(Bab 6) Meninggalnya Ibunda Icha

35 3 0
                                    

Kesedihan menyelimuti pagi hari ini, hujan rintik-rintik diluar sana seakan menandakan bahwa alam juga ikut bersedih atas meninggalnya Ibunda Raisha Selviani Azizah, Ibu Indah Kusumaningrum.

Para tetangga serta kerabat datang untuk melayat dan mendoakan Ibu Icha semoga tenang di sisi Allah SWT dan diampuni segala dosa-dosanya.

Duka yang mendalam kini dirasakan oleh gadis yang sebentar lagi akan lulus SMA itu.

Pukul 09.00 jenazah Indah sudah selesai dimandikan dan telah dipakaikan kain kafan, kini hanya tinggal menanti sang suami pulang dari Ibu Kota setelah itu akan diberangkatkan menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Berjarak 1 meter, Arif Hidayatullah ayah dari Icha dan Mila juga suami Indah itu sudah tidak kuasa menahan tangis melihat rumahnya yang penuh oleh pelayat dan bendera kuning yang telah terpasang disana.

Hatinya sangat terpukul begitu menerima kenyataan bahwa istri tercintanya kini telah meninggal dunia.

Rencananya bulan depan ia akan pulang kerumah, namun takdir yang menuntutnya pulang untuk hari ini. Rasa tidak percaya dan tidak terima kini dirasakan oleh Arif.
Namun jika Allah sudah berkehendak seperti ini, siapa yang harus di salahkan?

" Assalamualaikum... " Ucap Arif ketika sampai di depan pintu dengan linangan airmata yang sudah tidak bisa ditahannya lagi...

" Wa'alaikumsalam.. " Jawab orang-orang yang berada di dalam rumah.

" Ayaaaaaahhhhhhh.. " Panggil Icha dan Mila hampir bersamaan. Si gadis kecil Mila langsung memeluk Arif.

" Apa yang sebenarnya terjadi Cha? Kenapa ibumu? "
Tanya Arif masih dengan guratan kesedihan yang mendalam.

" Ay-Ayah.. maafin Icha, ini salah Icha, Ayah boleh menghukum Icha, boleh yah... " Jawab Icha dengan tubuh gemetaran.

Tubuh Indah terbujur kaku, dengan wajah putih bersih dan bibir yang putih pucat. Satu kecupan diberikan oleh Arif untuk Indah sebagai tanda kasih sayang dan penghormatan terakhir.

Menurut pendapat sebagian orang mencium jenazah istrinya bisa membatalkan wudlu jenazah tersebut.
Namun itu tidak benar adanya karena selama yang mencium adalah mahramnya sendiri seperti suami istri, atau saudara kandungnya maka itu di perbolehkan asal tidak berlebihan dan tidak menjadi bahan tontonan orang yang melayat.

***

Hampir dua minggu setelah meninggalnya Indah, Icha masih mengurung diri dikamar, hanya keluar ketika ingin ke kamar mandi. Makan pun jarang.

Penyesalan yang sangat amat dalam kini dirasakannya. Membuatnya malas belajar, malas beraktivitas dan malas melakukan segala hal.

Drrrttt... Drrrttt... Drrrttt...

Ponsel Icha bergetar beberapa detik, tanda ada beberapa pesan yang masuk, karena baru saja ia menghidupkan data selulernya setelah kurang lebih satu minggu ia tidak membuka sama sekali ponselnya itu.

Ternyata itu adalah pesan dari grup kelasnya.

Fia
Icha, turut berduka cita ya...

Dino
Semangat Icha, kamu pasti kuat menjalani semua ini.

Ilham
Icha, laa tahzan Innallaha Ma'ana.

Rani
Aku rindu Icha, cepat masuk sekolah Cha..

Desi
Iya Cha, kelas sepi tanpa lo

Dan masih ada banyak pesan-pesan dari teman kelasnya itu, lalu Icha membalas dengan beberapa kalimat.

Icha
Makasih semuanya, teman-teman..
Semoga aku bisa menjalankan hidupku kembali walau tiada Ibu disisi.
Doakan ya, semoga Ibuku tenang di alam sana.
Dan maaf, aku belum bisa masuk sekolah, aku masih butuh waktu untuk nenangin diri.

Begitu kiranya pesan yang dikirim oleh Icha, serempak teman-temannya membalas,

" Iya cha, Aaamiiin...
Kami semua menunggu kamu untuk kembali masuk sekolah.. "

Icha
Terimakasih Teman-teman.

Icha kembali meletakkan ponselnya diatas nakas.

Kali ini ponselnya berdering, tanda ada panggilan yang masuk, dilihatnya, ternyata Amel yang menelepon.

" Assalamualaikum Icha.. " Ucap Amel di seberang sana.

" Waalaikumsalam Amel.. " Jawab Icha seadaanya.

" Bagaimana keadaan kamu saat ini? "

" Ya masih seperti ini saja mel. "

" Cepet sekolah Cha, aku kangen banget sama kamu.. "

" Hahaha iya aku tau kok, gimana dengan liburanmu kemarin di Jogja? "

" Kita semua gak begitu happy cha, yang ada cuma kepikiran kamu doang. "

" Maafin aku ya ga bisa ikut.. "

" Yang ada aku yang minta maaf karena tetap pergi, ya gimana lagi cha, semuanya telah disiapkan. "

" Iya iya gapapa kok.. "

" Kapan pastinya kamu masuk sekolah? "

" Belum tau. "

" Icha... Kita sudah mau UN lho... Ayo lah cha cepetan masuk sekolah.."

" Aku belum punya semangat lagi Mel.. Rasa-rasanya sudah malas ngapa-ngapain. "

" Icha kamu kenapa jadi gini? Kamu paling benci kan kalo tau orang malas dalam belajar?  Kok sekarang malah kamu sendiri yang seperti ini sih.. Ibu kamu pasti sedih disana kalo tau kamu kaya gini cha.. "

Hening. Terdengar suara sesenggukan dari Icha.

" Icha... Jangan nangis dong... Aku main kerumah kamu ya? "

" Gausah mel. "

Setelah kepergian Ibunya itu memang Icha sangat-sangat tertutup dengan siapa pun. Jika ada teman yang datang kerumahnya, Icha tidak pernah mau untuk menemui. Sekalipun Amel yang datang.

" Yaudah cha, tenangin dirimu sampai kamu tenang...
Aku nunggu kamu masuk sekolah pokoknya!  Dan aku kangen Icha yang dulu! Udah ya cha, maaf kalo ganggu.. Assalamualaikum . "

" Waalaikumsalam. "

Tut. Telepon berakhir.

Icha kembali berbaring ditempat tidur dan menarik selimut. Mau tidurkah dia?  Entahlah. Padahal ini baru jam tujuh malam.

***




Terimakasih yang sudah mau membaca, jangan lupa vote dan comment.
Dan nantikan kelanjutan ceritanya ya...

Salam kenal,

LN

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karenamu Aku BerubahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang