Kemarin, Naya sudah mengetahui nama lelaki itu, yah sayangnya naya tidak bertemu dengan sosok itu, entah karna apa tak tahu,Hamdan pulang duluan sebelum kegiatan sekolah selesai ia dijemput ayahnya karna ada urusan keluarga yang sangat mendadak, sehingga dari pagi hingga pulang sekolah Naya tidak melihat lagi sosok itu.
Hari ini, Pagi ini, Naya dengan ceria dan senyum manisnya berangkat ke sekolah walaupun tak ditemani meisya karna sahabat nya itu sedang sakit, tapi Naya tetap semangat dengan memegang sebuah buku novel tebal kesukaannya, saat sudah sampai di sekolah Naya tak melihat sosok itu, matanya melirik sana sini hanya untuk memastikan apakah ada Hamdan atau tidak. Tapi saat Naya berjalan menuju kelasnya dengan langkah kaki yang pelan, dan kepala yang sedikit menunduk, tak sengaja ia tertabrak dengan sosok lelaki yang tinggi tubuhnya selisih empat sentimeter dengannya."Ehh,,, aduhh,, " Teriak kecil naya saat setengah tubuhnya menabrak tubuh sosok lelaki itu.
Dan betapa terkejutnya Naya saat Kepala nya mendongak ke atas, Wajah itu adalah Hamdan, sungguh saat itu juga Naya tak tahu harus berbicara apa, ia sangat gugup."Ehh, maaf ya, gak sengaja, maaf,, nih buku novel lu" Ucap Hamdan sambil mengambil novel naya yang tadi terjatuh.
"Ohh, iya iya gak papa, makasih ya" Ucap Naya dengan rada gugup, sambil bangun dan merapikan seragamnya.
"Ehh tunggu deh bentar, kamu anak baru ya? " Tanya Naya dengan senyum kecilnya.
"Iya gua anak baru disini, oh ya mau tanya lu tau gak ruang guru dimana?" Tanya balik Hamdan.
"Okhh tau tau, mau dianterin apa ditunjukin aja?" Tanya Naya dengan mata yang sedikit berbinar.
"Gak usah, tunjukin aja dimana ruangannya" Ucap Hamdan dengan suara bass nya.
"Ohh yaudah, dari sini lurus terus, sampe yang kelas 11Bbelok ke kanan, nah udah cari aja yang tulisan di pintunya ruangan guru, pokoknya ruangannya depan Toilet guru kok" Ucap Naya menjelaskan dengan rinci.
"Ohh, ok ngerti makasih" Ucap Hamdan sambil pergi mengikuti arah yang ditunjukkan Naya tadi.
Sebenarnya, Naya ingin lebih lama ngobrol dengan Hamdan yaa walaupun hanya sekedar memberi tahu jalan tapi rasa itu susah untuk diatur, Naya ingin lebih lama berkenalan dengan Hamdan si wajah putih, dengan suara bassnya yang unik, dan rambut yang sedikit acak acakan. Tapi biarlah, Naya cukup senang di pagi itu.Naya kembali melanjutkan langkanya menuju ruang kelasnya.Sesampainya di kelas Naya Harus kena omelan ketua kelasnya yang terkenal sangat bawel,Rivera si ketua kelas cewek yang terus mengomel ngomel kepada Naya karna telat dan belum piket kelas,arghhh sangat menyebalkan hanya telat beberapa menit saja harus kena omel seperti mendapat ulangan jelek.
"Naya! Itu tuh yang deket bangku rosi sapuin lu gak liat itu kotor! Itu juga jendelanya bersihin pake kemoceng cepett yaa bentar lagi bel masuk! " Ocehan Vera si ketua kelas bawel.
"Heuhh, iya sabar tangan gua cuma dua, jari gua cuma sepuluh, otak gua cuma satu, lu ngerti kan dengan kata Sabar?! " Ucap kesal Naya dengan rada tegas.
"Lagian siapa suruh telat? Hah? Gini deh harus gua omelin baru dikerjain" Balas ketus Vera.
"Sing sabar aku mah:) " Ucap pelan Naya.
"Sabar ya nay, gua juga kena murkahannya si Vera, badmood gua pagi pagi:) " Sahut Ocha teman sekelasnya Naya.
"Iyoo." Ucap pelan Naya.
Beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi, artinya Naya sudah selesai piket, wahh senangnya paketnya hanya sebentar saja. Tapi ia cukup sedih karna pagi ini ia belajar tapi tidak bersama dengan sahabat nya meisya, semoga meisya cepat sembuh yaa.Akhirnya pelajaran pak Badrun selesai hanya satu jam saja, dan disitulah suasana kelas pun rame, Naya mengobrol dengan teman belakangnya ocha.
"Ehh nay,tadi gua liat lu ngobrol ama si hamdan ya?sebelum masuk kelas kan?" Tanya ocha.
"Iya, tadi dia nanya ruang guru, kok lu tau dia namanya hamdan kan dia anak baru?" Tanya balik Naya.
"Ohh Iya,Hamdan itu tetangga gua dia dulu temen kecil gua, terus pas kelas lima SD dia pindah ke bandung, nah rumahnya buat sepupunya, terus sekarang dia pindah lagi kesini dan sekolah disini deh, tapi berubah drastis tau nay, dulu tuh anaknya baik, santun, sekarang cuek banget, ngeselin lagi wahh bener bener berubah deh" Ucap penjelasan ocha.
"Ohh,iya lah berubah udah lama gak ketemu pasti berubah apalagi pindah nya jauh kan" Ucap Naya dengan senyum kecilnya.
"Gatau kenapa banyak yang suka sama si hamdan, bingung anak kaya gitu banyak yang sukain" Ucap ocha dengan nada meyakinkan.
"Emang siapa aja yang suka ama si hamdan?" Tanya Naya.
"Tuh temen temen sekelasnya, si Rachel, Anna, kayanya Intan juga suka deh ama si hamdan keliatan tiap kali istirahat si intan main di kelasnya hamdan terus dan dia juga minta nomor handphone nya hamdan ke gua" Ucap penjelasan ocha.
Hah intan? Dia sampe minta nomor handphone nya hamdan, wah bener bener berjuang banget buat si hamdan 🙂
Naya tak percaya banyak yang suka dengan sosok hamdan, lelaki yang dia kagumi itu apalagi intan ketua geng terkenal yang menyukai juga sosok hamdan.
"Wahh intan juga suka yaa, hmm:v" Ucap Naya.Setelah percakapan itu, pelajaran kembali dilanjutkan hingga istirahat dan pada saat istirahat Naya melihat dari kejauhan intan sedang main di kelas hamdan, dan hamdan juga sedang menyatat sebuah catatan kecil di bukunya,intan benar benar ingin pdkt dengan hamdan dengan terus mencuri pandangannya. Dalam hati Naya ia kesal tapi Naya hanya berfikir dirinya bukan siapa siapa yang berhak cemburu dengan sikap intan kepada hamdan,,apakah Naya harus berjuang lebih keras atau harus berhenti disini dan hanya bisa menjadi pengagum rahasianya? Setelah melihat hamdan dari kejauhan, ternyata hamdan juga melihat Naya dari jendela kelas, ia menatap jelas Naya, seketika Naya langsung berbalik dan menuju kembali ke kelasnya.
Kira kira apa usaha selanjutnya Naya untuk mendapatkan hati hamdan? atau Naya hanya akan memendam rasa itu sendirian? ✨Haii kalian😇 terimakasih yaa udah mau baca cerita ini, udah lama gak nulis, nulis lagi hehe😄, Jika suka dan berkenan vote dan ikuti terus ceritanya, dan jika ada saran atau kritikan sampaikan saja di komentar yaa,,,
Thanks😇❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Sebuah Rasa
RomanceHati ini berhak mengagumi, berhak menyukai, berhak mencintai siapapun. Rasa khawatir, Rasa cemas berhak berubah menjadi Rindu. Tapi tentang Rasa ini.... akan ku pastikan dia tak berharap dimiliki. Ini janjiku pada diri ini, pada hati ini, dan segala...