awal kebahagiaan (1)

3.3K 97 0
                                    

Pukul 10.00,aku sudah berada di tempat khusus untuk menjenguk santri. Abi dan ummi ku sudah datang dari tadi sejak pukul 08.00. Tapi karna aku sedang ada olahraga rutin pagi,jadilah aku bisa ke sana sekarang.

"Assalamualaikum,Abi Ummi"?  Salamku kepada kedua ortuku dengan lembut.

"Waalaikumsalam,eh itu Vina"? Seru ummi saat melihatku. Aku langsung tersenyum dan berlari kearah orang tuaku.

"Abi ummi ..." aku mencium punggung tangan abi,ummi secara bergantian,tak lupa memeluk keduanya sebagai obat rinduku.

"Sini,nak duduk". Ummi menyisahkan tempat duduk di tengah tengah

Aku duduk di antara abi ummi dengan senyum yang enggan pudar sedari tadi.

"Ummi, Vina kangen banget sama Ummi,Abi juga" ujarku dengan menyenderkan tubuhku di bahu ummi,katakanlah aku ini anak manja.
  Inilah aku dengan segala kerinduan pada orang tuaku.

"Sama nak,ummi juga,Gimana kabarnya,sehatkan,sekolahnya lancarkan"? Ibu mengelus bahuku sayang.

"Alhamdulillah,Ummi,Ummi sama abi juga sehat kan"? Tanya balik kepada mereka.

"Sama kayak kamu,nggak usah khawatirin  abi dan ummi" giliran abi yang kini bersuara.

"Ummi,Ummi kenapa bulan lalu gidak jenguk Vina"? Aku beralih posisi duduk tegap.

"Maaf ya,nak,abi sama ummi sibuk,kerjaan abi pun juga banyak,lagi pun ummi harus mengurus pondok pesantren juga". Jelas ummi. Aku hanya membulatman bibir seraya mengangguk.

Ummiku bernama "Fatimah",ummi seorang ibu rumah tangga sekaligus pengelola yayasan pondok pesantren asuhan milik abahku,yang sudah di panggil ke Rahmatullah selama 6 tahun yang lalu.

Sedangkan abi-Achmad seorang kepala desa. Kalau kata masyarakat setempat,abi itu seorang pemimpin yang bijaksana sera adil. Entahlah,yang terpenting aku sangat bangga akan kedua orang tuaku. Apapun itu profesinya.

"Vin kamu kan habis ini lulus"? Tanya Abi,aku mengangguk mengiyakan ucapan ayah.

"Kenapa yah"? Tanya ku

"Enggak,tapi selanjutnya,kamu kepikiran sama pendidikan kamu?Mau mondok atau sekolah Negri"? Aku sempat tertegun dengan pertanyaan ayah. Ya,sebenarnya aku sudah memikirkan hal itu. Tapi tetap saja,yang namanya masa depan harus di pertimbangkan hal yang matang.

"Kalau kamu masih bingung tidak apa-apa,kamu fokus ujian dulu ya,nanti abi sama ummi membantu memikirkan itu" Ucap Abi memberi solusi.

"Baik Abi" kataku.

"Sudah siang,Nak,kita pamit dulu,ya? Jaga diri baik baik,ingat,jadi santri kebanggaan abi dan ummi,oke"?

"InsyaAllah Abi,Ummi, doakan Vina agar lulus dengan nilai yang terbaik" ujarku yang langsung mendapatkan seruan "Amiinn" dari kedua orangtuaku.

"Ya sudah hati-hati ya Vin,jangan buat ummi khawatir" ujar ummi mewanti wanti.

"Iya ummi,ummi sama abi hati-hati di jalan" aku mencium kedua punggung tangan kedua orangtuaku.

"Langsung masuk,jangan keluar,Ummi pamit, Assalamualaikum ..."

"Waalaikumsalam ..."

Abi dan Ummi berlalu begitu saja. Ah,padahal diriku masih rindu. Tapi tidak apa,setidaknya masih bersyukur mereka baisa datang pagi ini. 

Setelah abi dan Ummi tidak kelihatan lagi,aku langsung membalikan badan untuk menuju ke asrama.

Ku lirik arloji di pergelangan tanganku sudah menuju ke angka 12.00 lebih 30 menit. Biasanya teman teman sudah melaksanakan kewajiban (Solat). Aku pun mempercepat langkah kakiku untuk menuju ke masjid melakukan kewajibanku (Solat).

Aku berjalan dengan ritme cepat. Namun tiba ada seseorang yang memanggil namaku,yang refleks langkahku terhenti.

"Vina"! Aku menoleh. Tampaklah seorang ukhty yang sedang melambaikan tangannya ke arahku. Aku menyadari siapa itu?

"Ada apa"? Tanyaku datar tanpa meliriknyayang sudah berada di sampingku.

"Kamu dari mana"? Tanyanya

"Dari manapun bukan urusanmu kan?lagi pula kenapa kamu siang siang ada di asrama putra"? Aku menanya balik.

"Ini kan masih perbatasan Vin...."

"Maaf Ra sebaiknya kamu kembali,saya juga ingin kembali ke asrama. Assalamualaikum" selaku cepat sebelum dia menyelesaikan bicaranya.

Tidak enak kalau sampai mengetahui kita berdua. Takut menjadi fitnah,apalagi didukung waktu yang sudah siang ini.

Aku melangkahkan kakiku kembali dan meninggalkan dia yang masih terpaku. Entahla,aku tidak suka berlama-lama berbincang dengan seorang ukhty. Terlebih dengan ukhty yang bernama *Dara*. Dia adalah seorang santriwati tetapi sikapnya tidak mencerminkan seorang santriwanti. Itulah yang membuatku sedikit tidak menyukainya.

Astaghfirullah kenapa bisa membicarakan tentang dia? Aku mengusap wajahku sesaat sebelum mempercepat langkah kakiku menuju ke Masjid.

Sesampainya aku di masjid,lalu aku masuk kedalam tempat wudhu wanita yang telah di sediakan oleh ponpes Annur2. Tujuankuyaitu untuk mensucikan diri agar saya bisa melaksanakan kewajiban saya (Solat).

Setelah diriku melakukan solat,lalu aku melirik jam tangan yang ada di punggung tangan saya. Pukul 14.00 saya langsung/bergegas untuk menuju ke asrama.
...
...
...
Pukul 22.00 waktu telah malam semua santri waktunya untuk beristirahat. Tetapi pada pukul 19.00-22.00 saya masih pada ruangan kiyai. Karena saya ada di sana saya ada urusan dengan mereka. Setelah urusan selesai saya bergegas untuk menuju ke asrama.

Sesampai, aku di asrama, aku langsung masuk ke dalam kamar mandi yang di sediakan kamar santri masing-masing. Tujuanku yaitu untuk membersihkan diri,dan mengambil air wudhu sebelum menuju ke ranjang untuk tidur.

Aku sudah terbiasa seperti ini. Seperti yang di ajarkan oleh Rasulullah ketika akan tidur di adabkan untuk berwudhu terlebih dahulu

             #Jazakillah khoir🌻
    =Jadikanlah Alquran sebagai pedoman hidup dan menuju jalan Allah yang terindah.😊💚

Cinta Seorang Santriwati Dengan Ustadz Hafidz💙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang