bareng Lana, dikasih tugas nemenin pengantin." Goda Iyan.
"Oh, jadi Lo yang ngasih surat tentang siluman itu?" Mereka pun tertawa bersama sesekali menggoda Raina dengan bayang-bayang Eza.
Sementara di lain tempat, keributan terjadi di depan Lab komputer.
Pertarungan antara Eza dan Aji membuat heboh seisi sekolah. Eza yang seperti orang kesetanan tidak menghiraukan ucapan disekitarnya, termasuk para guru yang berusaha melerai keduanya.
"Dengerin gue bangsat!!!" Teriak Eza tepat di depan wajah Aji dengan tangan mencengkram erat kerah baju Aji.
Aji yang terkulai lemas di lantai dengan senyum meremehkan, menatap jalang ke arah Eza. Satu Bogeman mentah ia dapatkan di pipi kanannya.
"Sesuatu yang udah Lo hancurin, nggak bakal bisa Lo balikin!!!" Eza terus meninju wajah Aji tanpa henti, sementara Aji sengaja tidak melawan perlakuan dari Eza. Ia tetap tertawa walaupun sedang sekarat.
Darah segar keluar dari ujung bibirnya, "Kenapa? Lo ga terima gue ngrusak buku itu?" Cibir Aji setengah berbisik.
"Argghhh!!!" Hampir saja Eza ingin melayangkan satu bogeman lagi, namun berhasil di cegah oleh Ibu Hj. Maswati.
"Jangan nak Eza, sudah-sudah...," Ujar Ibu Maswati memohon sambil meraih tangan Eza yang mengepal kuat.
Eza mengatur nafasnya sejenak, ia tidak tega melihat Gurunya memohon kepadanya. Dari semua guru yang ia hormati, Ibu Maswati lah yang sudah ia anggap seperti ibu nya sendiri.
"Sini ikut ibu. Ibu mau lihat tangan kamu yang sudah membuat Aji sekarat." Eza yang pasrah kini hanya bisa mengikuti perintah Ibu Maswati. Sementara Aji masih tergeletak lemas di lantai, teman-teman yang melihat kejadian tersebut segera membawanya ke UKS.
****
Raina melihat jam tangannya yang menunjukan pukul 10:26 WIB. Jam istirahat akan segera selesai, namun yang ditunggu tak kunjung datang.
"Eza kemana ya?" Gumamnya entah bertanya kepada siapa namun dapat di dengar oleh Lana dan Iyan.
"Gue beneran nggak tahu," sahut Iyan jujur.
Lana yang sibuk dengan handphonenya tiba-tiba menutup mulutnya dengan satu tangan.
"Gila! Pantesan Eza nggak kesini, ternyata dia ngehajar Aji sampe babak belur!" Pekik nya sangat keras sampai Raina berbalik menatap Lana tidak percaya.
"Dimana!?" Tukas Raina setengah berteriak.
"Di--"
"Nggak Na, itu hoax." Ucap Iyan memotong pembicaraan Lana sebelum melanjutkan ucapannya.
Raina yang tidak percaya dengan gelagat Iyan segera berlari menuruni tangga disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFAIR
Teen Fiction(On Going) Karena disini, keadilan dipermainkan. Raina Adhyaksa adalah siswa SMA kelas 12. Ia hidup seorang diri. Ibunya meninggal saat ia dilahirkan. Jangan tanyakan ayahnya kemana? Ayahnya meninggal karena dituduh sebagai pembunuh pada tahun 201...