Setelah membaca pesan dari Dimas, ku putuskan untuk menghampirinya ke tempat api unggun.
Kesenangan di dalam hati ini tak dapat terbendung. Fikiran ku membayangkan perihal alasan dia mengajakku bertemu.
Sesampainya ku di sana~
"Yah... Sudah ku duga hanya kami berdua." kata ku sambil bergumam dalam hati.
Dimas melihatku menuju ke arahnya,aku pun tersenyum canggung kepada Dimas dan bergerak perlahan ke kayu tempat Dimas duduk. Aku pun duduk bersebelahan dengannya.
Diriku bukannya sengaja duduk bersebelahan dengan Dimas sembari menciptakan suasana yang romantis di depan api unggun, tapi karena hanya kayu itu yang bisa ku duduki.
"Kenapa belum tidur?" tanya Dimas dengan suara yang lembut.
"Aku belum ngantuk."
"Apa kau menikmati perjalanan kita kali ini?" tanya Dimas.
"Ya, cukup mengasyikkan. Terlebih lagi dapat mengakrabkan diri dengan yang lainnya." jawabku.
"Apa kau fikir tujuanku menyuruhmu ke sini hanya untuk berbincang-bincang semata?" kata Dimas.
Jantungku pun berdegup dengan kencang, seakan menyadari maksud perkataan Dimas itu.
"Mungkin karena kau ngga bisa tidur dan yang lainnya juga udah pada tidur, makanya kau membutuhkanku untuk menemanimu mengobrol disini." bantahku.
"Hmm..kau pasti tau maksudku Kania."
Dimas pun terdiam selama 2 menit, lalu ia meneruskan omongannya.
"Semenjak di perjalanan menuju ke sini, aku merasa nyaman mengobrol denganmu. Apalagi di saat pertama kali ku menatap dirimu, kau terlihat berbeda dengan gadis yang lain. Hal itu membuatku tertarik dan tanpa sadar terus memperhatikanmu." kata Dimas dengan nada yang serius.
Aku tak percaya dengan semua perkataan Dimas kepadaku. Aku bukanlah gadis yang sehebat gambarannya itu. Tak pernah sebelumnya ada seseorang yang menggambarkan sosok-ku dengan lantang, yang langsung diutarakan kepadaku.
"Hahaha, kau pasti bercanda. Jangan memujiku seperti itu." kataku pada Dimas.
"Kania.... aku juga bukanlah diriku yang seperti kalian lihat. Dalam hatiku, aku membawa banyak luka, terutama karena aku harus kehilangan orang yang berharga bagiku." kata Dimas sambil menundukkan kepalanya.
Suasana yang hangat pun langsung berubah, perkataan Dimas itu seakan membuat diriku merasakan kesedihan dan kesakitan yang ia rasakan.
"Kau tetaplah Dimas yang ku kenal. Dimas sang pemimpin, Dimas beserta lelucon sampahnya..." kataku sembari menghiburnya.
Dimas pun menggenggam tanganku dengan posisi masih menundukkan kepalanya.
Aku pun melanjutkan omonganku~
"Mulai sekarang, jika menjadi dirimu sesulit itu di hadapan yang lain, kau dapat menjadi dirimu sendiri di hadapanku, Dimas. Aku mohon."
"Terima kasih Nia, kau memang sama seperti dia."
"Dia?? Aku mirip dengan siapa memangnya." kataku dalam hati.
Malam pun tak terasa cepat berlalu, aku dan Dimas pun balik ke tenda kami masing-masing.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKUT JATUH CINTA
RomanceJudul cerita yang sudah awam, tapi tidak dengan kisah mereka yang selalu terselimuti dengan perasaan yang tak pasti. Kania sesosok gadis nan cantik dengan raut wajah sedingin es yang penuh dengan misteri. Dimas seorang lelaki dengan tampang biasa-bi...