BaW#21 Logan ⚡Darel

76.6K 4.7K 139
                                    

Thanks for 10k viewers 💋

Tadi pagi, saat di perjalanan menuju sekolah, Jeni berharap kalau harinya akan berjalan dengan baik dan lancar. Tapi semua harapan itu pupus, tidak ada kata baik untuk hari ini, bahkan sampai lonceng pulang berbunyi.

Logan mengabaikannya sepanjang pelajaran--tidak memberikan kejelasan atas ucapannya yang sebelumnya membuat Jeni bingung, sementara wanita itu gengsi untuk memulai percakapan hingga akhirnya hanya suasana canggung yang tercipta di antara mereka.

Saat Jeni keluar kelas, berniat untuk pulang, mood-nya semakin hancur. Karena di sana, seperti hari kemarin, Darel sudah menunggunya di depan pintu gerbang. Jeni menghembuskan napas kasar, karena hari ini Logan tidak sedang bersamanya, dengan terpaksa Jeni memilih untuk menemui Darel, menyelesaikan masalah di antara mereka. Jeni hanya berharap, Darel tidak akan main tangan.

Begitu kakinya semakin dekat dengan pintu gerbang, Jeni tiba-tiba saja terperanjat, karena tangannya di tarik paksa dari samping dan membawanya berjalan menuju parkiran.

"Logan! Lepasin! Mau lo apa sih? Hah?!" Jeni menghepaskan tangan Logan kasar, menatapnya tajam.

"Bagian mana dari jangan jauh dari samping gue yang ga lo mengerti?" Tegas Logan.

Jeni terkekeh sinis. "Oh ya? Bukannya perjanjian kita udah batal?"

Logan menggeram. "Kata siapa?!"

"Lo yang cuekin gue dari tadi pagi kalau lo lupa. Pertama, di saat gue mau jelasin tentang bunga itu, lo malah pergi bareng Fathir dan Rafa ke kantin. Lo bahkan gak ngajak gue. Kedua, waktu jam istirahat, di saat gue ngomong sama lo, lo ninggalin gue gitu aja, tanpa ngejelasin maksud ucapan lo itu apa. Dan terakhir, sampai jam pulang sekolah, lo sama sekali gak peduli kalau gue ada di samping lo!"

"Lo yang memilih untuk diam." Balas Logan. Jeni merapatkan kedua alisnya.

"What?"

"Setelah gue bilang, gue gak suka lo dideketin cowok lain. Lo jadi aneh, lo seolah gak mau ngomong sama gue. Lo marah."

Jeni terpaku, memikirkan lagi ucapan pria itu, hingga di detik berikutnya ia pun mengerti. Ternyata ini hanya salah paham.

Jeni akhirnya melunak. "Bukannya gue gak suka. Gue bingung harus ngomong apa setelah lo bilang kek gitu. Makanya gue diam."

"Jadi lo gak marah?"

Jeni mengangguk dengan wajah datar.

Logan terkekeh, kilatan marah di mata pria itu pudar dalam sekejap. Ternyata cukup mudah membuat suasana hatinya berubah.

"Jadi, bunga itu dari siapa?" Tanyanya. Ternyata topik bunga masih belum berakhir.

"Itu... " Jeni tergagap, bingung harus mengatakan apa, takut salah bicara dan membuat Logan marah lagi. "Dari mantan gue." Jeni memilih jujur.

"Masih sayang ga sama mantan lo?" Tanya Logan lagi.

"Kalau masih sayang, gak mungkin putus."

"Trus kenapa lo bohong? Lo bilang bunganya dikasih Pak Roy dan gak tau itu dari siapa."

Jeni menghembuskan napas berat sebelum menjawab. Ia merasa seperti diinterogasi sekarang. "Karena gue takut kalau lo marah."

"Oh. Tapi bener kan, lo ga sayang lagi sama mantan lo?"

Rasanya sekarang Jeni ingin membakar pria itu hidup-hidup, Logan sudah mendengar jawabannya, tapi malah bertanya untuk yang ke sekian kalinya.

"Enggak, Logan. Enggak."

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang