Tepat pukul setengah enam sore, Langit sampai di rumahnya. Ia memasuki rumah sambil mengucap salam. Di ruang tengah, ada Ibu dan juga adiknya yang masih berumur tiga tahun. Menghampiri mereka dan langsung menyerang adik kecilnya.
Langit menciumi setiap inci wajah Chana--adik perempuannya. Mulai dari pipi, hidung, dagu, kening, mata, bib--ah yang satu itu tidak. Hehe...
Ibunya menjauhkan Chana dari Langit. Meskipun Chana tertawa geli karena diciumi oleh kakaknya itu, tapi ibunya merasa risih karena Langit terus menciumi adiknya.
"Kamu belum mandi! Jangan cium-cium, Chana kayak gitu dong!"
Langit terkekeh. "Chana wangi soalnya, Bu."
"Chana wangi, kamu bau. Gak sinkron, udah sana mandi! Pulangnya juga sore banget nggak kayak biasanya."
Langit duduk di karpet bawah sambil memainkan jari-jari tangan Chana. "Bu, ini malem minggu bukan sih?" tanyanya.
"Iya. Kenapa?"
"Langit mau hangout sama temen cewek boleh?"
Kelewat jujur. Langit tak bisa berbohong pada orang tuanya. Ia sudah terbiasa berbicara jujur, meskipun itu hal yang kecil. Termasuk hal yang ia tanyakan tadi.
Litta--ibu Langit mendelik pada anak laki-lakinya itu. Apa katanya? Anaknya itu mau hangout sama perempuan? Yang benar saja!
"Emangnya ada yang mau kamu ajak hangout?"
Ngece! Ngece sekali ibunya ini! Untung Langit sabar. Memang sih apa yang dikatakan ibunya itu. Tapi kan, Langit belum bertanya apakah si cewek itu mau ia ajak hangout atau tidak?
"Nggak tau juga. Belum nanya. Langit kabarin dulu deh." Setelah itu, Langit beranjak dari duduknya dan pergi ke kamarnya yang ada di lantai atas.
Langit menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur dan mengambil ponsel yang ada di saku celananya. Ia kan menghubungi Bintang, mengajak gadis itu hangout.
Cia elah! Gaya banget kan? Untung saja Langit itu ganteng, kata dirinya sendiri. Jadi ia bebas untuk melakukan hal apapun.
Langit membuka aplikasi berlogo hijau. Ia membuka room chatnya dengan Bintang yang masih kosong belongbong itu. Kemudian jarinya mengetikkan sederet kalimat untuk ia kirimkan pada gadis itu.
Langit
Bintang! Malam ini keluar sama gue, mau?Itulah yang Langit kirimkan pada Bintang. Ia menunggu balasan dari gadis itu. Cukup lama, namun Bintang tak kunjung membalasnya. Langit mendesah. Kemudian bangkit dan menuju kamar mandi. Semoga saja setelah ia selesai mandi, Bintang sudah membalas chatnya.
Tak butuh waktu lama untuk Langit membersihkan dirinya. Hanya dalam waktu 15 menit, ia sudah keluar dari kamar mandi dalam keadaan yang sangat enak dipandang. Enak dipandang itu dalam keadaan segar! Jangan ngeres, bung! Tidak baik!
Langit memakai celana selutut dan juga kaus lengan pendek warna maroon. Demi Mardani tukang cilor di sekolahnya Langit, ia ganteng sekali! Kalau begini caranya sih, mungkin Bintang akan meng-iyakan ajakan Langit.
Setelah itu Langit mengecek ponselnya. Dan ternyata ada satu notifikasi masuk dari seorang gadis yang ia tunggu-tunggu sedari tadi. Ya, Bintang membalas chatnya. Langit merekahkan senyumnya.
Bintang
Mau apa?Dengan gesit, Langit mengetikkan balasan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bi(n)lang (SELESAI)
Ficção AdolescenteSaat latar belakang kehidupan yang sebenarnya baru ia tahu, dirinya jatuh. Memeluk lara. Mendekap kecewa yang menumpuk dalam dadanya. Menahan sesak yang menghimpit. Kian semakin sesak ... Dan dirinya, tidak bisa berdiri lagi. Jatuh ... Dalam lubang...