Prilly meringkuk ke dalam selimutnya, membenamkan wajahnya ke bantal. Saat ini yang dirinya rasakan adalah, ketakutan yang luar biasa. Saat ini dirinya sendiri di rumah. Adiknya menginap di rumah temannya. Dengan berat hati ia mengizinkan adiknya menginap di rumah temannya karena adiknya saat itu mengatakan akan menyelesaikan tugas kuliahnya. Terpaksa dirinya sendiri di rumah yang sepi ini ditemani ketakutan.
Di luar sangat gelap. Ia lupa menghidupkan lampu halaman. Saking sibuknya ia menghubungi Ali yang sudah ribuan kali tidak mendapat respon dari cowok itu. Takut dan khawatir menjadi satu. Ali benar-benar membuatnya kepikiran. Satu hari ini cowok itu tidak bisa dihubungi. Bahkan, sebelum cowok itu berangkat ke luar negeri, cowok itu berjanji akan memberinya kabar dua puluh empat jam. Tapi, lihatlah sekarang? Satu panggilan ataupun pesan dari Ali tidak ada.
Tangannya meraba-raba ke nakas mencari ponselnya. Dengan satu harapan yang sama, berharap ada pesan dari Ali. Semoga yang kesekian kalinya ia mengecek ponselnya, semoga kali ini membuahkan hasil.
Setelah berhasil meraih ponselnya. Dihidupkannya ponselnya dan detik itu juga tubuhnya lemas seketika. Ponselnya sunyi seperti keadaan rumahnya saat ini. Menyebalkan.
Waktu menunjukkan pukul sepuluh tetapi matanya enggan untuk terpejam. Tidak biasanya dirinya insomnia seperti sekarang. Mungkin karena kesepian dan banyak pikiran sehingga dirinya seperti sekarang.
Dihembuskannya nafasnya yang terasa sesak. Matanya sudah berkaca-kaca. Pikirannya berpikir yang tidak-tidak. Meskipun hatinya menguatkan untuk terus berpikir positif, tapi tetap saja pikiran negatif menguasai.
"Arghh..." Erangnya ketika telinganya tak sengaja mendengar sesuatu yang aneh di halaman rumahnya. Apa yang terjadi?
Seketika tubuhnya merinding. Keringat dingin bercucuran di wajahnya. Ia akui jika dirinya paling tidak bisa ditinggal sendirian di rumah dalam keadaan sepi seperti sekarang. Berkali-kali ia merutuki dirinya sendiri yang lupa menghidupkan lampu halaman. Sial.
Srek
Prilly diam mematung di tempatnya saat suara aneh terdengar begitu dekat dengan kamarnya. Kenapa disaat-saat seperti sekarang otaknya tidak dapat bekerja hanya untuk sekedar berpikir bagaimana caranya mencari cara agar dirinya tidak takut untuk keluar mencari tahu ada apa di luar.
Prilly terperanjat ketika mendapati kaca jendela kamarnya dilempari kerikil dari luar. Hal itu semakin membuatnya semakin membenamkan wajahnya pada bantal dan merapatkan selimut tebalnya. Demi apapun, dirinya ketakutan sekarang. Tidak ada secercah keberanian dalam dirinya. Tubuhnya bergetar hebat dan air mata merembes dari kelopak matanya. Hatinya menjerit meminta tolong, berharap ada keajaiban datang.
"Ali." Lirihnya. Saat-saat seperti ini entah kenapa yang pertama di pikirkannya adalah sosok Ali. Sebab, ketika dirinya ketakutan, dengan kesabaran ekstra, Ali menenangkannya sampai dirinya rileks. Tapi, sekarang? Mungkin kegelapan yang terus menemaninya dalam ketakutan luar biasa.
Sebisa mungkin Prilly memejamkan matanya. Berharap dirinya terlelap sehingga ketakutannya lenyap dengan sendirinya. Tapi, apalah daya, suara grasak-grusuk di bawah begitu mengganggunya. Ia mencoba pura-pura tidak mendengar suara aneh itu, tapi percuma. Ini sudah satu jam suara aneh itu terus berkumandang di bawah. Entah ini perasaanya saja atau bagaimana, dirinya tiba-tiba merasa jika dibawah ada banyak orang. Tapi ia tidak perduli, dirinya sudah terlanjur ketakutan.
Dor
"AAA..." Jerit Prilly ketika telinganya mendengar sesuatu yang nyaring seperti suara ledakan.
Dengan ini dirinya semakin ketakutan. Dalam keadaan gelap yang menegangkan dirinya tidak bisa apa-apa selain berdiam diri meringkuk di balik selimut. Orang-orang yang ia percayai dapat melindungi dirinya dari bahaya apapun, sekarang tidak ada. Benar-benar luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair With You [Season2]
Romantizm#BJPW "Aku kembali untuk memperjuangkan apa yang seharusnya aku perjuangkan." _Ali Alkhatiri_ Sebuah pengorbanan yang terpaksa harus di lepas karena suatu kejadian di masa lalu. Ali, yang memilih pergi meninggalkan Prilly dalam keterpurukan. Hingga...