Gibran dan Felya kini sudah berada di apartement mereka.
Tapi, kali ini ada yang berbeda, Felya merajuk.
Gibran sedang merayu Felya yang merajuk. Entah dimana letak kesalahannya hari ini, pagi tadi Felya baik-baik saja. Justru menjelang sore hari ini sikap Felya yang biasanya galak beralih jadi pendiam."Fe" Gibran menepuk bahu Felya yang segera ditepis oleh empunya.
Masih dalam tahap percobaan, Gibran tidak akan menyerah untuk membuat Felya kembali galak.
"Ac kalo dingin, gue matiin. Yakali... lo dingin, gue matiin juga"
Felya menjitak kepala Gibran yang sedang meringis tanpa dosa.
"Udahan dong, sesi bisu dadakannya. Gue kangen mulut rombeng lo tuh"
Felya mendelik, entah memang perempuan yang ingin dimengerti tanpa menjelaskan atau---- memang para laki-laki yang selalu salah dimata perempuan? Ralat, bukannya selalu salah. Hanya tidak pernah benar dimata perempuan. Dan kalau pun ada mungkin Tuhan sedang berbaik hati pada kaum adam.
"Kalo gue ada salah, gue minta maaf deh. Gue susah payah lho bisa cerewet gini."
Ya, Gibran memang bukan orang yang senang banyak bicara, entah kenapa setelah menikah dengan Felya, laki-laki yang nyaris sempurna itu berubah menjadi laki-laki yang cerewet.
"Fe... kok sekarang lo yang dingin sih? Biasanya juga gue. Ini kenapa kebalik? Kan kesannya kayak sinetron."
Korban emaknya nih... pasti diajak nonton sinetron mulu sama emaknya.- cibir Felya.
"Mau kemana,Fe?" Melihat Felya yang tiba -tiba pergi meninggalkannya sendirian di dalam kamar.
Felya menoleh "Mangkal di perempatan" jawabnya ketus.
Gibran menganga tak percaya. Felya? Mangkal? Mau ngapain? Ngojek?
Gibran mengejar Felya yang sudah duduk manis di ruang tv.
"Fe... udahan dong sesi ngambeknya. Mama kan mau ke sini, nanti gue yang disalahin kalo menantunya ngambek."
Felya membuka mulutnya, hendak menjawab namun Ia urungkan.
Ting...
Suara bel apartement mereka membuat Gibran makin was-was.
'Mampus gue, ini pasti si Mama' Gibran mengelus dada nya. Berjalan kearah pintu dan membukakan pintu untuk tamunya.
"Hai Gib, Felya nya ada?" Gibran melihat dari atas sampai bawah gadis yang seumuran dengan Felya dihadapannya ini.
Felya yang sudah hafal dengan suara sahabat barunya disekolah itu, segera menghampirinya
"Lo sia--?"
"Resya!!!! Gue kangen" sela Felya, langsung memeluk Resya yang berdiri diambang pintu.
"Buset... lo berat amat. Dikasih makan apaan sih sama suami lo?"
Mendengar cibiran dari Resya membuat Felya mendengus kesal.
"Nih gue bawain pesenan lo" Resya memberikan kantong plastik yang Gibran tebak isinya adalah____ pembalut? Gibran pikir Resya akan membawakan cemilan.
Wajah Felya mendadak sumringah. "Makasih. Lo pengertian deh. Ngga kayak dia tuh" Felya menunjuk Gibran dengan dagunya
"Lah salah gue apaan emang?" Protes Gibran
Resya menoleh ke Gibran yang kini sedang berhadapan dengan Felya
"Lo kan ngga mau beliin gue pembalut" ketus Felya
KAMU SEDANG MEMBACA
DiLya
RandomHanya sepenggal kisah cinta,persahabatan,dan kekeluargaan remaja SMK Warning! banyak kata pembuat mual,kram dibagian perut, dan sebagainya :") Cerita hanya fiktif belaka. Author tidak bertanggung jawab atas kebaperan dan embel-embel lainnya yang mel...