DUA PULUH ENAM - "Pada Akhirnya akan Tahu"

162 15 0
                                    

Selamat sore

Apa kabar kalian hari ini?
Hujan nih, laper lagi. Tapi mager keluar nyari makan:(

Selamat membaca!!

***

Bukan hanya Fay saja yang disambut dengan muka masam Aruna. Kara saja yang datang bersama Hana, yang mana merupakan kekasihnya mendapatkan respon yang sama.

Tadi setelah istirahat kedua Aruna mendapat pesan dari perawat bahwa kondisi mamanya semakin memburuk. Dia menangis tiba-tiba membuat kelas sedikit kacau karenanya. Tapi, akhirnya setelah dibantu ketua kelas mengurus perizinan dispensasi, Aruna pun pulang lebih dulu.

Dan sekarang gadis itu duduk di samping ranjang rumah sakit mewah dimana mamanya yang terbaring lemas. Wanita paruh baya penghuni kamar VIP yang wajahnya pucat itu tersenyum menyambut kedatangan Fay dan yang lainnya. Responnya berbeda sekali dengan Aruna yang tanpa ditanya pun jelas sekali bahwa dia tidak suka ada yang menjenguk mamanya.

Fay lupa, Aruna bukan orang yang bisa memisahkan urusan hati dan sehari-hari. Dia pasti kesal melihat ia berjalan di sebelah Kai.

"Kai." Yang dipanggil pertama kali oleh wanita pucat itu adalah Kai. Karena memang hanya Kai saja yang diketahui namanya.

Kai melangkah mendekat. Menarik Fay bersamanya mendekat ke sisi ranjang berlawanan dengan Aruna. Jemari mereka masih bertaut, tak lepas sama sekali semenjak turun di parkiran.

Dari tanda pengenal yang berada di ujung ranjang Fay bisa tahu nama wanita itu. Fanya.

Fanya menatap bingung pada Fay.

"Pacar Kai, Tante." Jawab Kai tanpa perlu bertanya maksud dari tatapan bingung Fanya.

"Cantik." Puji Fanya. Senyum di wajah pucatnya mengembang tipis. "Kamu emang pinter nyari cewek, kayak papa kamu."

Kai tersenyum lebar. "Emang cantik Tante."

Fay merona. Bukan karena pujian bahwa dirinya cantik, tapi karena senyum yang mengembang di wajah Kai saat ikut memujinya di hadapan Fanya. Yang mana merupakan mama dari cewek yang selalu merecoki hubungan mereka berdua.

Kara yang datang bersama Hana mendekat, langsung mencium punggung tangan Fanya dengan khidmat. Senyum di wajahnya mengembang. Lagi-lagi Fanya menatap bingung orang asing yang datang menjenguknya.

"Saya Kara, pacar Aruna." Kara memperkenalkan dirinya.

Fanya menatap Aruna yang tampak kesal sekali. "Kamu gak pernah bilang sama mama udah punya pacar."

"Belum sempet aja." Aruna beranjak dari duduknya menuju sudut ruangan dan duduk di sofa panjang berwarna coklat yang menghadap pada televisi yang menyala. Menghindar dari topik pembicaraan Fanya yang pasti akan berlanjut membahas tentang Kara.

"Udah berapa lama pacaran sama Aruna?" tanya Fanya.

Kara tertawa malu. "Baru dua bulan tante."

Fanya tampak terkejut. Sesaat melirik putrinya yang sedang asyik menonton acara televise. Tapi, ia tahu bahwa putrinya pura-pura menonton.

"Sabar aja yah ngadepin Aruna. Anaknya keras kepala, gak mau kalah, sama manja banget."

"Ma!" Aruna berbalik memperingatkan mamanya supaya tidak melanjutkan membongkar sifat-sifat buruknya.

Kara menatap Aruna sejenak lalu kembali pada Fanya. Terkekeh pelan. "Aruna gak gitu kok, Tante."

"Ah kamu, mentang-mentang ada orangnya bilangnya enggak."

"Eh." Tatapan Fanya tertuju pada Hana yang sejak tadi diam. "Kamu Hana kan?" tanyanya.

Hanya tersenyum tipis. "Iya."

Kara, Kai, Fay, dan Aruna seketika menatap pada Hana secara bersamaan. Muncul pertanyaan yang sama di benak mereka. Darimana Fanya tahu pada Hana?

"Gimana kabar mama kamu?" tanyanya.

Seketika itu juga raut wajah heran Fay, Kai, Kara, dan Aruna bertambah. Bahkan sekarang Aruna lak lagi memfokuskan matanya pada televisi.

"Baik." Jawab Hana singkat. Selalu singkat, khas jawaban Hana.

"Papa kamu kayaknya udah nikah lagi ya?"

Entah Fanya tidak mengerti bahwa topik itu sensitif di bahas dihadapan Hana atau memang tidak mengerti. Fay tidak tahu. Ia hanya merasa kurang pantas membahas tentang suami istri yang sudah bercerai di hadapan anaknya sendiri. Bahkan menanyakan tentang hubungan baru yang dijalani masing-masing. Fay tidak tahu dan tidak mengerti bagaimana rasanya menjadi anak yang terjebak pada konflik perceraian kedua orang tua. Tapi, ia bisa tahu bahwa topik seperti ini membuat Hana tidak nyaman.

"Mama kamu udah punya pacar sekarang?" tanya Fanya.

Kara menatapnya, Hana tampak mencoba menghindar dari berkontak mata dengan Kara. Fay melihat hal tersebut. Kara ternyata memang tidak tahu bahwa ayah dan ibu Hana sudah bercerai.

Hana tersenyum tipis. "Belum tante."

"Kenapa, padalah udah satu tahun lebih kan mereka cerai?"

Wajah Hana terlihat kian aneh. Dia seperti orang yang sedang menahan berak. Ini situasi yang sangat tidak nyaman untuk Hana. Apalagi saat ini Kara tengah memandanginya dengan tajam, seolah sedang meminta Hana untuk menejelaskan tentan hal itu padanya.

"Ma, papa kapan pulang?" Tanya Aruna tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

Bagai mantra seketika Fanya berhenti membahas tentang orang tua Hana. "Besok siang katanya. Kenapa? Mau minta oleh-oleh?"

"Iya. Itu mah harus."

Walaupun topik sudah berganti namun tatapan Kara pada Hana terlihat masih sama.

Fay merasa tidak nyaman melihatnya.

"Apa sebaiknya kalian pulang aja." Fay tersenyum hambar. Bukan maksudnya ia mengusir, tetapi melihat suasana antara Kara dan Hana yang aneh tersebut lebih baik mereka berdua pulang. Pasti ada yang ingin Kara katakan pada Hana begitu juga sebaliknya.

Setelah berpamitan pada Fanya, Kara dan Hana keluar dari ruangan. Fay menyusul lima menit kemudian bersama Kai di sampingnya.

"Tadi ada apa sih?" Tanya Kai penasaran saat mereka berdua melangkah memasuki lift.

"Gak ada."

"Jangan bohong."

Fay nyengir. "Maaf, tapi aku gak bisa bilang."

"Tentang orang tua Hana?" Tanya Kai yang langsung tepat sasaran.

Fay mengangguk patah-patah.

"Oh, jadi karena itu." Kai tersenyum kemudian merangkul pundak Fay menariknya lebih mendekat.

***

Terimakasih sudah membaca

Jangan lupa Senin aku bakalan post cerita baru Craziest Sweet Couple

See U
060419
Iis Tazkiati N

Unfairness (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang