Jaemin - piece of me

596 42 2
                                    

Kau melihat ke sekelilingmu yang penuh dengan hamparan rumput hijau dan beberapa tanaman bunga yang terlihat indah dan bermekaran.

Kisah hidupmu cukup rumit. Ya, ini masalah orang tuamu. Melihat pertengkaran di rumah bukanlah hal yang tabu untuk kau lihat setiap harinya. Kau selalu berpikir bahwa kau lah satu satu nya orang yang tidak bahagia di dunia ini. Namun nyatanya kau salah besar.

Bukan hanya kau saja yang ternyata tersiksa hanya karena brokenhome. Banyak diluar sana yang hidup lebih perih daripada dirimu. Yang mungkin lebih dari sekedar brokenhome.

Tujuan mu berada di taman ini hanyalah satu, melupakan kejadian yang terulang kembali di rumahmu dan berpikir untuk mendapat semangat dari dirmu send.iri.

Temanmu?

Kau itu bisa dibilang anak yang mandiri. Jadi terasa tidak mungkin jika kau menceritakan aib keluargamu serta kau pada teman teman mu. Kau tidak ingin mereka mendekat hanya karena mengasihanimu.

Karena tak semua teman itu peduli. Mereka hanya ingin tahu,  kemudian cerita kita hanya jadi angin lalu.

Hembusan angin kian menerpa wajahmu, membuatmu merasa beban mu seakan meringan. Walau hanya sedikit, tapi tidak apa. Ini membuatmu nyaman meski hanya hembusan angin kencang.

"Aku ramal, kau sedang sedih. Yes or yes?" 

Tiba tiba saja ada suara dari arah belakangmu. Kau pun menengok ke belakangmu, Melihat makhluk ciptaan tuhan yang menurutmu tampan.

Jujur saja, kau bahkan hampir tidak percaya, ternyata populasi pria tampan semakin meningkat.

Kau malah masih fokus pada wajahnya dan mengabaikan perkataan pria itu.

"Kau ini tuli, ya?" ujar pria itu lagi yang kini sudah berada di sampingmu.

"Hah? Apa?"

"Oh maaf. Aku tidak tahu kalau kau tuli." pria itu menoleh kearahmu dengan terkejut.

Tapi kau yang lebih terkejut, "Hei, aku tidak tuli!" bentak mu.

"Eh? Aku kira kau tuli, soalnya tadi kau malah bertanya balik padaku." jawabnya.

"Memangnya kau bertanya apa tadi?"

"Ya ampun, jangan bilang karena kau terlalu fokus dengan ketampanan ku membuatmu melamun."

Eh? Dia tahu?

"Tentu saja haha. Aku sudah terbiasa dengan perempuan yang seperti itu."

"Seperti itu? Apanya?"

"Ya sepertimu. Baru melihat, langsung melongo. Untungnya kau bukan tipe yang langsung pingsan ditempat."

"Cih, sombong sekali kau." kau memutuskan kontak mata dengannya. Padahal kau baru saja bertemu, tapi rasanya ingin sekali kau sumpal mulutnya dengan rerumputan yang ada disini.

Ia terkekeh.

"Ayo ikut aku." ia menggenggam tanganmu, namun dengan segera kau tepis tangannya dari lenganmu.

"Kau ingin menculikku eoh?!" bentakmu lalu kau berniat menjauh darinya.

"Ck, untuk apa juga aku menculik mu nenek tua?" pria yang tak diketahui namanya itu mendelik melihatmu.

Hei apa katanya tadi? Nenek tua?!

"Aku akan mengajakmu ke suatu tempat. And it's gonna be a big surprise for you. C'mon.." ujarnya lagi sembari menyentuh pundakmu.

"Memang nya mau kemana?"

"Kalau aku kasih tau, bukan surprise namanya."

Kau menurutinya. Ia tak melepas genggamannya padamu sampai kalian berhenti di sebuah gedung yang terlihat sudah tua dan sepi. Pria itu menuntunmu menuju pintu, namun dengan segera kau melepas tautan mu lalu berhenti.

"Kamu mau perkosa saya ya?!" kau sudah berpikir yang tidak tidak. Lagipupa untuk apa pria aneh ini mengajak nya ke tempat tua seperti ini?

"Lihat dulu, jangan berkomentar." ia mendorong bahumu pelan dan menutup pintu utama.

Entah mengapa, kau malah menangis dalam diam saat pria itu menuntunmu menuju lantai atas.

"Kamu kok nangis? Sumpah, aku gak bakal ngapa ngapain kok! Percayalah." ucapnya menenangimu.

Dan kalian berhenti di depan pintu berwarna putih yang sudah ada banyak noda dan goresan.

Pria itu mulai membuka pintu, dan-

"Woahh daebak! B-bagaimana bisa?" kau sangat takjub saat melihat ratusan bunga berbeda warna di ruangan tersebut.

"Indah?"

"Tentu saja ini indah. Aku.. Jadi sedikit tenang. Gomawo."

"Sedikit? Yakin?"

"Hm.. Kau tahu segalanya." ujarmu mengacuhkannya. Dan lebih memilih untuk menghampiri bunga yang menurutmu sangat indah dari bungan yang lain.

"Kau boleh memetiknya," ujarnya dari belakang tubuhmu. Lalu dengan senang hati kau memetik bunga itu. "Lalu kau menjadi kekasihku."

Deg!

Kau terdiam dan masih membelakanginya.

"Namaku Jaemin, Na Jaemin."

"S-sejak kapan?" kau bertanya padanya, namun pandangan mu lurus pada hamparan bunga didepan matamu.

"Sejak.. Sebelum kau pindah. Kau tahu? Aku.. Benar benar merindukanmu. Aku selalu menanti kehadiranmu agar kau datang. Padahal, saat minggu lalu aku ada di Busan, tapi kau malah ke Seoul duluan. Itu menyebalkan." jelas pria yang bernama Jaemin.

"K-kau.. Benar jaemin? Nana ku? K-kau.. Hiks." tangismu pecah saat Jaemin memelukmu dari belakang. "Maaf. Aku minta maaf."

"Tidak. Aku yang minta maaf, harusnya aku selalu berada di sisi mu saat kau butuh sandaran. Maafkan aku."

Ya, Jaemin. Sahabat masa kecilmu yang dulu terpisah karena kau pindah ke Busan. Dan kini pria yang selalu kau rindukan tepat dihadapanmu.

"Tidak apa apa. Aku senang kau masih mengingatku, aku senang kau masih mencariku, aku senang kau.. M-mencintaiku." ucapmu malu malu saat kau mendongak ke atas menatap wajahnya. Wajar saja, Jaemin kini sudah dewasa, tinggi nya pun semampai.

"Hihi.. My Nana? " Jaemin menggodamu dengan sebutan yang dulu biasa kau sebut. Ya, itu panggilan sayangmu pada Jaemin saat masih kecil.

Imagine With NCT [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang