Aku memandangnya sekali lagi, manik matanya yang hangat itu membuat ku seakan terkunci di satu titik.
"Aira, sudah kubilang telfon aku jika harus pulang malam seperti ini"
Jaemin mengomeli ku seperti anak kecil. Tidak sadar usia kita sudah sama sama menginjak 20 tahun.
"Apa apaan. Kau kan sibuk kuliah. Lagipula shift ku selalu malam. Tidak mungkin kan aku harus menelfon mu setiap hari"
Aku mengelak, bukan tidak suka Jaemin memperlakukan ku dengan seperti ini, tapi aku tidak enak jika terus menerus menerima kebaikan nya. Merasa tidak pantas. Aku sudah berhutang banyak pada na dan keluarga nya. Ya, namanya Na Jaemin, tapi Aku biasa memanggil nya Nana. Sejak kami SD sudah seperti itu. Hanya aku yang memanggil nya begitu. Entah karena alasan apa, tapi kupikir itu imut. Jaemin juga tidak berkomentar.
"Kenapa tidak mungkin? Siapa bilang aku sibuk kuliah? Menjadi mahasiswa tidak selalu sesibuk itu tau" Jaemin tersenyum, mengacak acak rambut ku seperti yang biasa ia lakukan.
Selalu seperti itu, perdebatan kami tidak pernah berjalan lama, selalu saja Jaemin yang membuat suasana berubah menjadi hangat. Yah, seperti sekarang.
"Yasudah, ayo naik. Lama lama uang mu nanti habis jika setiap hari harus naik bis"
Jaemin menepuk nepuk motor besar nya, menyuruh ku naik.
"Tapi kau kan bukan supir. Aku masih bisa menabung sekalipun setiap hari harus naik bis"
"Hh, kebiasaan. Keras kepala. Sudahlah, cepat naik" Dengan tidak sabar Jaemin menarik tangan ku kedekat motornya, memaksaku naik.
Aku mengangguk. Sampai kapan laki laki ini terus menjadi malaikatku?
Aku Aira Chan. Gadis mengenaskan yang ditemukan oleh keluarga Na 18 tahun yang lalu. Kedua orang tua ku meninggal dalam kecelakaan mobil saat musim salju membuat jalanan kota menjadi licin. Menyisakan ku seorang diri. Menghirup udara kosong yang lama kelamaan terasa menyesakkan. Aku malu sekali jika teringat betapa cengeng nya aku dulu. Jaemin selalu menghiburku dengan leluconnya yang terkadang aneh.
Jaemin anak tunggal. Paman Jungho tidak punya anak perempuan, dan bibi seoyong sangat ingin anak perempuan. Jadi mereka benar benar menyayangiku sepenuhnya. Hidupku tidak semengenaskan itu bukan? Aku berbohong ketika berkata aku gadis mengenaskan tadi. Aku bahagia. Hanya saja....Yang membebaniku justru adalah diriku sendiri. Perasaan ini. Perasaan yang mungkin seharusnya tidak pernah ada. Aku menyukai Na Jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reason
Teen FictionTeruntuk kamu, pemilik senyum paling indah yang pernah kulihat, pemilik tatapan paling hangat yang paling kurindukan, dan seseorang satu satu nya yang memiliki hatiku.