Dendam_Pernikahan
Part.3💔💔💔
Suara sholawat Badar dari ponsel membangunkan Aira dari tidurnya. Masih dengan mata mengerjap pelan, tangan kanan meraba samping bantal. Setelah nada suara yang sengaja disetel untuk alarm itu berhenti, ia segera bangun dan bergegas menuju kamar mandi.
Sebelum masuk ke kamar mandi, ia baru tersadar sesuatu. Aira menoleh ke ranjang, lalu menghela napas pelan. Daffa belum pulang semalaman, bahkan sampai sekarang. Tiga hari semenjak pesta pernikahan, pertengkaran selalu terjadi dan berakhir Daffa akan keluar rumah dan pulang subuh atau pagi.
‘Apa memang seperti itu caranya saat marah?’
Aira mencoba untuk memahami karakter suami. Akan mencoba untuk mengalah jika memang demi kebaikan rumah tangganya ke depan. Seperti yang Fida nasihatkan, sentuh hati Daffa dengan kelembutan jangan dengan melawan, karena sekeras apa pun hati seseorang, akan luluh juga jika mampu bersabar.
Setelah mengambil wudhu, dan keluar dari kamar mandi, Aira dikejutkan dengan Daffa yang sudah ada di kamar, duduk di tepi ranjang. Keduanya bertatapan dalam diam, hingga Aira yang akhirnya menyapa lebih dulu.
“Abang baru pulang? Dari mana?”
“Kedai. Ngopi bareng Azril dan Andreas.”
“Jangan dibiasakan keluar malam, Bang. Nanti Abang sakit kalau sering begadang.”
“Aku tidak akan keluar kalau kamu mau nurut sama aku, Ra. Aku suntuk di rumah.”
“Maaf, Bang.”
Melihat Aira tertunduk, membuat Daffa semakin tak tahan ingin mendongakkan kepala istrinya dan mengecup bibir kemerahan itu. Ini adalah hari pertama baginya melihat Aira menggerai rambut hitam panjang dengan bebas, ditambah wajah yang basah, membuat wanita itu semakin memesona. Tentu saja jiwa lelakinya bergejolak secara meningkat. Membuatnya semakin ingin segera menuntaskan hasrat.
“Sini.” Daffa menepuk ranjang, meminta Aira untuk duduk di sebelahnya.
Aira sempat tercengang untuk sesaat, tapi segera melangkah pelan menghampiri. “Ada apa, Bang?” tanyanya bingung karena melihat Daffa menatapnya secara intens.
Daffa meraih tangan Aira tapi ditepis segera. Ia mengernyit menatap tak suka.
“Maaf, Bang, aku sudah wudhu,” terang Aira buru-buru.
“Nanti wudhu lagi ‘kan bisa.” Daffa kembali menggapai tangan Aira dan menyuruh segera duduk di sebelahnya.
“Aku mau sholat tahajud dulu, Bang. Abang mau apa?” Aira menelan ludah susah payah. Merasa gelisah dengan tatapan Daffa yang sarat akan makna.
“Kamu tau, Ra, yang paling menarik dari wajah kamu yang paling aku suka?” Daffa menatap pada satu titik di wajah Aira, lalu tangan kanannya mulai menyentuh bibir kemerahan itu dan mengelus dengan ibu jari. “Bibir ranum kamu selalu berhasil membuatku terpesona.”
“Abang mau apa?” Aira sedikit menjauhkan wajah saat wajah Daffa semakin mendekat.
“Apa lagi kalau bukan menikmati surga dunia pertama kita,” tegas Daffa menjawab.
“Maaf, Bang, tapi aku belum minum pil KB-nya.” Aira tertunduk dengan menggigit bibir bawah. Ada rasa bersalah juga gelisah.
“Nanti kamu minum setelah berhubungan.” Daffa menyingkirkan anak rambut di pipi Aira lalu kembali mendekatkan wajahnya.
“Tapi nanti kalau tidak berhasil bagaimana, Bang? Aira minum dulu pilnya, ya? Besok-besok saja Abang mintanya.” Wajah Aira sudah berubah pias, karena cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Pernikahan (Selesai)
Ficción GeneralDaffa Rayhaan Shakeil, lelaki 30 tahun yang baru saja menikahi seorang gadis 24 tahun bernama Humaira Chandani. Kisah rumah tangga baru yang penuh lika-liku karena sang suami masih terjerat rasa oleh mantan kekasih yang meninggalkannya untuk menikah...