Sudah lama, dan semakin akrab. Rasa senang di hati ku belum hilang.
"Mandii.....mandi....."
Aku berjalan menuju kamar mandi, hari ini elicia dan aku akan menghabiskan waktu di taman.
-
-
-"Huh apa. . .?"
Aku melihat lingkaran di tanganku yang semakin mengecil.
Seperti hari ini akhirnya.Aku berangkat ke rumahnya. Namun, dia sudah tidak ada dirumah.
Aku bergegas menuju taman, dan menunggu nya dan menahan kepanikan ini.-
-"Sudah jam 12 siang, 6 jam ku berada disini"
Aku berjalan meninggalkan tempat ini, seketika jalanku menjadi lambat, rasanya ku tidak memiliki tenaga lagi."Elicia. . ."
Aku terdiam, melihatnya disana.
"Tidaak! Aku tidak mau!!"
Dia berteriak, menangis, dan seperti memohon.
Aku berlari, melepaskan genggaman orang itu dari tangannya dan melindungi nya di belakang ku."Menjauhlah dari elicia"
Nadaku tegas namun rendah."Kau itu siapa? Dia putriku"
Dia menarik tangan kanan nya, ku melihat nya terus terusan menangis. Itu egois!
"Tapi anda tidak bisa menyakiti nya"
Aku menarik tangan kirinya."Kau tidak memiliki hak apapun atas elicia! Menjauhlah"
Aku terdiam, perkataannya benar.
Genggaman ku melemah.
"Maaf elicia"
"Jangan! Kumohon jaangaan lepass!! Aku tidak inginn!!!"Dia terus menangis, dan menggelengkan kepalanya.
Namun dia tetap dipaksa untuk ikut.
Aku terdiam di sini, kata kata itu masih terngiang di pikiranku.
"Aku. . . Memang tidak punya hak"
Aku tertunduk, kembali ke apartemen ku, dan tidak dapat berbuat apa apa. Pikiran ku kacau.
Rasanya kebahagiaan itu sekejap menghilang"Apa memang tidak pernah bisa?"
Aku melihat tanda di tanganku yang semakin kecil.
Hanya melihat itu, tubuh ku sangat tidak berdaya-
-
-"Hm. . .aku ingin tempat itu menjadi tempat ku menghilang"