Taehyung hanya diam, menyandarkan punggungnya ke bahu kursi dan membiarkan yg lain memulai percakapan.
Lui terus memutari kantin yg sepi dengan matanya. Sedangkan Namjoon seolah tengah menyiapkan dirinya untuk mengungkap sesuatu.
"Emm, Ahrin."
Ahrin menegakkan kepalanya, "Iya, Lui. Ada apa?" ucapnya seramah dan senormal mungkin. Walau hatinya sedang bergerumuh tak tentu.
"Aku ingin membuat pengakuan."
Ucapan Lui membuat Ahrin menaikkan kedua alisnya, ia sempat melirik Taehyung dan pemuda itu hanya mengangkat bahunya samar, malah ia memasang earphone di kedua telinganya dan menutup matanya.
Ok, Ahrin tau. Taehyung tidak mau terlibat lebih tentang apa yg akan dibicarakan Lui padanya, dan sepertinya ia juga tau perihal apa itu.
"Pengakuan apa?" tanya Ahrin, walau 95% ia yakin pada prediksinya. Namun tetap saja tidak boleh gegabah, kan?
"Dosaku. Maaf untuk semua kebohonganku selama hampir setahun ini."
Ahrin semakin yakin, apalagi jika bukan tentang itu.
"Dosa apa?" tanya Ahrin lagi.
"Namjoon Sunbae dan Cupcakemu. Awalnya memang aku tidak tau, malah saat melihatmu ditarik Jimin, aku menganggap jika kalian sedang dalam hubungan yg.. Kau mengerti kan maksudku?"
Ahrin menggeleng, "Lui, bicara denganku secara jelas. Aku bukan orang yg mudah paham dengan penjelasan terpenggal penggal seperti itu." ujarnya.
Ahrin melihat Taehyung tengah menahan tawanya disana.
'Ternyata hanya berkamuflase si Taehyung ini.' batinnya sambil menatap tajam Taehyung sekilas sebelum suara Lui mengambil atensinya lagi.
" Aku mengaku pada Namjoon Sunbae jika kuemu adalah milikku. Maaf, aku tidak berpikir panjang. Kau tau kan? Siapa sih yg tidak mau dengannya? Walau aku tau itu salah, tapi aku memang sedang membutuhkan seseorang yg mendukungku untuk bisa benar benar pulih, dan yaaa beberapa bulan setelah kebohongan itu dimulai, aku dinyatakan pulih oleh dokter. " Lui menjeda kalimatnya, ia terlihat mengatur napasnya.
Ahrin tetap diam dengan ekspresi yg sulit ditebak. Tidak sedih, tapi juga tidak senang, dan bukan juga amarahnya yg terlihat. Sulit untuk menerjemahkannya, Namjoon hanya terus mengamatinya dan bergantian juga memandang Lui yg melempar senyum tipis padanya.
Taehyung sendiri hanya fokus memperhatikan lewat indera pendengaranya yg ia tutupi earphone, matanya masih tertutup. Ia hanya ingin tau seberapa tulus suara Lui dari telinganya, ia tidak mau menilai apa yg ia lihat saat ini.
Memang sudah menjadi kebiasanTaehyung, lebih sering menilai ketulusan seseorang dari suara ketimbang ekspresi.
Bagi Taehyung, terlalu mudah menipu lewat ekspresi dibanding suara.
'Dengarkan suara dan nada ia berbicara, kau akan tau seberapa tulus ia padamu.'
Kalimat Taehyung tiba tiba muncul di ingatan Ahrin. Ia melirik lagi Taehyung yg kini membuka sedikit matanya, seolah memang tengah mengirim pesan dengan telepatinya.
"Jangan dipaksa jika kau memang tidak sanggup. Aku tidak sedang memaksamu mengakuinya. Lanjutkan saja yg sudah terjadi, sejak awal aku memang tidak berharap banyak. Hanya saja, kukira kita teman. Ternyata bukan, Lui. Kita hanya sekedar satu kelas saja. Jika sudah, boleh aku pergi? Ini sudah cukup sore untukku. " ujar Ahrin saat beberapa menit Lui tak lagi melanjutkannya.
" Tunggu, hari ini harus selesai. Aku tidak bisa menundanya lagi, besok aku akan pergi ke Swiss untuk kembali melanjutkan pengobatanku. "
Ahrin mengernyit," Bukankah kau mengatakan jika kau sudah pulih?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcake
Фанфик"Lagi hyung?" "Yups, sepertinya si pemberi ingin aku mati terserang diabetes dan jantung. Hahahha" Cover by @RiMa_La (Thanks sistah uwu) Story by @Kyrin17