Haiiii, langsung baca aja
Happy reading!!***
"Woy, upil kebo! Lo budeg?"
"Kenapa?" jawab Alleta setelah tersadar dari lamunannya.
Ganteng, anjir!
"Ikut gue." ketus cowok itu dengan seenak jidat menarik tangan Alleta kasar menuju ke luar kelas.
"Woy! Sopan dikit napa. Maen tarik tangan orang. Kenal aja nggak!" bentak Alleta.
"Oke. Gue Faris, lo musti tutor sama gue karna lo dipilih ngewakilin sekolah buat olimpiade ma.te.ma.ti.ka." jelas Faris dengan menekan kata matematika.
Alleta berdecak, ganteng tapi kasar mah ogah gue. What! Alleta menggeleng menepis pemikiran yang sangat amat murahan itu, "kenapa harus gue? Kenapa ga yang lain aja. Gue capek kalo musti tutor. Gue gak bisa, titik!" elaknya
Faris mendengus, "terserah lo. Gue cuma disuruh nyampein, dan selebihnya urusan lo sama Pak Ali. Gue nggak ikut ikutan." ucap Faris dengan senyum miringnya.
Alleta tau siapa pak Ali. Oke, dia KepSek, killer iya, pokoknya apapun yang serem serem deh buat dia, badannya aja udah kayak raksasa. Alleta tau semuanya dari Tari, temannya itulah yang memberitahu tentang sekolahnya.
"Yodaah. Gue mau, terus jadwal tutornya? Hari apa aja?" ucap Alleta lemas.
"Setiap hari, jam dan tempat harus selalu nunggu kabar dari gue." ucapnya enteng.
"Lo niat banget si. Tugas gue tu banyak binggo. Belum lagi gue harus car-" Alleta merutuki kebodohannya, hampir saja ia mengatakan salah satu hal yang selama ini ia kunci rapat rapat.
"Harus apa?"
"Gausah tanya tanya!" ucap Alleta tegas.
"Terserah lo." tukas Faris lalu meninggalkan Alleta yang berdiri dengan gelisah.
***
"Ayah!!" ucap Alleta tergopoh-gopoh sambil menenteng berkas penting yang baru saja ia kerjakan.
"Bagaimana? Ayah yakin kamu akan terbiasa. Maaf, ayah harus melibatkan kamu mulai sekarang, Alleta." ucap Dirga.
Alleta tersenyum tulus, ia hanya mengangguk.
"Tolong panggilkan Arga. Suruh dia membawa apa yang ayah minta. Setelah itu beristirahatlah, besok pagi aku yang akan mengantarmu sekolah."
"Iya, ayah. Selamat malam."
"Selamat malam. Alleta, semoga mimpi indah." ucap Dirga lalu mengecup lembut kening putrinya.
***
"Belajar dengan sungguh-sungguh, ikuti tutor dengan baik. Kamu harus menjadi pemenang." ucap Dirga.
"Siyap, Yah. Leta masuk dulu, Ayo bang! Dahhh ayah." Alleta dan Arga masuk beriringan. Banyak pasang mata yang tertuju pada dua sejoli itu, ada yang menatap memuja, ada juga yang menatap dengan kebencian. Alleta dan Arga kembali memasang muka datar. Tetep cakep kok tapiihh.
"Leta!"
Alleta menoleh, Arga yang pertama terkejut disusul dengan Alleta.
"Bang Azam!!" Alleta berteriak sambil berlari ke arah Azam.
"Kenapa ketemu sekarang si, kenapa ga besoknya aja, atau besok, lusa aja deh. Masalah nih! " gumam Arga sambil melihat Alleta berlari menemui Azam.
"Bang Azam apa kabar? Makin tinggi aja!"
"Baik, princess. Ke Jakarta ko ga kabar in abang? Udah lupa ya sama abang, kamu ga lupa kan kalo abang masih sa-"
"Ehem! Udah wawancaranya? Adek gue mau belajar, abis ini bel." potong Arga.
Alleta mengetahui suasana menjadi canggung, kemudian dia berpamitan kepada Azam dan menarik tangan Arga menjauhi Azam.
"Abang kok gitu si sama bang Azam? Bang Azam kan udah ga punya maksud jahat ke Leta."
"Gue masih ga percaya, gue gamau kejadian dulu keulang. Dan yang lo harus tau sekarang, Azam udah punya pacar, bukan cuma satu! Rese tu orang,kaya cakep aja, muka persis bokongan panci gitu." ketus Arga
"Iya baang. Leta gasuka ko sama dia, tadi cuma pencitraan aja, mwehehe. Abang lucu ya kalo lagi marah, bahasanya pakek lo-gue ." jawab Alleta dengan kekehannya.
***
"Eh, All. Lo dicariin Kak Faris didepan kelas. Oiya kemaren lo ngomongin apasi, lo ditembak yak? Wah gelaa ini mah. Lo bakalan jadi cewek pertamanya Kak Faris!" ucap Tari excited.
"Ga penting tau ga! Gue ga di tembak. Yodaah gue mau tutor sama dia. Balik duluan ya, Tar." pamit Alleta.
"Oo okee dah. Tadi Kak Faris minta kontak whatsapp lo, katanya sih biar enak buat ngabarin."
"Okesip!" ucap Alleta yang sudah di ambang pintu.
"Ekhem."
"Eh. Jadi dimana?" tanya Alleta
"Ke mall, lo pulang dulu aja. Ganti baju, trus nanti gue chat, lo kirimin alamat rumah lo, gue yang jemput." jelas Faris.
"Loh, kok ke mall?"
"Nanti ke cafe yang agak sepian, walaupun ramepun kayanya ga masalah, lo pinter kan? Udah nurut aja."
"Gue ga suka tempat rame kaya gitu. Bahaya tau gak!" tolak Alleta.
"Bahaya? Tadi gue udah ijin sama abang lo, katanya gapapa tuh. Oh iya, lo kalo ngomong sama kakak kelas yang sopan dikit. Nanti kalo gue mau otw, gue kabarin dan langsung kirimin alamat rumah lo."ucapnya sambil melangkah menjauh.
Alleta membuang napasnya kasar.
Nye. Be. Linn.***
Faris Ghandianggoro : gue udah di depan rumah lo.
Alleta Dirgantara : bentaran, emang gaada satpam ya?
Faris Ghandianggoro : satpam lo crewet. Cepetan!
Alleta Dirgantara : Y."Sorry lama."
"Hm"
Sepanjang perjalanan, Alleta hanya menatap kosong ke samping. Faris yang menyadari hal itu hanya tersenyum tipis.
Cantik.
Faris melihat spion mobilnya, keningnya mengkerut.
"Ta?"
"Kenapa? "
"Ada yang ngikutin kita."
Alleta mematung seketika, keningnya mengeluarkan keringat dingin.
"Ta? Lo gapapa?"
Lah siapa noh? Hayo hayo gue juga ga tau dah.
Sampai jumpa di next chapter!😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Alleta
Teen Fiction• teen fiction • cold boy Kehidupan dengan serba berkecukupan, wajah tampan, disertai dengan badan yang tinggi ideal. Faris, ketampanannya mampu memikat hati semua siswi SMA Garuda. Kecuali Alleta, baginya Faris adalah lelaki menyebalkan yang terpak...