Maaf baru upadate :'(.
UTS sebenarnya baru selesai besok. Tapi karena hari ini masuk jam setengah 1, dan cuma ujian listening, jadi aku sempatin nulis pagi-pagi. 😁
Moga suka ya.⭐⭐⭐
Pembelajaran Prakarya berlangsung cepat, setelah memberikan tugas kepada para murid, guru itu langsung kembali ke ruang guru meninggalkan mereka dalam kesunyian. Jeni memerhatikan kelasnya, dan baru sadar kalau ia dikelilingi siswa-siswi membosankan. Benar kata Omnya, di kelas ini penuh dengan siswa berprestasi yang tidak suka cari masalah. Mereka hanya terpaku pada buku, padahal di kelasnya dulu, kalau guru telah pergi pada saat jam pelajaran belum selesai, maka para siswa akan ricuh kegirangan.
Jeni melirik ke bangku Logan, lalu terpana dalam sesaat. Pria itu seperti memiliki dua karakter berbeda, jika sedang membaca, ia terlihat mempesona, tatapan seriusnya pada huruf-huruf di buku seolah menegaskan bahwa ia pria cerdas dan berwibawa. Sangat bertolak belakang dengan sikapnya yang biasa, ia sangat menyebalkan kalau berbicara dengan Jeni! Selalu membawa Jeni dalam perdebatan lalu membuatnya kesal! Mengapa Logan tidak pendiam saja seperti Fathir? Itu pasti menyenangkan. Maksudnya adalah, mereka tidak perlu berdebat setiap saat.
"Jangan diliat terus. Gue gak mau tanggung jawab kalau lo jadi suka sama gue." Kata Logan menggilir kertas buku di tangannya tanpa mengalihkan pandanganya ke Jeni.
Jeni langsung membuang muka. "Dih, siapa juga yang liatin lo?"
Sialan! Bagaimana bisa pria itu tau kalau Jeni sedang memerhatikannya padahal pandanganya sedari tadi mengarah ke buku? Apa jangan-jangan Logan diam-diam meliriknya juga?
Jangan geer! Dia gay Jeni!
Jeni menggeleng kepala, mengembalikan kewarasannya. Ia lalu berdiri dari bangku dan melangkah keluar kelas, mencari udara segar. Logan yang menyadari hal itu dengan lekas meletakkan buku bacaannya ke dalam laci dan menyusul Jeni.
"Ga bisa apa, lo stay di kelas walau 30 menit doang?" Kata Logan yang kini berdiri di samping Jeni, di koridor sekolah.
Jeni meliriknya sekilas. "Anda siapa ya? Terserah gue dong, mau kemana aja."
"Helo, nona? Ini belum jam istirahat asal lo tau. Kalau ada guru yang liat gimana?"
"Lah trus? Masalah buat lo? Gue yang di hukum ini, kenapa lo yang sewot?"
Logan menghembuskan napas, ia lalu menarik tangan Jeni. "Kembali ke kelas."
"Enggak!" Jeni menarik tangannya lagi.
"Batu banget ya lo! Ingat? Gue di dikasi tanggung jawab Pak Bentol buat meratiin lo di sekolah ini. So, denger apa kata gue!" Ketus Logan. "Dan juga, lo bertanggung jawab atas kerusakan mobil gue. Maka jangan berani pergi jauh dari samping gue!"
Jeni mengepal tangannya, ia merasa seperti anak kecil yang di kekang orang tua posesif. Ugh! Mengapa juga dia harus satu kelas dengan orang ini?!
"Denger ya Logan, kalau masalah Om Ben, lo gak perlu khawatir. Gue bisa nanganin masalah itu. Dan masalah mobil lo yang rusak, oke gue bakal ganti rugi. Gak usah sok jadi pelindung gue di sekolah ini."
Logan memerhatikan gestur tubuh Jeni, ia sedikit tersinggung dengan kelakuannya, seolah ia adalah pria jahat yang menjijikkan sehingga wanita itu merasa tidak betah berada di sampingnya. Apa yang salah dengan Logan?
"Kenapa lo seolah gak suka berada di samping gue?" Tanyanya akhirnya.
"Karna lo ngeselin!" Kata Jeni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
Teen Fiction15+ (END) ✔ (SPIN OFF BAD & GOOD) Bisa dibaca terpisah. Tapi lebih disarankan untuk baca BAD & GOOD lebih dulu. Biar ngerti alurnya. GILAA!! Gatau mau ngomong aplagi soal crita ini. Critanya tu bagus banged (pake d). Alurnya ga ketebak aseli. Pengga...