Reason

3.2K 368 79
                                    

Sore itu suara radio terdengar di salah satu rumah di depan ladang gandum yang luasnya puluhan hektar. Memutarkan lagu Calum Scott - You are the reason dengan volume cukup besar tanpa khawatir para tetangga akan terusik, karena pada dasarnya jarak rumah bercat biru tua itu dan rumah yang lain bisa dua puluh meter jauhnya.

Seorang wanita yang sudah tak muda lagi terlihat duduk di depan teras sambil memandangi langit biru yang terbentang luas.

Dengan pakaian sederhananya, wanita yang sudah berusia sekitar delapan puluh lima tahun itu, tampak tak perduli dengan sapaan angin yang menyapu kulitnya yang perlahan pasti semakin keriput.

Dulu, kulitnya begitu kencang dan mulus. Seiring bertambahnya usia kini mulai berubah, hingga hanya tersisa kulit dan tulang saja. Kini yang mencolok hanya warna rambutnya yang masih tetap sama, tak berubah.

"Kenapa disini? Aku memintamu untuk menungguku di dalam."

Wanita itu menoleh, lalu tersenyum tipis menyambut suaminya yang baru saja pulang dari rumah kepala desa.

"Aku melihat langit, Sasuke."

Lelaki yang usianya hanya berbeda lima tahun dari istrinya itu, menggelengkan kepalanya dan ikut duduk disamping sang istri. Menemani dalam diam.

"Bajumu terlalu tipis, minggu ini angin cukup kencang. Masuklah, aku tak ingin kau sakit." Perhatian kecil itu selalu membuat Sakura tersenyum lebar. Meski kini senyumnya tak menawan dan memikat lagi, Sakura merasa hanya ini yang masih tersisa dari daya pikatnya selain warna mata dan rambut merah mudanya.

"Sasuke... Apa kamu masih mencintaiku?" ditatapnya oniks yang kini juga tengah menatapnya. Sakura tahu ini pertanyaan bodoh, Sasuke sering kali merasa kesal karena ia selalu bertanya hal yang sudah pasti jawabannya masih tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Ya, apa cintaku terlihat mulai pudar di matamu?" balas Sasuke dengan alis yang terangkat. Kulit wajahnya yang sudah keriput terlihat lucu ketika dahinya mengerut.

"Aku hanya bertanya, kenapa kamu kesal sekali?" Sakura tertawa kecil, lalu meraih tangan besar Sasuke untuk digenggamnya, "Aku merindukan Sarada sekarang, bisakah kita mengunjunginya lusa nanti?"

Kepala Sasuke terangguk pelan, dengan senyum di wajahnya ia berkata, "Aku akan menemanimu."

Tidak ada hal yang paling membahagiakan selain kau bisa menemukan cinta sejatimu. Seseorang lelaki yang memang ditakdirkan untukmu, yang akan menemani hingga maut yang memisahkan. Seperti Sakura yang begitu bahagia bisa mengenal Sasuke, memikiki Sasuke hingga mereka bisa menikah dan di karuniai satu anak perempuan yang begitu cantik.

Usia pernikahan mereka yang hampir enam puluh dua tahun lamanya, membuat Sakura dan Sasuke begitu memahami satu sama lainnya. Tak ada kata bosan ataupun mencari pengganti karena mereka seperti sudah terikat janji saling melengkapi.

Tak ada bosan-bosannya Sakura berterimakasih dan bersyukur bisa mendapatkan Sasuke sebagai teman hidup di sisa umurnya nanti. Begitu pula dengan Sasuke yang bersyukur mendapatkan istri yang selalu ada disisinya dikondisi terburuk sekali pun. Mereka begitu banyak lewati hal yang berat bersama dari masalah ekonomi, restu orang tua, Sasuke yang sulit mendapatkan pekerjaan, Sakura yang diuji saat mengandung anak pertama, hingga pada akhirnya mereka sampai pada titik dimana bisa menikmati hidup yang sesungguhnya tanpa bayang-bayang kebencian dari orang-orang terdekat.

Cinta mereka juga membuktikan bahwa tak semua lelaki itu melupakan istrinya jika ia sukses. Dan tak semua wanita menghamburkan uang suaminya meskipun ia paham bahwa tidak banyak waktu bersama berdua. Karena mereka tahu, bahwa cinta yang sesungguhnya tak menyakiti dua hati. Justru menguatkan diri, agar tak jatuh pada lobang yang kita buat sendiri.

A Lost[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang