Misteri Ular Berkepala Manusia

3.5K 97 2
                                    

MUBM Bag. 2

Entah kenapa sejak semalam perutku rasanya tak karu-karuan. Melilit tapi bukan ingin buang Air ini lebih seperti di cabik-cabik dari dalam.

"Mas... sakit banget, nggak kuat~" aku meringis mengekspresikan rasa sakit yang ku alami

"Kita kedokter, Sayang" Mas Anton terlihat begitu panik sembari menuntun ku keluar kamar

"Sinta kenapa kamu, Nak?" Tanya Ibu Marfuah mertua ku, raut wajahnya berubah panik saat melihat ku berjalan tertatih dituntun Mas Anton

Aku tak menjawab, rasa sakit yang melilit di perutku membuat mood ku hilang

"Nggak tau ini, Bu. Dari semalam Sinta kesakitan" jawab Mas Anton

Ibu Marfuah mencoba memeriksa perutku, beliau mengusap-usap perutku beberapa kali.

"Ya An, bawa Sinta ke Rumah Sakit sekarang" Ibu Marfuah semakin panik setelah mengelus perutku

Aku yang sudah tak karuan tak bisa lagi berkata-kata, rasanya ingin pingsan menyergap tubuhku dan seketika aku lemas, Sepeti kehilangan tenaga dan ambruk di pelukan Mas Anton.

"Sin.. Sinta!, kuat sayang..." Mas Anton semakin panik

Ibu Marfuah tak kalah panik, beliau yang memang lancar berkendara mobil segera mengeluarkan mobil dari garasi untuk membawaku ke Rumah Sakit.

***

Ku buka pelan mataku dan memegang kepalaku yang terasa pening. Ku lihat Mas Anton duduk terlelap menyenderkan kepalanya diatas tempat tidur yang ku tempati.

"Mas Anton" ucapku lirih

"Em... ya sayang" Mas Anton terbangun dari tidurnya

"Aku dimana?" Tanya ku

"Kamu di RS, sayang. Istirahatlah... jangan banyak gerak dulu"

Mas Anton menghentikan tubuhku yang mencoba untuk duduk.

"Aku udah nggak papa kok, Mas"

"Perutnya gimana sayang?, apa udah nggak sakit lagi?"

Ku raba perutku mencoba merasakan sesuatu.

"Nggak papa kok, Mas. Emang tadi Dokter bilang apa Mas, setelah memeriksa ku?" Tanya ku pada Mas Anton

Raut wajah Mas Anton berubah sedih, dia hanya menggeleng. Aku tau Mas Anton sedih, mungkin karna keadaan ku saat ini yang menjadikannya begitu sedih.

"Mas nggak usah sedih, ya?" Ku genggam erat tangan Mas Anton

"Iya, pasti. I love you" Mas Anton mengusap rambutku dan mengecup kening ku penuh cinta.

"Love you too" ucap ku sambil tersenyum

****

2 hari aku di Rs, setelah keadaanku membaik ku putuskan untuk pulang ke rumah, tapi lagi-lagi perutku melilit tak karuan saat di rumah.

Kali ini seperti ada sesuatu berjalan dalam perutku, gleser-gleser kalo orang jawa bilang. Entah apa ini

Sedikit hilang sedikit kambuh, Mas Anton dengan telaten mengurus ku. Perutku yang memasuki usia 7 bulan, membuatku semakin susah untuk beraktifitas.

"Mas, aku ingin kerumah Ibu. Menginap beberapa hari disana, mungkin sampai keadaanku membaik, Mas. Gimana?" Pintaku pada Mas Anton

"Sayang yakin ingin menginap di rumah ibu?" Mas Anton mencoba meyakinkan ku

"Iya Mas, aku nggak bisa kaya gini terus, nggak enak" aku merajuk

"Iya sayang, kita ke Ibu ya" Mas Anton setuju

Aku mulai berkemas membawa apa saja keperluan ku untuk ku bawa ke rumah Ibu, Mas Anton tidak bisa ikut nginap di rumah Ibu mengingat tempat kerjanya lebih dekat dengan rumah Ibu mertua. Tapi tidak masalah Mas Anton akan menjengukku sesering mungkin katanya.

"Bu, Sinta pulang dulu ya" pamit ku pada Ibu Marfuah

"Iya Sin, bawa ini untuk Ibu Bapak mu" Ibu Marfuah menyodorkan bingkisan berupa parsel buah-buahan

"Ya ampun, Ibu nggak usah repot-repot loh. Sinta nggak enak"

"Udah nggak papa, bawa ya" paksa Ibu Marfuah

Aku masuk kedalam mobil bersama Mas Anton. Ibu Marfuah memperhatikan kami yang mulai menjauh, sementara aku memperhatikan Ibu Marfuah lewat kaca spion mobil.
Tapi, apa yang ku lihat? Benarkah? Aku mengucak beberapa kali mataku untuk memastikan pandanganku, tapi tetap saja itu yang ku lihat, Aku melihat tubuh Ibu Marfuah berubah menyerupai ular dengan wajah masih Ibu Marfuah, dia tersenyum menyeringai, menakutkan sekali.

"Astaghfirullah!!! Astaghfirullah!!!" Teriak ku

Mas Anton buru-buru menghentikan mobilnya

"Kenapa sayang... apa apa???" Mas Anton mengguncang lembut tubuhku dan memeluk ku

"It-itu... itu, Mas!" Aku menunjuk kearah spion mobil

Mas Anton meneliti kearah spion mobil

"Ada apa di spion?" Tanya Mas Anton Panik

Aku melihat ke arah spion dan memang Ibu Marfuah sudah tidak nampak lagi di sana, tapi aku benar-benar melihatnya.

"Em... tidak Mas, tadi cuma salah lihat" alih Ku

"Sayang... mungkin kamu terlalu kecapekan, jadi banyak mengalami hal-hal aneh yang sebenarnya nggak terjadi" ujar Mas Anton yang kembali menyalakan mesin mobil

"Iya Mas, aku capek" jawabku melunak

Sungguh kejadian demi kejadian yang kualami membuatku semakin tak betah tingal disana. Tapi kenapa hanya Aku? Kenapa Mas Anton sama sekali tak pernah mengalami hal serupa denganku? Dan Sebenarnya siapa Ibu Marfuah? Ku rasa ada yang aneh dengan Ibu mertuaku itu.

***

Sampai dirumah Ibu menyambut ku dengan sukacita, begitupun Bapak. Rumah Ibu Marfuah sebenarnya tidak begitu jauh, jaraknya hanya 30 menit dari sini ke sana. Tapi karna kesibukan Mas Anton dan kondisiku yang sedang hamil membuatku sungkan untuk sekedar berkunjung ke rumah Ibuku.

Aku ceritakan semua kondisiku sekarang ini kepada Ibu dan Bapak mengenai kejadian yang sering ku alami semenjak hamil, dari suara desisan tengah malam dan perutku yang kadang mengalami sakit yang ku rasa tidak wajar.

Aku juga menceritakan tentang apa yang baru saja aku saksikan sebelum datang kesini, tentang Ibu Marfuah yang berubah menjadi sosok mengerikan pada kedua Orangtuaku setelah Mas Anton pamit untuk pulang.

"Sebenarnya apa yang aku alami, Bu, Pak?" Tanya ku risau

Ibu dan Bapak saling pandang, sepertinya bingung jawaban apa yang hendak mereka berikan untuk pertanyaanku.

"Begini, Sin. Besok Ibu sama Bapak coba pergi ke Kyai Hasan, siapa tau beliau bisa memberi jawaban tentang apa yang terjadi dengan kamu, bagaimana Bu?" Bapak menatapku kemudian meminta persetujuan pada Ibu

"Iya ibu setuju Pak" jawab Ibu

Tiba-tiba perutku kembali melilit, seperti ada yang berjalan melingkar didalam perutku. Aku mendengar bunyi dari dalam perutku "krosak essst essst!"

"Astaghfirullah, Ibu... sakit Bu!" Aku berteriak mengekspresikan rasa sakit ku

Ibu dan Bapak seketika panik dengan keadaanku, sementara Ibu mengelus perutku, Bapak mengambil air hangat untuk mengompres perutku.

Malam itu kami semua panik, tak tau harus melakukan apa untuk menyembuhkan sakit di perutku.

Misteri Ular Berkepala ManusiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang