1

10 2 0
                                    

Kelas IPA 2 kali ini terasa benar-benar hidup. Bagimana tidak, tiba-tiba semua guru mengadakan rapat. Rapat ?!. Meskipun tidak dibolehkan pulang, setidaknya mereka bisa mendapat kelonggaran belajar. Lihat saja kelakuan penghuninya yang terbagi menjadi beberapa kelompok. Dari pecinta game dengan mulut yang ikut bermain, pecinta all about make up, tukang gosip yang tau segala hal, tidur, tukang makan, sampe ada yang baca buku juga. Semuanya asik dengan kelompok masing-masing.

BRAAK

"Semuanya gue punya pengumuman." Setelah membuat kegaduhan dengan aksinya yang membuka paksa pintu kelas, Mars bersender di ambang pintu.

"Apaan sih lo, rusuh banget. Ada apaan sih ?" Venus yang asik berdandan menghentikan kegiatannya karena merasa terganggu.

"Diem lo. Dandan mulu, udah lapis keberapa tuh. Oh satu lagi, lo udah ngabisin berapa banyak gincu." Venus yang sudah terbiasa mendengarnya hanya mencebik tidak peduli.

"Udah bubar kalian semua balik ke kursi masing-masing, gue dapet amanat dari bu Anya. Rangkum materi biologi dari hal 20-50." Mars berjalan memasuki kelas dan membagikan bukunya.

"Gila ini tugas apa kebijakan Daendels ?"

"Gue butuh KomNas HAM."

"Gue gak denger."

"Butuh gue bantu biar cepet dikabulin?"

Mars tidak memperdulikan teman-temannya dia sudah terbiasa. Dia berjalan dan membagikan buku pada setiap meja.

" Woi sore, nih kerjain tugas lo. " Mars menyimpan bukunya di meja.

" Senja. S-E-N-J-A.." Jawab perempuan itu tanpa mengalihkan kegiatan menulisnya.

"Iyah nama lo S-E-N-J-A, Sore. Kerjain nih tugas, asik sama buku sendiri sih. Ngapain lo nulis diary?"

"Argh terserah si ketua murid." Senja menutup bukunya kasar, dan menyimpannya dibawah meja.
.
.
.
Dia asik menikmati waktunya sekarang. Mendengarkan alunan musik yang lembut melalui earphone dan ketenangan yang diciptakan tempat ini. Tangannya asik mengotori buku dengan setiap hurufnya dan kakinya sesekali menghentak pelan karena alunan musik.

Ditengah keasikan dengan kegiatannya itu, seseorang mengganggunya dengan melepas earphone nya secara tiba-tiba. Tak terima, diapun langsung memberhentikan kegiatannya dan mendelik pada orang yang mengganggunya.

"Apa ? Kenapa muka lo gitu?" si pengganggu tak terima juga. Tak peduli dengan pengganggunya, dia mengabaikannya.

TAK. TAK. TAK. TAK. TAK

"Lo mau apa hah ?" Akhirnya dia muak dengan orang yang mengganggunya, siapa lagi kalo bukan Leo.

"Nah gitu, jangan kacangin gue. Gue laper, ke kantin?"

"Gue lagi ngerjain tugas. Lo gak liat?"

"Halah, so rajin lo. Itu sih bisa besok."

"Yaudah, gue pinjem dulu nih buku. Lo tunggu diluar ajah."

"Pintu keluar sebelah mana?"

"Buset, lo tadi masuk lewat mana ? Makannya kalo sekolah tuh jangan cuma tau kantin, toilet, kelas, sama gerbang doang."

"Cerewet lo kaya emak-emak. Yah kali ajah ni perpus kaya labirin gitu."

"Sakit otak lo. Udah sana tunggu diluar, pusing gue ngeladeninnya."

Merekapun bertemu di depan pintu keluar perpustakaan, dan sekarang tujuan mereka adalah kantin. Setelah setengah jalan menuju kantin, Leo menghentikan langkahnya karena ingin ke toilet. Biru mendahuluinya dan berjalan sendirian ke arah kantin,sambil kembali mendengarkan lagu lewat earphonenya.

DUG

Biru bertabrakan dengan seseorang, dan sekarang orang itu sudah terduduk dengan paksa di lantai. Biru melepas headsettnya dan refleks menjulurkan tangannya bermaksud membantu, namun sepertinya orang itu tidak membutuhkan bantuan. Orang itu berdiri dan mengabaikan tangan Biru.

"Maaf aku gak sengaja." Diapun pergi tanpa melihat Biru. Birupun dibuat bingung dan hanya diam.

"Woi cewe aneh.. Mana ada minta maaf kaya gitu." Biru sedikit berteriak karena kesal, tapi sepertinya perempuan itu tidak peduli dan menghilang di ujung koridor.

Tidak mau ambil pusing, Biru melanjutkan niatnya ke kantin. Ternyata setibanya di kantin, Leo sudah datang duluan dan duduk dengan manis di meja yang biasa mereka tempati. Biru pun langsung menghampirinya, dan beberapa saat setelah itu makanan datang.

"Kawtahnya bewsok ad-"

"Panjul, lo kalo mau ngomong kunyah dulu."

"Katanya besok ada tanding basket."

"Siapa lawannya?"

"Guntur, sepulang sekolah. Gimana?"

"Oke. Pulang sekolah."

"Leo gue tuh kesel sama..."

"Sama?"

"Gak jadi, lupain. Gue salah ngomong."

"Lah apaan sih lo gak jelas."
.
.
.
Sekarang Biru, Leo, dan teman-temannya serta tim lawan sudah berkumpul di lapangan basket yang berada di tengah sekolah. Sebentar lagi pertandingan dimulai, melalui aba aba Biru sebagai leader memulai permainan. Dia begitu piawai bekerja sama dengan timnya untuk mencetak skor. Sekarang skor menjadi 2-0, itu membuat Guntur kehilangan kendali. Guntur mendekati Biru yang sedang mendrible bola.

"Jangan so lo." Sarkas Guntur

"Yah buktiin ajah, gak usah banyak omong." Biru menjawabnya santai sambil tersenyum memperlihatkan lesung pipi kanannya dan melanjutkan permainannya.

Rupanya Guntur sudah tidak terkendali, dia bermain dengan amarah dan Biru mulai kewalahan. Bukannya kemampuan Biru kurang, tapi emosinya memang menggila. Guntur bermain tidak terkontrol dan kasar, akhirnya bola pun melesat ke luar lapangan. Sialnya disana ada orang, Biru refleks berlari tentunya.

Bruugg

"Hhhh... akhirnya gue dapetin lo."

Hai, terimakasih udah mau luangin waktunya untuk baca tulisanku yang amatiran ini hehe. Aku baru dan butuh banyak belajar lagi. Semoga kalian suka. Dan aku butuh banget masukan dari kalian semua
😊💜

Mohon maaf kalo nama-namanya sama atau pasaran. Soalnya aku lagi suka nama-nama kek hal-hal yang ada di Langit bersama teman-temannya gitu hehe.

Catatan
Ada beberapa nama yang aku ganti,karena udah nemu yang cocok. Jadi yang bingung boleh baca ulang. Kalo males boleh kok langsung tanya ajah. 😊

Cakrawala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang