Bab 14

20 2 0
                                    

Aku membuka mataku, masih pukul 05.00, aku memegang keningku, mengecek suhu badanku, sudah stabil rupanya, aku mandi lalu melaksanakan solat subuh, setelah itu aku menyiapkan buku apa saja yang di bawa hari ini.

'Tok... Tok'

"Loh dek, kok udah rapih? Emang udah ga pusing?" tanya Bunda yang menghampiriku.

"Ga dong Bun, adek mah kan kuat,"

"Yaudah ke bawah ya sayang, sarapan,"

Aku hanya mengangguk, dan segera merapihkan buku buku dan tempat tidurku, dan segera pergi ke meja makan.

"Weits adeknya kak Varo udah sembuh," ucapnya sambil menghampiri dan mencubit pipiku hingga merah.

"Sakit kak,"

"Varo, adeknya baru sembuh juga," ucap Ayah.

"Oh iya dek, Ayah bakalan ada kerjaan di luar kota tepatnya di Palangkaraya, selama seminggu ini sih, Ayah berangkat nanti sore, sebelum kamu pulang,"

"Yah, Ayah mah, yaudah gapapa hati hati ya yah, jangan lupa bawa oleh oleh yang banyak,"

"Siappp cinderellanya Ayah," ucap Ayah sambil memberi hormat.

Aku melahap sarapan rotiku, dan minum obat, setelah itu aku berangkat ke sekolah di antar oleh Kak Varo.

"Adek berangkat ya yah, dah ayah hati hati Yah, pokoknya bawa oleh oleh okey," ucapku sambil mencium tangan dan memeluknya.

"Bun, Adek berangkat"

"Varo hati hati, jangan ngebut bawa motornya, adek pulang di jemput Bunda nanti ya," ucap Bunda.

Kak Varo hanya mengangguk, dan tak lama aku dan Kak Varo meninggalkan pekarangan rumah, tak ada 10 menit untuk sampai ke sekolahku.

"Dah Kak Varo," aku mencium tangan kak Varo.

"Hati hati dek, jangan nakal,"

Aku hanya mengacungkan tangan dan berjalan untuk menuju ke kelasku.

"Ehem,"

"Eh Kak Anfa?"

"Udah sembuh?"

"Seperti yang dilihat,"

"Oke, kalau gitu saya ke kelas duluan,"

Aku melihat laki laki itu berlari melewatiku, sebelum aku membalas perkataan terakhirnya, ntahlah apa yang di pikirkan laki laki itu, kelas kita berlawanan, dia berada di gedung sebrang yang melewati lapangan untuk ke kelasnya.

Aku memasuki kelas yang masih sepi, menaruh tas dan menaruh buku di kolong.
Saat menaruh buku, ada sebuah permen gagang dan secarik kertas.

Cepat sembuh, agar aku bisa melihatmu tersenyum kembali, senang berkenalan denganmu.

-tares

Aku tersenyum membacanya, siapa yang ngasih aku permen ini ya? Tanyaku pada diriku sendiri.

"Rainnnnn, ih udah masuk, akhirnyaa sehari doang Iris jomblonya,"

"Hehehe udah nih, udah mendingan, eh Ris, kemaren ada yang nitip ini buat di taroh di kolongku ga?" ucapku sambil menunjuka. Permen dan secarik kertas.

"Gak deh, gaada yang nitip apa apa, cuma ka Andre yang ganteng itu nitip pesan ke kamu, sama minta no kamu,"

"Hah? Terus kamu kasih?"

"Iyalah hehehe,"

Aku mendengus sebal.

"Maap Rain, Iris ga tau,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Auristela Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang