6. Ksatria Menyebalkan

4.6K 175 4
                                    

🍀🍀🍀

Dialah malaikat yang Engkau kirimkan untukku
Di dalam waktu yang tepat
Sebagai Ksatria penolongku

Hasna Kamila Firdaus

***

Selepas sholat ashar, aku segera keluar dari gedung BPOM, jam kerja hari ini telah berakhir, jadi aku bergegas pulang. Aku menunggu bus di halte yang tidak jauh dari gedung BPOM. Tidak lama kemudian, bus yang aku tunggu akhirnya datang.

Aku rela berdesakkan demi mendapatkan ruang masuk ke dalam bus. Namun aku gagal menaiki bus itu karena terlalu padat. Akupun bersabar menunggu bus selanjutnya. Hari sudah semakin sore, aku belum juga mendapatkan bus. Aku bisa maghrib disini kalau tidak mendapatkan bus secepatnya.

Akhirnya bus tujuanku telah datang lagi, aku kembali berebutan dengan penumpang lainnya. Tanpa di sengaja, aku menginjak kaki seorang pria yang ikut berebutan menaiki bus itu. Pria itu sangat marah karena kakinya aku injak.

"Maaf, Bang."ucapku, sopan.

"Maaf saja enggak cukup, sepatu gue kotor gara-gara eluh injak."pria itu melotot kesal ke arahku.

Aku memejamkan mata karena merasa takut ketika tangan dia hampir melayang ke pipiku, tapi ada seseorang yang menghalangi tangannya mendarat di pipiku. Aku membuka mataku kembali, Kamil yang menghalangi pria itu menamparku.

"Jangan kasar dengan wanita!"ucap Kamil sangat tegas.

Pria itu menghindari Kamil seperti tidak mau ribut dengannya, pria itu malah langsung masuk ke pintu bus yang masih terbuka, baru saja aku akan naik tapi pintunya keburu tertutup. Betapa sulitnya hidup di Jakarta, banyak rintangannya, ingin naik bus saja penuh perjuangan.

Kamil masih berdiri di belakangku, aku membalikan badan ke arahnya. Aku lupa belum mengucapkan terima kasih kepadanya. Aku tidak menyangka pria semisterius dia ternyata sangat mengistimewakan wanita. Meskipun dia menyebalkan, tapi dia sudah menolongku.

"Terima kasih udah menolongku."ucapku.

"Ya."balasnya singkat.

"Pulang yuk."ajaknya dengan memasang wajah datar.

"Hah?"aku kaget mendengar dia mengajakku pulang.

Dia langsung menaiki motor gedenya yang sempat terparkir di depan halte ini. Aku masih terpaku di tempat itu. Dia kebanyakan cairan bermuatan positif kali waktu di ruang Laboratorium, makanya bisa bersikap sebaik ini.

"Enggak usah heran, Abang aku yang nyuruh antar jemput kamu mulai dari sekarang. Dia merasa punya hutang budi gara-gara adik kesayangannya diantar pulang sama kamu kemarin."jelasnya.

Baru saja aku bilang dalam hati kalau dia baik, dugaanku salah, dia berbuat baik bukan karena keinginannya sendiri, melainkan disuruh Abangnya. Aku juga tidak mungkin ikut pulang bersamanya, dia bukan mahramku, mana mungkin aku mau diboncengin dia. Naik motor kan tidak ada jarak antara aku dengan dia.

"Aku pulang sendiri saja."kataku.

"Kenapa? Karena aku enggak membawa mobil seperti Bang Arbani pas mengantarkan kamu? Makanya kamu enggak mau ikut denganku, seperti itu?"Kamil mengerutkan keningnya.

Emangnya aku wanita matre yang maunya diantar pake mobil? Pikiran dia sempit banget, aku menatapnya dengan wajah kesal.

"Kita bukan mahram."terangku.

Dia tahu dari mana aku tadi di antar pakai mobil sama Kak Arbani. Pastinya Kak Arbani yang sudah menceritakan semuanya, buktinya dia bilang Kak Arbani yang menyuruhnya mengantar aku pulang.

Ahlan Wa Sahlan Kekasih HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang