"Jumlah saham yang sedikit saja butuh dijelaskan, apalagi salah paham."
-Eza Gian-Eza melemparkan tasnya asal ke arah sofa, namun tak sengaja mengenai wajah adiknya yang sedang asik menonton tv.
"Abang...!!" Jerit Eka tak terima seraya melemparkan tas tersebut ke bawah lantai.
Terjadi aksi lempar-lemparan disana.
Eza sama sekali tidak peduli dengan suara Eka yang terus mengoceh. Hari ini begitu melelahkan baginya. Siapa sangka? Sejak kejadian di BK tadi, ia tidak bisa menghubungi Raina sama sekali.
"Mama! Mama! Abang Eza abis dikeroyok!" Eka menjerit heboh ketika melihat wajah Eza yang putus asa dan sedikit lebam. Ia berdiri di sofa agar mamanya mendengar jeritannya.
"Kelihatan lemah banget ya gue? Sampe Lo ngira gue dikeroyok?" Tatapannya sukses membuat adiknya bungkam.
"Terus kenapa? Ngerebut pacar orang?" Tanya Eka dengan dagu diangkat keatas.
"Ngerti apa Lo anak kecil."
"Jangan panggil aku anak kecil, Paman. Namaku Eka!" Unjuknya dengan jari jempol didepan dada.
Malas berdebat, Eza memilih masuk ke kamarnya. Namun belum sempat menaiki tangga, suara merdu dari sang mama memanggilnya.
"Eja udah pulang?"
"Hmm," Eza menghampiri dan menyalami tangan mamanya.
"Nanti anter mama ke pasar ya, sekarang kamu mandi dulu terus makan." Ujar mamanya sambil melepas celemek di tubuhnya.
"Mau ngapain sore-sore ke pasar ma?" Tanya Eza dengan wajah sedikit kesal.
"Itu lho beli tasnya Eka, ribut terus minta ganti,"
"Kenapa harus di pasar?" Eza melihat adiknya berjalan ke arahnya.
"Eka suka kok sama produk pasar, nggak jauh beda sama Mall, kalo cepet rusak kan bisa ganti lagi. Kan enak tuh tiap bulan gonta-ganti terus, haha." Sambil berjalan melewati Eza, ia sengaja memelankan suara diakhir kalimatnya.
"Ck," Kata Eza berkacak pinggang.
****
Perjaka tua is calling..
"Telepon dari siapa Rain?" Ulfa tiba-tiba berdiri disamping Raina.
"Mmh, bukan siapa-siapa kak. Aku permisi sebentar ya kak," Tanya Raina meminta izin.
"Eh iya silakan,"
Raina keluar untuk mengangkat telepon dari Juna. Ia sengaja memilih tempat diluar agar tidak membuat Ulfa curiga. Jika Ulfa tahu, mungkin dia akan berpikir Raina mengencani Om-om.
"Halo?" Raina mengangkat telepon.
"Iya halo, masih ingat saya?"
"Masih," kata Raina datar.
"Boleh minta waktunya sebentar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFAIR
Teen Fiction(On Going) Karena disini, keadilan dipermainkan. Raina Adhyaksa adalah siswa SMA kelas 12. Ia hidup seorang diri. Ibunya meninggal saat ia dilahirkan. Jangan tanyakan ayahnya kemana? Ayahnya meninggal karena dituduh sebagai pembunuh pada tahun 201...