Chapter 1

10.9K 577 49
                                    

*Author Pov*

Cahaya temaram membias setiap malamnya dalam sebuah kamar bernuansa biru muda jika kau melihatnya dalam penerangan yang sempurna. Seseorang yang sangat indah dan juga dingin berdiri tegap di sudut ruangan. Taringnya menghilang sama seperti warna matanya yang berubah menjadi hitam kembali. 

Laki-laki itu masih memandangi sang pemilik kamar. Tidur yang gelisah tapi mata itu tak mungkin terbuka. Perth telah menyempurnakan mantra tidur nyenyak di seluruh bagian kamar. Jika dihitung sudah dua minggu dalam ribuan detik Perth menghabiskan diri memandangi wajah lembut seorang pria. Manusia. Hanya dia satu-satunya pria dengan kecantikan di wajahnya serta senyumnya yang menawan menambah kesan cantik dalam dirinya.

Perth menatap pria itu dengan intens, entah apa yang ia pikirkan. Ia memilih menempatkan diri di tepi ranjang lalu mengurai usapan lembut di pipi prianya –sejak kapan Perth bisa mengklaim seorang manusia jenis laki-laki sebagai miliknya-.

Tak bisa menahan perasaan sayang yang kini merasuki diri kebuasannya, Perth merendahkan kepala menyatukan bibirnya perlahan ke bibir tipis ranum pria itu, menjilat permukaannya lalu mengecup lebih dalam bagian atas dan bawah bibir dan memiringkan kepala sedikit. Prianya takkan terbangun. Mantranya selalu bekerja dengan baik. Memejamkan mata, Perth berusaha menyalurkan segala cinta-nya.

Laki-laki itu mengalihkan ciuman ke pipi dan turun perlahan menjejaki alur dari wajah yang terbingkai sempurna. Mengecup sayang permukaan leher pemuda itu dan sedikit meninggalkan bekas kemerahan. Besok juga akan hilang. Suara lenguhan terdengar sontak membuat Perth terdiam. Mata pria itu mengerjap, ia terbangun. Perth menghilang.

~~~

Pagi ini di sebuah kamar kecil dengan nuansa biru yang mengelilingi kamar tersebut terlihat seorang pria tengah terduduk di depan meja rias nya dengan sedikit termenung. Mendesah perlahan dengan pemikirannya yang melayang entah kemana.

"Mimpi itu lagi" Desah Saint. Pria itu menatap pantulan dirinya di depan cermin. Meneliti setiap jengkal tubuhnya yang terasa berbeda akhir-akhir ini, terutama di bagian bibir dan lehernya. Tangan pria itu perlahan menyentuh lehernya, memejamkan matanya dan membayangkan sensasi aneh yang menjalar di sekujur tubuhnya. Ia yakin jika itu hanya mimpi namun mimpi itu terasa sangat nyata. Dan kenyataan itu membuatnya sedikit frustasi. Merasa di permainkan oleh mimpinya sendiri.

"Saint teman-teman mu sudah datang nak, cepatlah turun!" Teriak ibu Saint dari arah dapur.

"Baiklah bu, aku segera turun"

Ya hari ini adalah hari pertama Saint menjadi mahasiswa di sebuah universitas terkenal yang sangat ia idam-idamkan di Thailand. SWU Internasional College. Kampus itu adalah impian bagi semua orang yang sangat menyukai seni. Sama seperti dirinya. Saint sangat menyukai seni. Maka dari itu dia sangat menyukai kampus tersebut.

Pria itu sudah rapih dan sekali lagi menatap pantulan dirinya di depan cermin memeriksa jika tidak ada yang ia lupakan dan tak lupa pula dia tersenyum memandangi dirinya sendiri.

Saint masih ingat, pada saat usianya 10 tahun, ibu pernah berkata padanya tersenyum pada diri sendiri di depan cermin adalah hal yang baik, itu bisa memberi semangat pada dirimu sendiri. Dan Saint mempercayai hal itu sampai saat ini, sehingga dia selalu tersenyum saat menatap dirinya melalui cermin.

"Selamat pagi bu" Ucap Saint sambil memeluk ibunya dari belakang dengan sayang karena sekarang ibunya tengah sibuk berkutat dengan masakannya.

"Selamat pagi nak, kau terlihat sangat bersemangat hari ini" Balas ibunya seraya berbalik menatap putra kesayangannya dan merapikan sedikit tatanan rambut anak semata wayangnya tak lupa dengan senyum menawan di bibirnya meski umurnya sekarang sudah menginjak kepala lima.

✔Vampire DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang