BaW#27 Awal kehancuran

76.5K 3.7K 64
                                    

Siapa yang nungguin? Gada ya? Huhuhu. Pasti pada marah karena telat update. :'(
Malam ini aku usahain double up, tapi selesai tarawih ya.

⭐⭐⭐

Setelah selesai membuat tugas prakarya, Jeni tidak langsung pulang. Ia menghabiskan banyak waktu bersama Logan di rumahnya. Walaupun di awal pertemuan Jeni merasa canggung pada Wanda, sekarang mereka sudah cukup akrab satu sama lain. Sikap ramah wanita paruh baya itu membuat Jeni nyaman berbincang dengannya hingga berganti-ganti topik.

Logan baru mengantar Jeni pulang ke rumah jam 8 malam, tepat setelah mereka menghabiskan makan malam bersama.

"Lo yakin, nyokab lo ga nanyain? Ini udah seharian lo gak pulang." Tanya Logan tepat setelah mobil yang ia kendarai sampai di depan rumah Jeni.

"Tenang aja. Nyokab gue bukan tipe emak-emak protektif." Kata Jeni, tangan kanan wanita itu berusaha melepas seatbelt yang melingkar di badannya.

"Tapi gue tetep gak enak. Atau sekarang gue yang ngomong sama nyokab lo, gue bakal minta maaf karena nganter lo setelat ini."

Mendengar itu Jeni langsung menggeleng kepala tegas. "No! No! Lo gak perlu ngelakuin itu, serius. Nyokab gue udah biasa, gue kayak gini."

Jeni tahu, Logan berusaha untuk menjadi pacar yang bertanggung jawab. Tapi itu tidak perlu, karena jika Logan berbicara pada Mamanya, itu sama saja Logan datang untuk bunuh diri. Laras memang membiarkan Jeni hidup bebas, keluar-masuk rumah kapan saja tanpa perlu minta izin. Tapi kalau sampai Laras melihat pria bersamanya, maka tak segan Mamanya itu akan bertingkah seperti singa betina yang kelaparan.

"Tapi Jen-"

"Serius Logan. Gue gak apa-apa." Jeni memotong kalimat Logan, berusaha meyakinkannya.

"Oke. Tapi kalau sampe lo kena marah, langsung chat ke gue." Logan akhirnya mengalah.

"Oke." Jeni tersenyum, lalu membuka pintu untuk turun. Tapi belum sempat badannya keluar dari mobil, Logan sudah lebih dulu menahan tangannya.

"Kenapa?" Tanya Jeni menoleh padanya.

Logan menatap wajahnya cukup lama, dan kalau Jeni tidak salah lihat, pria itu sedang memerhatikan bibirnya. Oke, Jeni hanya berharap semoga kejadian tadi siang tidak terulang.

Tapi di luar dugaan, Logan melepas tangannya dan tersenyum manis. "Lo bisa turun sekarang."

Jeni mengangkat satu alisnya. "Hanya itu?"

Logan mengangguk lemah, "Ya, gue hanya mau liat muka lo doang sebelum turun. Memangnya apa lagi?"

Jeni terkekeh geli, walaupun Logan menyembunyikan keinginannya, wanita itu dengan jelas bisa melihat kalau pacarnya itu sedang berusaha untuk menahan diri agar tidak kelepasan.

"Well okay. See you tomorrow." Kata Jeni mengabaikan keinginan Logan yang terpendam.

Logan menghembuskan napas berat "See you."

Jeni turun dari mobil dan menutup pintu. Logan merutuk dalam hati karena ragu untuk memberikan ciuman perpisahan pada pacarnya itu. Namun belum satu menit berada di luar, ternyata Jeni masuk lagi ke dalam mobil, lalu dengan gerakan kilat menangkup wajah Logan dan mengecupnya tepat di bibir. Mendapat perlakuan dadakan seperti itu membuat Logan terkejut, ia meremas lengan Jeni dengan mata membelalak.

"Jen?" Kata Logan dengan napas tetengah-engah begitu bibir mereka terlepas. Jeni tersenyum manis.

"Lain kali jangan di tahan." Kata wanita itu, seolah bisa membaca isi kepalanya. "Karena sekarang gue milik lo, Logan."

Black and WhiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang