Hari yang paling menyebalkan bagi kebanyakan siswa adalah apabila dihari itu ada ulangan fisika. Tidak terkecuali untuk Vani. Karena selain sulit, guru yang mengajarnya juga terkenal killer. Lengkap lah sudah..
Meski Vani adalah sosok siswa yang pintar tapi Vani tidak pernah bisa menyukai mata pelajaran yang satu ini. Hal ini mungkin berbeda dengan Dimas. Wajar saja, selain Dimas memang jago fisika ia juga siswa kesayangan guru fisika yang terkenal killer.
Seperti biasa sebelum ulangan, pak guru mengacak tempat duduk siswanya. Kali ini, Vani terlihat gak fokus karena ada materi yang belum bisa ia pecahkan. Akibatnya, ketika pak guru sudah meminta siswa untuk pindah tempat duduk. Vani belum juga beranjak pindah. Risa yang menyadari hal itu, langsung menyadarkan Vani untuk segera pindah karena dari tadi pak guru sudah melihat dia dengan tatapan menyeramkan. Dan semua siswa juga menatap kearahnya karena pak guru belum juga membagikan soal dan melihat kearah Vani. Wajar saja, semua siswa sudah duduk sesuai dengan perintah sang guru. Hanya Vani yang belum. Ketika Vani sadar sedari tadi pak guru dan teman-teman yang lain melihat kearahnya. Ia pun bertanya pada Risa.
"Gue pindah kemana sa?"
"Ke bangkunya Fadil"
Dengan cepat Vani langsung duduk di bangkunya Fadil. Tanpa sadar, ternyata teman sebangkunya saat ulangan kali ini adalah Dimas.
"Hai" sapa Dimas pada Vani
Dengan heran Vani bertanya pada Dimas "Kok lo duduk disini?"
"Yaa.., kan gue emang temen sebangkunya Fadil."
"Pertanyaan bego" gumam Vani dalam hati. "Gitu ya.."
"Iya gitu, lo kayaknya gak fokus. Kenapa?"
"Gue belum selesai belajar tadi. Gara-gara semalem habis les malah ketiduran."
"Tenang. Yakin aja, kali ini lo pasti tuntas."
"Ya kalo lo sih iya enak, lo jago fisika trus siswa kesayangan pak guru."
"Gak gitu juga."
"Gak gitu juga gimana? Liat tuh dari tadi pak guru ngeliatin gue. Mungkin dia nyangka gue bakal nyontek lo."
Dimas hanya tertawa kecil. Sambil melihat kearah Vani dengan tersenyum.
Setelah hampir satu jam berlangsung. Dimas tiba-tiba menukar soal Vani yang beda paket darinya saat pak guru tidak melihat kearahnya. Vani hanya terheran dengan apa yang dilakukan Dimas. Ternyata Dimas menulis jawaban soal ulangannya Vani.
"Ini. tulis sekarang.."
"Ternyata baik juga" gumam Vani. Setelah ulangan, Vani memberanikan diri menghampiri Dimas untuk mengucapkan terima kasih.
"Dim, thanks ya buat yang tadi. Mungkin kalo gak ada lo, gue udah remed".
"Anytime.. tapi sebagai gantinya lo juga ajarin gue biologi ya?"
"Biologi kan gampang. Tinggal baca aja udah bisa ngerti"
"Ya kalo lo sih iya enak, lo jago biologi trus siswa kesayangan bu guru."
"Sialan lo.. itu kan omongan gue."
Mereka tertawa bersama.
Sejak hari itu, Vani dan Dimas menjadi teman belajar. Dimas mengajari Vani fisika dan Vani mengajari Dimas biologi. Seiring berjalannya waktu, mereka bukan hanya shering tentang pelajaran, tapi juga curhat satu sama lain. Vani menyadari bahwa pemikirannya tentang Dimas selama ini salah. Dimas ternyata orang yang baik. Kedekatan itu akhirnya membuat Vani dan Dimas menjadi sahabat.
Hingga ketika Lia, salah satu teman sekelas Vani ternyata menyukai Dimas. Menyadari hal itu dan tidak ingin menyakiti perasaan Lia. Vani mencoba menjaga jarak dengan Dimas. Dimas akhirnya menyadari perubahan sikap Vani yang menjaga jarak darinya. Meskipun sebenarnya Vani juga merasa kehilangan dengan sosok Dimas.
Dimas sadar, menjauhnya Vani ada kaitannya dengan kehadiran Lia yang selalu berada disampingnya. Vani mungkin tak ingin menyakiti perasaan Lia.
Hingga hari kelulusan tiba. Dimas menghampiri Vani untuk mengucapkan selamat.
"Hai"
"Hai Dim" balas Vani.
"Selamat atas kelulusannya ya.." sembari mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Vani.
"Selamat juga atas kelulusannya Dim"
"Ngomong-ngomong kamu mau lanjut kemana Van?"
"Ke SMA Nusantara. Soalnya lebih deket dari rumah. Kalo kamu?"
"Aku ke SMA Pelita."
"Ohh.." jawab Vani singkat.
"Ya udah Van, aku kesana dulu ya.." sembari meninggalkan Vani.
"Iya.. Eh Dim.."
Dimas menoleh kearah Vani. "Semangat ya.." ucap Vani.
Seperti sebuah salam perpisahan diantara mereka.
"Pasti" balas Dimas sambil tersenyum ke arah Vani.
Sejak saat itu, Vani dan Dimas tidak lagi saling berkomunikasi. Hari kelulusan kala itu juga menjadi hari perpisahan untuk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa
Teen FictionTidak ada yang tahu bagaimana perjalanan hidup seseorang di dunia ini. Bagaimana hari ini, esok dan seterusnya hidupku hanya tuhan yang mengetahuinya -- ^