Keesokan paginya, kami bersiap-siap membereskan tenda dan mengemas segala perlengkapan serta peralatan yang kami bawa.
Kami pun meninggalkan pantai itu dan balik ke rumah masing-masing.
Tapi, tak kusangka bukannya mengantarkanku pulang, Dimas malah membawaku entah kemana.
"Ini bukan ke arah kost-an ku, Dimas. Ini jelas berlainan arah." kataku dengan nada khawatir.
"Ngga usah khawatir begitu, aku juga ngga minat nyulik kamu kok. Kamu juga bakal tau nanti."
Aku cuma bisa menuruti perkataan Dimas dan 15 menit kemudian kami sampai ke suatu tempat yang asing bagiku.
"Ini dimana Mas?" tanyaku.
"Kita sekarang di bukit Bestari, nah di sana ada gubuk sederhana yang di bangun keluargaku untuk menghabiskan waktu santai mereka." jawab Dimas.
Kami pun menghampiri gubuk itu~
"Ini mah gak pantes sama sekali di bilang gubuk. Ini nih villa yang cukup bagus, Mas."
Dimas pun mengajakku ke halaman bagian belakang villa dan kita duduk di sebuah paviliun mungil yang ditumbuhi tanaman berbunga secara alami.
"Villa mu ini sangat terawat Mas, sepertinya sering dibersihkan dan dirawat." pujiku.
"Aku secara khusus menjaga kebersihan dan keindahan villa ini, terutama paviliun ini. Setiap waktu luangku, selalu ku habiskan di sini." kata Dimas.
Aku bergumam di dalam hati, keheranan dengan bagian lain dari diri Dimas yang ternyata bisa begitu pedulinya dengan suatu hal, seperti tempat ini.
"Kania....." ucap Dimas.
"Ya? Kenapa?." kataku.
"Aku sayang kamu, Kania." kata Dimas sembari menatap mataku.
Jantungku seakan mau copot saja mendengar ucapan Dimas.
"Ah, iyaaa..." jawabku dengan terbata-bata.
"Kamu jadi milikku yah?" kata Dimas dengan wajah yang serius sembari menunggu jawabku.
"Menjadi milikmu? Apakah kau bermaksud mengekang kebebasanku?" pungkasku.
"Milikku artinya selalu berada disisiku, jangan pernah meninggalkanku. Aku tidak akan mengekang kebebasanmu. Asalkan kau berjanji untuk bersamaku selamanya." kata Dimas dengan suara yang menenangkan hatiku.
Aku sebelumnya memang tidak pernah menaruh perasaan lebih terhadap cowok lain, tetapi aku mengakui ada perasaan nyaman yang aku miliki terhadap Dimas.
"Ya, aku milikmu, dan kau juga sebaliknya." kataku pada Dimas.
Dimas pun langsung memelukku dan berjanji akan menjaga hatinya untukku.
Jujur, aku belum mengetahui apakah aku menyukai Dimas sedalam yang ia rasakan dan mampu menemaninya untuk waktu yang lama. Ataukah ini hanya perasaan nyaman dan sayang sesaat? Ntahlah aku belum bisa memastikannya.
Kami menghabiskan waktu yang lama di sana, sembari mengobrol lebih dalam tentang kepribadian masing-masing dan bercanda tawa bersama.
"Tertawa dan tersenyumlah selalu, Kania. Kau sangat cantik jika tersenyum." kata Dimas sambil tersenyum kepadaku.
"Sudah, sudah... apa belum cukup gombalannya? aku ini sudah cukup menahan malu karena perkataanmu itu."
"Ya sudahlah kalau itu maumu. Aku cuma berharap akulah orang pertama yang bisa melihat dan membuatmu bahagia." kata Dimas dengan nada penuh kasih sayang.
Tak terasa hari sudah menjelang sore,kami berdua bergegas pulang dan meninggalkan villa itu.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKUT JATUH CINTA
RomanceJudul cerita yang sudah awam, tapi tidak dengan kisah mereka yang selalu terselimuti dengan perasaan yang tak pasti. Kania sesosok gadis nan cantik dengan raut wajah sedingin es yang penuh dengan misteri. Dimas seorang lelaki dengan tampang biasa-bi...