Aku bukan siapa-siapa, Aku bukan seperti dirimu yang mungkin memiliki hal yang lebih dari ku.
Aku sering kali terenung diri sambil berpikir, ''Sebenarnya layakkah diri ku dianggap sebagai manusia?''.
Ketika diriku merasakan sakit, Aku selalu berpikir, ''Apa dengan rasa sakit itu membuat ku berpikir berbeda? Apakah orang lain juga bisa merasakan sakit itu? Apa dengan rasa sakit itu yang membuat ku tidak sempurna? Atau mereka yang tak sempurna karena tak tahu rasa sakit diri ku? Dan mungkin mereka tak tahu bentuk rasa sakit ku?'' entahlah.
Rasa sakit ku mungkin berbeda dengan yang lain, rasa sakit ku bagaikan 2 pensil baru dan lama. Aku sering kali membantu teman-teman ku yang kesusahan, Aku selalu menyumbangkan rasa senang ke teman-teman ku, meski semua beda dari tampak depan ku, dannn.. ''Hi!'' sadarlah itu artinya berbeda dari apa yang kau pikirkan. Keluh kisah susah gumah, itu semua ku korbankan demi mereka.
Hingga akhirnya senja pun tiba, dimana waktu yang tak ku suka. Ketika ku mengeluarkan rasa senang ku untuk mengganti dengan hal yang berat, berat, dan berat, ku sering kali bersedih di waktu senja, selalu di waktu senja. Di mana warna merah yang ku lihat di langit itu sebuah kesenangan ku, dan yang ku rasakan adalah rasa sakit ku. Dimana harus berjuang demi teman-teman ku hingga tibanya waktu senja
KAMU SEDANG MEMBACA
Melawan Arus Senja
Short StoryMenceritakan seseorang yang berjuang demi senang dan tawa teman temannya, hingga arus senja.