Happy Readding gaess...
***
"Din. Lo tau belom. Katanya ada murid baru loh. Katanya cantik. Terus dia masuk sebelah kelas kita. Itu juga katanya sih. Abisnya gue denger dari ratu gosip si Tasya tadi di depan." cerita Sila.
Dina menoleh. "Itu juga masih katanya yakan. Udahlah gakpapah jangan ngurusin hidup orang." Sila mendengus mendengar jawaban Dina.
Dina terkekeh melihat Sila cemberut dan memperlihatkan sisi kekanakan-nya. "Marah? Cemberut? Bete? Badmood? Segerin aja ke kantin yuk? " ajak Dina menarik tangan Sila.
"Ehh din. Itu bukannya kakak kelas yang waktu itu pas lembar bola kena elo yak. Gila kalo di liat-liat lumayanlah buat sehari-hari," Dina menoleh ke arah yang dituju oleh Sila.
"Sehari-hari buat apaan lo? Buat makan apa buat pajangan doang?" tanya Dina.
Sila kembali mendengus kesal. "Suka-suka dong say. Ehh kayaknya dia tertarik deh sama lo Din. Itu juga menurut feeling seorang inces" seru Dina dengan tawa.
"Yeee... Ngayal lo yah. Gak mungkinlah dia jomblo. Pasti punya pacarlah, "
"Kan tadi gue bilangm itu menurut feeling Inces Din. Lo-nya aja yang sewotan. Dasar anakan kambing lo, " hardik Sila tak ingin kalah.
"Heh anakan kudanil. Gini-gini juga gue sahabat lo. Lo-nya juga betahan sahabatan sama anakan kambing. Terus apakabar yang anakan kudanil? " tanya Dina tersenyum jahil.
"Ihhhh Dinnaaaaaa mahh.. Inces kesel ahh. Udah ahh pengen ke kantin. Kali-kali aja ada makhluk cogan nyasar. Terus suka sama gue. Fix lo harus doain gue Din. Biar gak jomblo terus. " Sila berbinar ketika sampai di kantin. Ia langsung mengajak Dina ke stan bakso mang dawin. Dina hanya menghelas nafas. Karena ia seperti kambing yang menurut pada majikannya ketika di tarik-tarik menggunakan tambang. Crazy!!
***
"Man lo yakin bakal ngelakuin gitu? Nanti kalo lo kena getahnya gimana Man. Gue mah selow ae kan bukan gue yang ngejalanin. Tapi, gue sebagai sahabat lo cuman ngingetin. "
"Tumben lo bener Dim. Apa salahnya sih gue bantu. Toh gue juga gak rugi. Itung-itung sedekah sama yang lebih membutuhkan." cengir Eman. Ia adalah orang terselow diantara mereka.
"Serah lo dah. Btw si Sinta udah masuk sekolah sini Man? " tanya Parman di sela makan mie ayamnya.
"Udah. Dia ada di sebelah kelas kita." jawab Eman.
"Gila masbro. Tuh anak polos-polos gitu. Gue aja yang pernah suka sama dia sekarang mah gue mah nyerah ah. Bye bye aja. " sahut Dimas.
"Kenapa lo nyerah. Jangan bilang lo suka sama temennya si Dina.?" tanya Dodi.
Dimas nyengir seraya merapihkan rambutnya. "Yahh.. Seratus perak buat anda Dod."
"Dim. Lo suka sama ratu alay. Tapi kalo masalah fisik sih okelah. Tapi kalo masalah keaktifan lebay dia juaranya." timpal Parman.
"Man, tuh si Sinta. Panggil gih." lanjut Parman menunjuk Sinta.
"SINTA. SINI!! " teriak Eman. Sinta menoleh. Lalu berjalan ke arah tempat Eman berkumpul.
Sinta duduk di sebelah Dodi dan Dimas. Karena disitu tempat yang kosong.
"Tha. Lo pindah kesini cuman buat nyari seseorang yang udah lama pisah sama lo? " tanya Parman.
Sinta menggangguk. "Iya.. Gitu.. Gue juga gak yakin sih. Tapi, dari pada gue penasaran. Yaudah gue coba. Nyokap sama bokap juga gak peduli gue sekolah dimana?"
"Dan gue minggu kemarin udah sempet datengin ke rumahnya. Gue cuman nanya dia sekolah dimana. Dan kata Mama-nya dia sekolah disini." lanjut Sinta.
"See, lo semua harus bantuin gue. Dulukan kita selalu barengan kan." kata Sinta.
"Oke. Tapi lo traktir kita sekarang ya Tha. Udah lama juga lo gak jajanin kita? Eh btw lo tinggal dimana sekarang?" tanya Dimas.
"Gue tinggal di rumah yang dulu di samping rumah Eman." jawaba Sinta.
"Widih deketan lagi dong, " timpal Parman.
"Yoi. Jadi kita kudu main ke empang kapan-kapan. Biar flashback gitu. Dah lama juga gue gak kesana anjir." lanjut Dodi.
"Bisa di atur kaleng kerupuk, " sahut Sinta.
"Yeee. Si kambing mulai lagi dah.," kata Dodi cemberut. Semuanya hanya tertawa. Karena Dodi selalu jadi tempat pembulyan untuk mereka.
***
"Tuhh Din. gebetan lo udah lengket aja sama si anak baru, " seru Sila ketika sampai di depan stand salah satu penjual kantin.
Dina Menoleh. "Loh, itu anak baru yang lo omongin tadi Sil? " tanya Dina.
"Hoohh. Dia kelasnya sebelahan sama kelas kita. Tau deh tuh anak udah deket aja sama grup si Emaners. " kata Sila.
"Yaudah sih. Gakpapa kan Si orang itu gampang deket sama orang. Sama setannya deket kali, "
"Cemburu lo ya. Mentang mentang gebetannya deket sama orang lain. Lo jadi cemberut gituh. Awas lo galonnya berkepanjangan. Hahahaa, " seru Sila jahil.
"Gebetan lagi gebetan lagi. Udah gue bilang dia itu bukan gebetan gue Sila. Lo denger gak sih. Siapa juga yang cemberut emang dari lahir ekspresi gue kaya gini. Mau nawar sama tuhan juga udah gak bisa. Jadi jangan salahin gue kalo ekspresi gue kaya gini." celoteh Dina. Sila menggelengkan kepala.
Dina membayar bakso yang sempat ia pesen tadi. Dan Sila sama membayar bakso mie ayam yang ia pesan. Penjual bakso dan mie ayam kebetulan bersebelahan jadi mereka tidak perlu jauh jauh untuk memesan makanan. Sebelum memuju bangku kantin Sila terlebih dahulu membeli minuman dua buah untuknya dan untuk Dina.
Lalu mereka bisa berdua menyantap makanan tadi.
"Sil. Kapan kita latihan buat tugas seni budaya itu?" tanya Dina.
"Gak tau. Tanya sama Parman aja. Soalnya diantara kelompok kita yang paling banyak memeberikan masukan tentang tugas itu ya si Parman. Nantilah gue tanyain. Soalnya nanti sore gue sama dia mau ke tempat temennya. Buat latihan main piano." jawab Sila.
"Oke deh. Nanti kabarin ya sama gue. Inget! Jangan dadakan, soalna takut gue lagi pergi sama nyokap. Soalnya Mama kemarin ngajakin belanja bulanan gitu, "
"Yang anak Mama mah bisa apa atuh? Oke deh Din nanti gue kabarin deh. " timpal Sila.
*/*/*/*
HELLO GUYS. ADA YANG NUNGGU CERITA INI UPDATE GAK?
AKU CUMAN BILANG TERIMA KASIH BUAT READERS YANG BACA ATAU PUN YANG MAMPIR...
MUAH BUAT YANG BACA..
See You...
KAMU SEDANG MEMBACA
CuRut GiLa
AcakBertengkar bukan berarti gak jodoh. Mampukah dua manusia beda jenis bisa bersama dalam berbagai konflik menggemaskan untuk di simak. ***
